Labels

alam (8) amal (101) anak (294) anak yatim (118) bilingual (22) bisnis dan pelayanan (6) budaya (7) dakwah (84) dhuafa (20) for fun (12) Gene (218) guru (57) hadiths (10) halal-haram (24) Hoax dan Rekayasa (34) hukum (68) hukum islam (53) indonesia (563) islam (544) jakarta (34) kekerasan terhadap anak (351) kesehatan (98) Kisah Dakwah (10) Kisah Sedekah (11) konsultasi (11) kontroversi (5) korupsi (27) KPK (16) Kristen (14) lingkungan (19) mohon bantuan (41) muallaf (48) my books (2) orang tua (6) palestina (34) pemerintah (136) Pemilu 2009 (63) pendidikan (497) pengumuman (27) perang (10) perbandingan agama (11) pernikahan (10) pesantren (32) politik (127) Politik Indonesia (53) Progam Sosial (61) puasa (38) renungan (170) Sejarah (5) sekolah (74) shalat (7) sosial (323) tanya-jawab (14) taubat (6) umum (13) Virus Corona (24)

06 May, 2007

Survei Tentara AS: Tidak Keberatan dengan Penyiksaan


Washington Post melaporkan bahwa tentara AS di Iraq telah mengikuti survei resmi dari Pentagon. Hasilnya:

· 2/3 dari tentara di Iraq percaya bahwa penyiksaan diperbolehkan kalau akan menghasilkan informasi yang penting tentang “insurgent” (penyerang).

· 4/10 akan setuju dengan penyiksaan bila dianggap bisa menyelamatkan nyawa prajurit lain.

· 2/3 dari Marinir [termasuk pasukan paling terlatih dan elit] dan 1/2 dari tentara biasa menyatakan tidak akan melaporkan rekan yang sengaja menganiaya/mengganggu orang sipil atau merusakkan barang milik orang sipil tanpa alasan yang benar.

· Kurang dari 1/2 dari marinir dan prajurit biasa percaya bahwa orang sipil [“non-combatant” = orang tua, ibu, anak, lelaki tidak bersenjata] harus diperlakuan dengan kehormatan dan kesopanan.

· 10% dari prajurit mengaku telah memperlakukan orang sipil secara tidak benar, dengan menendang mereka atau merusakkan barang milik mereka.

· Petugas menegaskan bahwa semua pengakuan ini atau hasil survei tidak sesuai dengan peraturan dan etika tentara AS yang melarang penyiksaan terhadap tahanan perang dan pengangguan terhadap orang sipil.

· Hasil studi ini juga menerangkan bahwa makin lama prajurit ditugaskan di daerah perang, dan makin sedikit waktunya di rumah di AS, makin mungkin prajurit itu akan mengalami gangguan mental seperti trauma kombat, stres, dan depresi. Belakangan ini, Pentagon telah mengirim pasukan yang sama ke Iraq berkali-kali [berarti masing2 prajurit kena “tour of duty” beberapa kali] dan juga memperpanjang durasi tour of duty tersebut menjadi 15 bulan dari 12 bulan sebelumnya.

· Tugas ini lebih berat daripada yang dialami pasukan AS di Perang Dunia II. Sekarang, ada Marinir dan prajurit yang harus melakukan “combat operation” setiap hari, dari 10-12 jam per hari, untuk berbulan-bulan. Ini pertama kali dalam sejarah tentara AS bahwa prajurit dan marinir harus menghabiskan waktu selama 6-7 bulan di garis depan.

· Dari hasil survei, 20% dari prajurit dan 15 % dari marinir sedang menderita dari depresi atau stres. 40% dari pasukan melaporkan “low morale” (perasaan tidak semangat) di dalam unitnya.

· Gangguan terhadap keluarga militer juga muncul. 20% dari prajurit melaporkan ada niat untuk cerai atau berpisah dengan isteri. Jumlah ini meningkat dari jumlah 15% tahun kemarin. Isteri dan anak sering memberikan komentar “Bapak sudah berubah dan tidak sama dengan orang yang berangkat ke Iraq.” [maksudnya, telah terjadi perubahan mental/sikap sebagai hasil dari keterlibatannya di dalam perang.]

· Sersan Scott Shore (Pensiunan) mengaku sering mengalami mimpi buruk, dan itu salah satu faktor dalam perceriaannya. Dia mengaku tidak suka berada di keramaian orang, tidak suka membawa mobil dan banyak hal yang lain karena selalu merasa takut akan diserang secara tiba-tiba (padahal sekarang dia berada di AS).

Mau berkomentar apa lagi? Hasil usaha sendiri! Selamat deh.

Sumber:

Troops at Odds With Ethics Standards

By Thomas E. Ricks and Ann Scott Tyson

The Washington Post

http://www.truthout.org/docs_2006/050507Z.shtml

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...