Search This Blog
Labels
alam
(8)
amal
(100)
anak
(299)
anak yatim
(118)
bilingual
(22)
bisnis dan pelayanan
(6)
budaya
(8)
dakwah
(87)
dhuafa
(18)
for fun
(12)
Gene
(222)
guru
(61)
hadiths
(9)
halal-haram
(24)
Hoax dan Rekayasa
(34)
hukum
(68)
hukum islam
(52)
indonesia
(570)
islam
(557)
jakarta
(34)
kekerasan terhadap anak
(357)
kesehatan
(97)
Kisah Dakwah
(10)
Kisah Sedekah
(11)
konsultasi
(11)
kontroversi
(5)
korupsi
(27)
KPK
(16)
Kristen
(14)
lingkungan
(19)
mohon bantuan
(40)
muallaf
(52)
my books
(2)
orang tua
(8)
palestina
(34)
pemerintah
(136)
Pemilu 2009
(63)
pendidikan
(503)
pengumuman
(27)
perang
(10)
perbandingan agama
(11)
pernikahan
(11)
pesantren
(34)
politik
(127)
Politik Indonesia
(53)
Progam Sosial
(60)
puasa
(38)
renungan
(179)
Sejarah
(5)
sekolah
(79)
shalat
(9)
sosial
(321)
tanya-jawab
(15)
taubat
(6)
umum
(13)
Virus Corona
(24)
21 February, 2009
Air Cucian Kaki Mega
Assalamu’alaikum wr.wrb.,
Saya dapat email ini dari teman. Awalnya saya meragukan kebenarannya, karena saya kira pasti bagian dari black campaign untuk menjatuhkan Mega. Ternyata, sebagian benar, sebagian tidak. Email yang disebarkan menyebutkan bahwa untuk menjadi kader PDIP harus minum air cucian kaki Ibu Megawati. Ternyata, itu bukan syarat untuk menjadi kader dan hanya dilakukan sebagian orang saja yang merasa sangat kagum dengan Ibu Mega. Hal ini dibenarkan oleh Wasekjen PDIP Hasto Kristianto dan mantan anggota FPDIP di DPR Permadi.
Wassasalamu’alaikum wr.wb.,
Gene
########
Aroma Mistis Air Cucian Kaki Mega
Politik
Abdullah Mubarok
18/02/2009 - 09:29
INILAH.COM, Jakarta – Email yang memuat foto simpatisan PDIP sedang meminum air cucian kaki Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dianggap sebagai kampanye negatif. Sebab, PDIP tidak pernah menyaratkan kader yang ingin menjadi caleg untuk meminum air tersebut.
"Kejadian itu hanya sebuah bentuk kekaguman yang luar biasa terhadap Bung Karno dan Ibu Mega karena bisa membangun kekuatan seperti membawa ketenangan atau kesejahteraan," kata Wasekjen PDIP Hasto Kristianto kepada INILAH.COM, Jakarta, Rabu (18/2).
Sebagian masyarakat Indonesia, diakui Hasto, masih memiliki kepercayaan mistik yang tinggi. Peristiwa lain seperti pencucian benda-benda pusaka di Yogyakarta, masyarakat berebutan untuk menengak air bekas cuciannya. Bahkan kotoran sapi Kiai Slamet pun diambil warga Solo ketika memperingati malam satu syuro.
"Dampaknya tergantung kepercayaan bagi seseorang," ujarnya.
Hasto mengakui, menjelang pemilu suhu politik semakin memanas. Banyak pihak mengunakan cara-cara yang tidak etis. Namun, partai bernomor urut 28 ini siap menghadapi dengan cara yang sehat.
Dalam email itu terpampang foto Megawati yang sedang dicuci kakinya oleh seseorang berjenggot putih berkaos merah. Setelah disiram dengan air botol mineral yang ditadahkan di sebuah baskom, kemudian air cucian kaki tersebut di minum oleh pria tersebut.
Email yang berjudul 'mau...mau...mau jadi caleg PDI-P???' pengirim yang ditulis Mega Sijabat itu menuliskan "Hanya orang yang bodohlah yang akan mengikuti jejak ini....Semoga kita bukan termasuk didalam golongannya." [bar/ana]
Sumber: Inilah.com
####
Permadi: Saya Minum Air Kaki Ibu
Vina Nurul Iklima
Politik
18/02/2009 - 13:17
INILAH.COM, Jakarta - Ritual yang mempercayai air basuhan kaki Megawati Soekarnoputri untuk 'kesuksesan' dinilai wajar. Bahkan Permadi mengaku meminum air basuhan kaki ibunya.
"Itu karena orang saking fanatismenya. Saya juga sering lakukan itu pada Ibu saya. Kan ada istilah sorga ada di bawah telapak kaki Ibu. Jadi nggak ada masalah," kata mantan anggota FPDIP Permadi kepada INILAH.COM, Jakarta, Rabu (18/2).
Menurut Permadi, mumpuninya air basuhan kaki Megawati itu tergantung kepercayaan orang yang meminumnya. Di PDIP, hal tersebut bukan suatu yang aneh. Bahkan ada ritual lain yang dulu sempat dilakukan kader PDIP.
"Ada juga, cap jempol darah. Cap jempol darah itu maksudnya pernyataan ikut Mega," ujar Permadi.
Permadi menjabarkan, jempol kader PDIP di tusuk jarum, kemudian dicapkan di atas surat pernyataan fanatik untuk mendukung Mega, itu saking fanatiknya. Ritual itu diketahui PDIP sudah dilakukan di Jakarta, dan Surabaya.
"Mega tahu. Pernah ia melarang itu, tapi sulit tetap saja seperti itu. Itu kan hak setiap orang," imbuh Permadi. [ana]
Sumber: Inilah.com
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Megawati Soekarnoputri Tak Inginkan Pemujaan
ReplyDeleteSetelah membaca surat Bung Tomas Aquino (Kompas, 11/10),
pertama-tama saya mengucapkan terima kasih atas kritik yang membangun.
Namun, ada beberapa substansi penting yang perlu dijelaskan
agar "acara minum bekas cucian" bisa dilihat secara proporsional.
Memang betul, pada acara peresmian Kantor DPC PDI Perjuangan Kabupaten Majalengka, Jawa Barat,
pada 17 September 2006 terjadi insiden yang jelas-jelas tidak dikehendaki oleh Ibu Megawati Soekarnoputri.
Di akhir acara, ribuan kader dan Simpatisan yang setia kepada PDI Perjuangan menerobos masuk
untuk bisa bersalaman dengan Ibu Megawati.
Seperti halnya di setiap acara yang dihadiri Ibu Megawati di berbagai daerah,
kecintaan kader dan Simpatisan yang Militan termasuk rakyat kecil yang kecewa
dengan kondisi berbangsa dan bernegara saat ini sepertinya ingin disampaikan langsung dengan bertatap muka
atau bisa sekadar bersalaman.
Di saat kondisi yang serba ramai, tiba-tiba ada salah seorang Simpatisan yang Militan
menerobos langsung sembari memaksa membasuh kaki Ibu Megawati.
Dalam kondisi terdesak, Ibu Megawati sebetulnya tidak ingin mengalami perlakuan aneh tersebut.
Karena "Bapak" tadi memaksa dan berjanji hanya membasuh kaki saja,
tu pun hanya menghabiskan seperempat botol isi air mineral ukuran kecil,
Ibu Megawati terpaksa mengabulkan permintaan tersebut.
Namun, sangat disayangkan, di luar sepengetahuan Ibu Megawati,
karena harus meninggalkan lokasi acara, "Bapak" tadi meminum bekas basuhan kaki yang telah ditambah air mineral lagi.
Ibu Megawati sepakat dengan Bung Tomas Aquino bahwa cara-cara pemujaan atau kultus individu
terhadap pemimpin di luar nalar sehat harus ditinggalkan.
Ketika menerima penghargaan dari Kerajaan Gowa, 11 Juni 2006,
sebagai I Fatimah Daeng Takontu Karaeng Campagaya yang berarti "Macan Betina dari Timur",
Ibu Megawati mempertimbangkannya lama sekali untuk menerima gelar tersebut.
Secara pribadi, terhadap hal-hal yang bersifat pujian, Ibu Megawati sangat tidak berkenan.
Prinsip Ibu Megawati adalah "Sepi ing pamrih, rame ing gawe".
Hal ini sudah terbukti dari "dipinjamnya" angka-angka statistik data kemiskinan
di era kepemimpinan Megawati oleh pemerintahan sekarang.
Monggo diliat di Link berikut, Berita dan Foto yg dibuat oleh Harian Rakyat Merdeka:
http://www.myrmnews.com/situsberita/viewgb_foto.php?id=465&page=61