Astriyani said...
Assalamu'alaikum Pak Gene,
Saya sempat melihat seorang sepupu yg sudah mengikuti program ini dan kagum (saya pikir ajaib). Kalau boleh, saya ingin bertanya kepada Bapak, apakah dampak negatifnya dari aktivasi otak tengah ini?
Terima kasih sebelumnya ya, Pak.
Wassalamu'alaikum Wr Wb.
********
Wa alaikum salam.
Kagum dengan apa? Dengan kemampuan baca buku dengan mata tertutup? Siapa yang membutuhkan itu? Einstein tidak pernah sekalipun melakukan hal seperti itu. Saya lihat video dari mereka di You Tube. Anak itu pasang penutup mata sendiri, dan tarik ke atas 3 kali (supaya bisa melihat dari lubang kecil antara penutup mata dan hidung). Lalu dia buang kepala ke belakang, supaya bisa intip, dan mulai menyusun kartu. Itu penipuan dan ajarkan anak untuk membohongi orang tuanya.
Selanjutnya, siapa yang menentukan bahwa kl otak tengah sudah aktif maka buktinya adalah anak bisa baca dengan mata tertutup? Kalau mereka bilang ITU-lah yang menjadi “bukti” apakah orang tua langsung percaya begitu juga? Kenapa itu menjadi buktinya? Kenapa bukan kemampuan untuk berdiri di atas satu kaki dan meraba satu tangan di perut, dan tangan lain tepuk2 kepala, sambil menyanyikan lagu Indonesia Raya secara terbalik? Kenapa bukan kemampuan untuk tahan nafas di bawah air selama 1 menit? Kenapa bukan kemampuan untuk terjemahkan buku ke dalam bahasa Inggris, tanpa buka bukunya dan tanpa melihat teksnya? Dan seterusnya.
Kenapa bukan kemampuan yang lain? SIAPA orangnya yang MEMILIH “kemampuan membaca dengan mata tertutup” sebagai “BUKTI” otak tengah telah aktif? Ilmuan mana yang menentukan itu sebagai bukti? Di belakang mereka tidak ada ratusan ilmuan, dengan ratusan studi dan uji coba ilmiah. Yang ada hanya sekelompok orang MLM (multi-level marketing) yang tahu caranya membujuk orang tua awam bayar jutaan rupiah untuk apa saja yang mereka jual.
Selanjutnya, orang tua yang ikut juga dibina oleh tim AOT, dan dikasihtahu tidak boleh lagi galak atau ngomelin anak. Jadi, kalau setelah training, ada anak yang nilai sekolahnya membaik, maka itu wajar sekali kalau sebelumnya orang tuanya galak (menimbulkan trauma) tetapi sesudah training orang tua menjadi baik hati.
Selanjutnya, saya sudah diberitahu oleh teman2 psikolog dan psikiater tentang anak2 yang menjadi korban pelatihan AOT. Masih belum dipahami kenapa, tetapi sebagian dari anak yang ikut mengalami gangguan jiwa. Ada yang mulai kena mimpi buruk, ada yang kena halusinasi (merasa selalu dikejar dinosaurus), ada yang kena insomnia (tidak bisa tidur), ada yang mulai ngompol seperti bayi, ada yang mengalami megalomania (tidak mau sekolah lagi karena merasa sudah menjadi genius), ada yang menjadi seperti “Ponari” dan merasa bisa mengobati semua penyakit sendiri, dan ada juga anak SD yang setelah mengikuti pelatihan tidak bisa lagi membaca dan menulis sama sekali, jadi berhenti bersekolah (kemampuannya untuk membaca hilang begitu saja, dan merasa tidak paham lagi cara menulis atau membaca).
Tetapi orang tua tidak akan diberitahu tentang kejadian2 seperti itu oleh orang MLM yang sedang jual produk. Mereka bukan dokter, mereka bukan ilmuan, mereka bukan psikiater dan mereka bukan psikolog atau guru. Tetapi orang tua awam malah membayar orang ini yang tidak dikenal untuk melakukan EKSPERIMEN TERHADAP OTAK ANAK MEREKA, tanpa ada yang bisa memastikan hasilnya seperti apa.
Kami sedang menunggu hasil dari investigasi Komnas Anak, dan insya Allah akan disusul dengan investigasi lain dari Depkes dan Polisi. Setahu kami, mereka juga tidak punya izin operasi di Indonesia sama sekali.
Sekarang perusahaan AOT itu sudah setuju untuk ganti nama menjadi pelatihan stimulasi saja. Mereka diberitahu oleh para dokter neurologi bahwa istilah “aktivasi” otak tengah tidak benar, karena secara medis, seluruh otak telah aktif sejak kita lahir. Tidak ada bagian otak yang tidak aktif. Jadi, dalam sekejap organisasi AOT berubah dan sekarang mau menjual produk mereka (yaitu, eksperimen terhadap otak anak bangsa) dengan istilah “brain stimulation” atau stimulasi otak. Jadi bukan pengaktifan, tetapi stimulasi. Yang dilakukan terhadap otak anak kecil oleh pengusaha yang sedang menjual suatu produk dengan nilai jutaan rupiah.
Stimulasi otak? Bukannya kalau tidak ahli di bidang itu, tidak ada pelatihan bagi trainer (siapa saja bisa BELI franchise), maka yang mereka lakukan bukannya stimulasi tetapi eksperimentasi?
Dan yang penting untuk dipahami dari perubahan nama tersebut adalah sikap mereka. Mereka bersikap SIAP JUAL dalam kondisi mana saja. Tidak boleh disebut “Aktivasi Otak”? Ganti nama saja dan lanjutkan: Stimulasi Otak. Tidak boleh dengan istilah Stimulasi Otak? Ganti saja dan lanjutkan: Terapi Otak. Tidak boleh dengan Terapi Otak? Jadilah Pembinaan Mental. Dan seterusnya. Nama apa saja boleh, asal jual terus. Masih banyak orang tua awam yang siap bayar!
Tidak dilakukan perubahan terhadap sistem mereka, tetapi mereka sebatas ganti nama jualnya, dan jual lagi kepada orang awam, yang bersedia memberikan anak mereka kepada orang yang tidak dikenal untuk menjadi kelinci percobaan.
Kalau sudah dibilang otak tengah telah aktif, atau terstimulasi, dan BUKTINYA adalah anak bisa baca buku dan mata tertutup, maka silahkan minta bukti yang BERBEDA dan lihat mereka langsung gelisah dan bingung karena tidak tahu apa-apa selain itu. Dan sekaligus, silahkan minta daftar nama2 genius dari manca negara yang terkenal karena selalu baca buku dengan mata tertutup. Sebagai seorang guru, yang sudah 20 tahun belajar tentang pendidikan dan mengajar anak, saya jamin hasilnya adalah NOL. Tidak ada satu genius (seperti Einstein) yang terkenal karena baca buku dengan mata tertutup. Einstein pakai mata jadi buat apa anak bangsa Indonesia harus bisa baca buku dengan mata tertutup? Coba jelaskan kalau bisa!
Semua ini adalah tidak benar secara medis, tidak benar secara ilmiah, tidak benar secara psikologis, dan tidak benar secara pendidikan. Tinggalkan saja dan jangan biarkan teman yang lain ditipu. Semoga pemerintah bisa segera bertindak untuk melindungi anak bangsa dari kelompok ini.
Wassalam,
Gene
Search This Blog
Labels
alam
(8)
amal
(100)
anak
(299)
anak yatim
(118)
bilingual
(22)
bisnis dan pelayanan
(6)
budaya
(8)
dakwah
(87)
dhuafa
(18)
for fun
(12)
Gene
(222)
guru
(61)
hadiths
(9)
halal-haram
(24)
Hoax dan Rekayasa
(34)
hukum
(68)
hukum islam
(52)
indonesia
(570)
islam
(556)
jakarta
(34)
kekerasan terhadap anak
(357)
kesehatan
(97)
Kisah Dakwah
(10)
Kisah Sedekah
(11)
konsultasi
(11)
kontroversi
(5)
korupsi
(27)
KPK
(16)
Kristen
(14)
lingkungan
(19)
mohon bantuan
(40)
muallaf
(52)
my books
(2)
orang tua
(8)
palestina
(34)
pemerintah
(136)
Pemilu 2009
(63)
pendidikan
(503)
pengumuman
(27)
perang
(10)
perbandingan agama
(11)
pernikahan
(11)
pesantren
(34)
politik
(127)
Politik Indonesia
(53)
Progam Sosial
(60)
puasa
(38)
renungan
(178)
Sejarah
(5)
sekolah
(79)
shalat
(9)
sosial
(321)
tanya-jawab
(15)
taubat
(6)
umum
(13)
Virus Corona
(24)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Mantap mas artikelnya,moga bisa di jadikan bhan pertimbangan,dan masyrakat akan lebih paham.
ReplyDeletekalo boleh izin cpas mas. Trmksih
boleh share di fb mas?thx
ReplyDeleteMonggo
ReplyDeleteizin copas menyertakan link ya pak. tq ^^
ReplyDeletepak gene, ijin copas di wall ku ya... soale, di pontianak yg kota kecil ini, mereka udah mulai beraksi... 3-4 juta biaya kursusnya, ck...ck...ck...sungguh menipu...
ReplyDeletemakasih pak gene
good...
ReplyDelete