[Ini adalah penjelasan tambahan dari saya
di group pendidikan. Kaitannya dengan post ini:
Komentar
Tentang Rambut Gondrong Siswa. Semoga bermanfaat bagi teman2 yang mau
berfikir ttg perkara ini.]
Sepertinya masih ada sebagian teman yang
belum paham atau kurang paham masalah rambut gondrong ini. Saya akan coba
menjelaskan lagi. Dengan penuh kehormatan, saya mohon teman2 bisa bersabar, dan
baca tulisan saya dengan tenang, dan berusaha mengikuti penjelasan saya dulu.
Semoga bisa tembus dan bisa dipahami.
Perkara rambut gondrong ini BUKAN perkara
disiplin sekolah. Sekali lagi, bukan perkara disiplin. Tapi banyak teman
melihatnya sebagai isu disiplin dan oleh karena itu merasa bahwa semua murid
wajib nurut dengan sekolah. Kalau dilihat secara kasat mata, iya, kelihatan
sebagai perkara disiplin saja. Ada aturan. Murid wajib nurut. Mau bahas apa
lagi? Sederhana kan?
Betul, kalau yang dipahami adalah ini
perkara disiplin, maka tentu saja jawaban seorang guru (atau orang tua) akan
seperti itu, karena mereka belum memahami hakekat dari masalah ini.
Tetapi... perkara ini adalah perkara yang
berkaitan dengan hal yang lebih sulit ditentukan, dan penuh dengan persepsi
orang (secara individu).
Perkara rambut gondrong ini adalah perkara
yang berkaitan dengan KEBENARAN, dan apa itu kebenaran, dan siapa yang berhak
menentukan apa yang benar dan salah. Semua itu adalah persepsi seorang manusia,
dan bisa sangat berbeda dari orang ke orang.
Kalau seandainya rambut gondrong ini adalah
perkara disiplin sekolah, maka bisa dibuktikan dengan sederhana. Supaya
gampang, kita ambil contoh yang lain dulu.
Narkoba. Murid dilarang bawa narkoba ke
sekolah.
Pertanyaan: Apa itu “narkoba”?
Definisi: narkoba adalah zat yang adiktif, dan berbahaya (ditentukan begitu secara medis dan bukti klinis tentang narkoba bisa disediakan kalau perlu). Contohnya adalah: ganja, shabu-shabu, ekstasi, kokain, amfetamin, heroin, putaw dan sebagainya.
Definisi: narkoba adalah zat yang adiktif, dan berbahaya (ditentukan begitu secara medis dan bukti klinis tentang narkoba bisa disediakan kalau perlu). Contohnya adalah: ganja, shabu-shabu, ekstasi, kokain, amfetamin, heroin, putaw dan sebagainya.
Alasan dilarang di sekolah: Karena sangat
mengganggu proses belajar, bisa membuat anak kurang sadar, overdosis, mati
mendadak, bertindak dibawah sadar (untuk menganiaya diri sendiri atau orang
lain) dan sebagainya.
Sudah jelas? Ini bisa saja menjadi sebuah
peraturan sekolah. Peraturan ini berkaitan dengan tata tertib, juga dengan hukum
negara, berlaku di mana saja, bisa diberikan definisi, bisa dijelaskan kenapa
dijadikan peraturan sekolah, dan alasan yang disediakan masuk akal. Dan
bahayanya narkoba bisa dibuktikan secara medis. Ini jelas. Ini tidak bisa
dibantah, karena bukan persepsi orang. Ini adalah fakta dan sangat wajar kalau
ini menjadi peraturan sekolah. Gangguan terhadap proses belajar sudah jelas
sekali.
Contoh lain: jam sekolah. Murid dilarang
datang telat.
Pertanyaan: Apa itu “telat”?
Definisi: Telat adalah kedatangan sesudah jam 7.00 pagi. Semua kelas mulai pada jam 7.00 tepat waktu.
Definisi: Telat adalah kedatangan sesudah jam 7.00 pagi. Semua kelas mulai pada jam 7.00 tepat waktu.
Alasan dilarang di sekolah: Karena sangat
mengganggu proses belajar, dan sulit bagi guru untuk mengajar kalau hanya
sekian persen dari muridnya hadir. Dengan banyak murid datang telat, dan guru
mulai mengajar secara telat, atau ada banyak informasi yang harus diulangi
untuk murid yang telat, maka proses belajar menjadi terganggu.
Sudah jelas? Ini bisa saja menjadi sebuah
peraturan sekolah. Peraturan ini berkaitan dengan proses belajar-mengajar, dan
kalau semua murid boleh datang jam berapa saja, maka tentu saja akan mengganggu
semua rencana guru untuk mengajar pada waktu pagi itu. Penjelasan ini masuk
akal sekali dan wajar kalau ini menjadi peraturan sekolah. Gangguan terhadap
proses belajar sudah jelas sekali.
Sekarang, kembali ke laptop.
Rambut gondrong. Murid laki-laki dilarang
mempunyai rambut gondrong.
Pertanyaan: Apa itu “gondrong”?
Definisi: Kurang tahu. Sepertinya, gondrong adalah ukuran mana saja yang ditentukan gondrong oleh guru, secara sepihak, dan bisa berubah kapan saja karena tidak pernah dibuat definisi tentang gondrong di mana saja. Satu guru boleh saja mengatakan rambutnya oke, guru lain mengatakan gondrong. Jadi jangan minta definisi, karena kami tidak tahu. Pokoknya kalau guru bilang “gondrong” maka sudah gondrong, dan pendapat murid tidak boleh diterima.
Definisi: Kurang tahu. Sepertinya, gondrong adalah ukuran mana saja yang ditentukan gondrong oleh guru, secara sepihak, dan bisa berubah kapan saja karena tidak pernah dibuat definisi tentang gondrong di mana saja. Satu guru boleh saja mengatakan rambutnya oke, guru lain mengatakan gondrong. Jadi jangan minta definisi, karena kami tidak tahu. Pokoknya kalau guru bilang “gondrong” maka sudah gondrong, dan pendapat murid tidak boleh diterima.
Alasan dilarang di sekolah: Karena kami
tidak suka.
Penjelasan kenapa tidak suka: Tidak ada. Pokoknya
kami tidak suka dan tidak boleh, dan murid akan dihukum kalau melawan!
Gangguan terhadap proses belajar-mengajar:
Jangan tanyakan itu. Kami tidak mau membahasnya. Pokoknya tidak boleh karena
kami mengatakan tidak boleh. Itu sudah merupakan jawaban yang paling benar.
Bisa melihat bedanya? Siapa yang boleh
menentukan rambut itu gondrong? Guru? Definisi gondrong apa? Tidak ada?
Terserah guru? Terserah guru yang mana? Kalau guru A mengatakan “Rambut kamu
oke” lalu guru B mengatakan “Rambut kamu gondrong” maka guru mana yang “benar”?
Kenapa perkara ini boleh diputuskan guru secara sepihak? Kenapa siswa tidak
boleh berbeda pendapat? Apa karena guru selalu mutlak benar dan siswa selalu
mutlak salah?
Kalau begitu, kenapa berhenti dengan rambut
gondrong saja? Warna seragam juga boleh disalahkan oleh guru secara sepihak.
“Kamu harus pulang. Celana kamu kurang
merah.”
“Celana saya merah Pak. Merah yang benar
seperti apa?”
“Pokoknya saya anggap celana kamu kurang merah. Jadi tidak diterima. Kamu harus pulang. Dan sekaligus, pensil kamu kurang tajam, tas kamu kurang besar, sepatu kamu kurang berkilat, kaos kaki kamu kurang tinggi, tulisan kamu terlalu besar, kertas tulis kamu kurang putih, buku kamu ada terlalu banyak halaman, ruang belajar kamu terlalu dingin, makan siang kamu kurang banyak, dan sekaligus rambut kamu terlalu gondrong. Harap segera memperbaiki semuanya!”
“Pokoknya saya anggap celana kamu kurang merah. Jadi tidak diterima. Kamu harus pulang. Dan sekaligus, pensil kamu kurang tajam, tas kamu kurang besar, sepatu kamu kurang berkilat, kaos kaki kamu kurang tinggi, tulisan kamu terlalu besar, kertas tulis kamu kurang putih, buku kamu ada terlalu banyak halaman, ruang belajar kamu terlalu dingin, makan siang kamu kurang banyak, dan sekaligus rambut kamu terlalu gondrong. Harap segera memperbaiki semuanya!”
“Bagaimana saya bisa tahu apa yang benar
Pak?”
“Datang ke sini setelah memperbaiki semua itu, dan kalau saya bilang benar, maka itu yang benar.”
“Tapi saya punya pendapat yang berbeda Pak. Saya anggap semua yang bapak sebutkan bukan masalah, dan saya masih bisa belajar!”
“Tidak boleh. Kamu tidak akan bisa belajar di sini karena kamu melakukan pelanggaran terus. Hanya pendapat saya yang benar. Dan kamu hanya boleh nurut. Pulang, dan memperbaiki semua yang salah itu!”
“Datang ke sini setelah memperbaiki semua itu, dan kalau saya bilang benar, maka itu yang benar.”
“Tapi saya punya pendapat yang berbeda Pak. Saya anggap semua yang bapak sebutkan bukan masalah, dan saya masih bisa belajar!”
“Tidak boleh. Kamu tidak akan bisa belajar di sini karena kamu melakukan pelanggaran terus. Hanya pendapat saya yang benar. Dan kamu hanya boleh nurut. Pulang, dan memperbaiki semua yang salah itu!”
Apakah ini pendidikan yang kita inginkan
untuk masa depan bangsa Indonesia?
Apa ada yang masih ingat Orde Baru? Semua
guru yang dewasa sekarang adalah hasil dari Orde Baru. Zaman dulu itu, semua
PNS harus pilih Golkar. Kenapa? Karena hanya Golkar yang benar, dan hanya
Soeharto yang boleh menjadi presiden. Mau punya pendapat yang berbeda? Jangan
berani.
Dan sekarang, banyak orang dewasa yang
dididik seperti itu oleh guru dan orang tua mereka selama puluhan tahun sudah
menjadi GURU. Dan sekarang.... mereka teruskan apa yang diajarkan kepada mereka
dulu. Kalau guru bicara, itu sudah benar. Tidak mungkin murid punya pendapat
yang berbeda, dan boleh benar. Soalnya kalau begitu, berarti guru bisa dicap
“salah” dan guru sebagai pihak yang berkuasa tidak boleh salah. Hanya murid
yang salah. Hanya guru yang boleh benar.
Jadi, tolong coba berfikir lagi. Ini
sungguh bukan masalah DISIPLIN sekolah. Tetapi ini adalah murni sebuah perkara
yang berkaitan dengan KEBENARAN, dan apa itu kebenaran, dan siapa yang berhak
menentukan apa yang benar dan salah. Selama guru berpendapat bahwa rambut gondrong
adalah “pelanggaran” dan harus dipotong secara paksa, maka itu berarti guru2
tersebut masih belum bisa melepaskan pikiran mereka dari hasil penjajahan
mental Orde Baru. Mereka masih merasa bahwa guru yang selalu berhak menentukan
kebenaran, dan tugas murid adalah diam, terima saja tanpa protes, setuju dengan
guru dan manggut-manggut. Hanya guru yang perlu diminta pendapatnya, karena
hanya guru yang bisa benar. Murid tidak berhak punya pendapat yang berbeda.
Itu bukan pendidikan. Tetapi itu adalah
indoktrinasi, yang dilakukan untuk memenangkan pihak guru (yang berkuasa). Semua
ini kembali ke fungsi sekolah, dan apa yang kita harapkan sebagai hasil
pendidikan. Kalau yang diharapkan adalah kaum yang selalu siap nurut dan
manggut-manggut (dan siap menjadi karyawan pabrik yang baik), maka silahkan
memotong rambut murid secara paksa, dan mengajarkan mereka bahwa pendapat
mereka tidak punya nilai. Hanya guru sebagai orang yang berkuasa yang boleh benar.
Semoga bisa dipahami dan semoga bermanfaat.
Wassalam,
Gene
Betul...ga masalah gondrong sama ga....yg botak juga bisa aja dikenain kayak gitu, kan botak silo klo kena lampu hehehe
ReplyDeleteTob lah....
ReplyDeletePenampilan itu buat orang Indonesia sangat penting... karena dengan begitu kita lebih mudah untuk dipercaya orang lain yang akan kita bohongin... Bangsa ini sejak kecil dididik untuk menjadi penipu... bukan menjadi diri sendiri... kasihan anak cucu kita...
ReplyDeletebetul sekali tuh , apalagi kalau orang yang kurang PD dan tidak cocok jika berambut pendek.
ReplyDeleteTrus klo sepatu ditentukan harus warna hitam, kaos kaki warna putih, rok harus di bawah lutut, trus itu masalah apa dong?
ReplyDeletePertanyaan tambahan, klo siswa(cowok) pake anting, pake gincu, boleh gak? Itu masalah apa? Kebenaran jugakah?
Menurut saya analisis terlalu dangkal, atau malah terlalu lebai
Cukup dilihat scr sderhana saja, sekolah/guru sah2 aja membuat aturan baik terkait kedisiplinan, kerapian, kepatutan, atau sekedar utk keseragaman, yg penting bukan suatu monopoli utk keuntungan pribadi dan bersifat diskriminatif
Sudah jelas bersifat diskriminatif karena rambut perempuan dibiarkan saja, dan hanya laki2 yang kena razia dan dipotong rambutnya secara paksa, sehingga menjadi "benar" menurut versi satu guru (dan guru lain mungkin tidak setuju).
DeleteDi new york siswa diperbolehkan buat berambut panjang, dan terbukti, siswa S1 disana bisa jadi boss di Negara kita, sedangkan disini, belum tentu bisa jadi boss di negaranya sendiri, jadi menurut saya rambut panjang itu sebenarnya tidak masalah, dan skrng juga banyak ada guru2 perempuan yg rambutnya di cat, guru laki2 juga masih banyak yg genit sama siswa perempuan, dan bahkan sampai ketahuan nonton bokep, apa itu masih di anggap benar??
ReplyDeletesangat setuju sekali dg postingan nya. saya adalah seorang murid yg dari zaman saya Smp dulu paling tdk suka kalau ada peraturan soal rambut.
ReplyDeletedan memang benar sekali, mental masa orde baru masih sangat kental
Banyak guru takut menghadapi perubahan. Mereka anggap tidak perlu melakukan usaha lebih utk menjadi guru baik. Cukup mengajar dari buku teks saja, terima gaji, menunggu uang pensiun. Mengubah cara berpikir mereka sulit.
DeleteSabar yg mas. Suatu hari akan bebas dari kondisi sekolah, dan bisa tentukan masa depan sendiri.
I love this post. Wish that everyone can read this very well.
ReplyDeleteMost teachers don't care.
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteJujur saya sedih peraturan di negeri ini sangat sedih kapan semua ini bisa berubah lebih baik lagi , apakah rambut sangat mengganggu penamplan ? Ya tidak kecuali rambut nya itu teracak" tidak terurus , tapi mengapa negeri ini mementingkan hal yg tidak penting .
ReplyDeleteMelakukan siswa yg tak sepantas ny di lakukan , mungkin ada beberapa orang yg tidak setuju tapi orang yg setuju itu yg sangat" bodoh . Kapan sadar nya negeri ini , nurut" buat apa kalo nurut tapi nurut hal yg tidak benar ,. Dibilang ngasih tau salah ya bantah sok benar nurut yg kuasa kuasa nya jg salah diturut"
Sangat" sedih banget
Hasil pendidikan ala Orde Baru, dan banyak guru tidak mau berubah. Teruskan saja gaya pendidikan zaman dulu, dan tidak perlu dibahas apakah baik dan benar atau tidak.
DeleteSangat masuk akal
ReplyDeleteKenapa sih rata-rata menginginkan aturan yang harus disamakan dengan negara lain ?
ReplyDelete