[Dari teman saya]:
Kemarin seorang guru di sekolah tempat istri saya mengajar
meninggal saat sedang bersama murid-muridnya. Guru tsb masih muda, 34 th. Dia
guru tahfidz, sedang menerima setoran hafalan Qur'an dari murid-muridnya
tiba-tiba memegang dada dan kejang tampak kesakitan. Muridnya mengira
bermain-main. Ada guru lain yg melihat dari jauh mengira sedang ruku, dari
posisi berdiri Pak Guru tsb membungkukkan badan dan jatuh. Saat ditolong, kata
seorang guru lain nadinya masih ada, karena tidak ada yg tahu ttg CPR dia hanya
berusaha dgn cepat dibawa ke RS, proses evakuasi sekitar 30 menit. Ketika
sampai di RS, dokter bilang Pak Guru tsb sudah meninggal 15 menit.
Umur memang rahasia milik Allah SWT, tetapi manusia tetap harus berusaha sekuat tenaga untuk menjaga kehidupan yg telah dianugrahkan kepadanya.
Keterampilan Pertolongan Pertama perlu dilatihkan kepada guru dan tenaga pendidikan lain di sekolah.
Umur memang rahasia milik Allah SWT, tetapi manusia tetap harus berusaha sekuat tenaga untuk menjaga kehidupan yg telah dianugrahkan kepadanya.
Keterampilan Pertolongan Pertama perlu dilatihkan kepada guru dan tenaga pendidikan lain di sekolah.
**********
[Gene Netto]: Saya sangat setuju bahwa semua guru
membutuhkan ilmu dasar P3K, apalagi guru yang tinggal di daerah, yang jaraknya
ke klinik atau rumah sakit sangat jauh. Saya punya rencana untuk membuat
program P3K untuk guru, yang disebarkan secara graits lewat internet, dan
menjadi bagian dari program pelatihan guru yang lebih luas. Tapi masih belum
terwujud.
Di Australia, semua guru didorong untuk ikut pelatihan P3K,
tapi tidak wajib. Jadi secara sukarela, sekitar 80% dari semua guru sekolah
ikut pelatihan itu. Saya juga.
Di sini ada baiknya ini menjadi ilmu wajib bagi semua guru.
Pernah di Jakarta, saya dengar keributan di luar kelas. Ada siswa
yang sedang dibawa ke arah tangga, dan banyak guru dan siswa lain sedang teriak2.
Katanya siswa itu jatuh pingsan dan sedang “tidak bernafas”. Jadi mereka mau
membawanya ke rumah sakit, yang kebetulan di seberang jalan. Tapi, untuk dibawa
turun 2 lantai, dibawa ke depan, menyeberang jalan raya, dan masuk RS, pasti
akan makan waktu 5-10 minit. Jadi kl dia memang “tidak bernafas” sangat tidak
bermanfaat untuk dibawa ke RS karena akan wafat dalam perjalanan (kalau belum
wafat). Lebih baik ditangani langsung di tempat.
Saya suruh mereka turunkan siswa itu agar saya bisa periksa
(untung mereka mau turut). Kalau memang tidak bernafas, saya mau berikan pernafasan
buatan atau mouth to mouth resuscitation. Dan bila jantung sudah berhenti, berikan
CPR (resusitasi jantung paru-paru). Setelah saya cek, dia hanya pingsan biasa,
dan masih bernafas seperti normal, dan jantungnya tidak bermasalah. Jadi tidak
perlu dibawa ke RS, dan tidak ada masalah medis. (Dia ada gangguan emosional,
dan itu caranya untuk dapat perhatian).
Yang berbahaya adalah sikap semua guru dan siswa di situ
bahwa tindakan satu-satunya yang bisa dilakukan adalah “bawa ke rumah sakit”. Padahal
kalau dia sedang tidak bernafas, tindakan tersebut justru akan mempercepat
kematiannya karena tidak bernafas selama 5-10 minit dalam perjalanan. Alangkah
baiknya semua guru (dan siswa SMA) bisa belajar CPR dan juga tindakan2 medis
lain yang diajarkan dalam kelas P3K.
Wassalam,
Gene Netto
No comments:
Post a Comment