21 Januari 2014 - 13:24 WIB
Belum selesai dengan permasalahan senjata kimia, kini muncul
bukti baru bahwa Suriah secara sistematis menyiksa dan mengeksekusi sekitar
11.000 tahanan sejak awal pemberontakan. Sebuah laporan yang dibuat oleh tiga
mantan jaksa kejahatan perang menyebut kepada BBC bahwa ada bukti keterlibatan
pemerintah. Namun Damaskus telah membantah klaim ini. Para peneliti mengamati
ribuan gambar tahanan yang mati dan dilaporkan diselundupkan keluar dari Suriah
oleh para pembelot.
Konferensi di kota resor Montreux dipandang sebagai upaya
diplomatik terbesar untuk mengakhiri konflik tiga tahun ini. Lebih dari 100.000
orang tewas dan jutaan lainnya kehilangan tempat tinggal akibat perang. Laporan
ini didukung oleh Qatar yang mendukung pemberontak Suriah. Hal ini berdasarkan
pada bukti dari seorang pembelot polisi militer yang dilaporkan membocorkan
sekitar 55.000 gambar digital dari 11.000 tahanan yang tewas.
Foto-foto mencakup periode dari awal pemberontakan tahun
2011 sampai Agustus tahun lalu.
"Ada sejumlah besar yang dipukuli. Dan sejumlah lain
yang jelas dicekik." Penyidik mengatakan sebagian besar tubuh dalam foto
itu kurus, banyak yang telah dipukuli atau dicekik. Salah satu penulis laporan,
Profesor Sir Geoffrey Nice mengatakan kepada BBC bahwa skala dan konsistensi
pembunuhan memberikan bukti kuat keterlibatan pemerintah yang dapat mendukung
dilakukannya tuntutan pidana.
Ahli patologi forensik Stuart Hamilton juga memeriksa
bukti-bukti ini dan mengatakan kepada BBC bahwa dalam gambar ia melihat
sejumlah besar tahanan menderita kelaparan. Dia mengatakan bahwa banyak dari
mereka seolah-olah dalam keadaan terikat. "Ada banyak tahanan yang
dipukuli. Dan sejumlah lain yang jelas dicekik," katanya. Wartawan BBC di
Beirut, Jim Muir, mengatakan jika hal ini bisa dipercaya, laporan ini juga
menunjukkan adanya dokumentasi sistematis dari mayat-mayat yang masing-masing
diberi nomor. Pemerintah Suriah belum mengomentari laporan itu, tapi membantah
tuduhan pelanggaran hak asasi manusia selama 34 bulan konflik.
No comments:
Post a Comment