Apa ini merupakan tanda bahwa Polri sudah putus asa? Atau tanda bahwa mereka memang tidak mengerti apa-apa tentang pendidikan dan psikologi anak? Kok bisa mengobati bullying, tawuran, dan narkoba dgn “tambahan Pancasila”? Sejak kapan Pancasila menjadi “obat ajaib” utk menyelesaikan masalah serius di kalangan pelajar? Apa mungkin ada anak yg dipaksakan ikut tawuran oleh senior, lalu menolak tawuran, demi Pancasila? Bisa diyakini bahwa program ini tidak akan membawa hasil apapun.
Anak2 itu butuh bantuan psikolog anak, pendekatan emosional
dari orang tua dan guru, kondisi positif di sekolah, guru yg bersahabat dan
tidak sering menghukum, kurikulum yg tepat dan tidak berat, jumlah mata pelajaran
yg sedikit, PR yg tidak membebankan, dan jaminan keadilan dalam kehidupan mereka.
Pelajaran Pancasila berjam-jam tidak akan membuat mereka tinggalkan tawuran,
bullying dan narkoba!
Wassalam,
Gene Netto
Gene Netto
Polri Terapkan Metode 'Klinik Pancasila' untuk Cegah
Kenakalan Pelajar
Kamis, 23/10/2014 Idham Khalid - detikNews
Jakarta - Kepolisian Negara Republik
Indonesia (Polri) menggunakan metode 'Klinik Pancasila' untuk memberikan
pemahaman dasar negara Indonesia. Metode ini diharapkan mampu menghindarkan siswa
dari perilaku-perilaku kekerasan, seperti tawuran dan bullying.
Hari ini Polri menerapkan metode itu di SMA 6 Bulungan, Jakarta Selatan. Pantauan detikcom, Klinik Pancasila itu diterapkan seperti praktik konsultasi pasien dengan dokter. Tiga anggota Polri dan dua orang guru bertindak sebagai dokter Pancasila sesuai dengan jumlah sila yang ada. Mereka juga dilengkapi dengan pakaian ala dokter.
Lalu, lima orang siswa menempati kursi pasien tergantung sila masing-masing. Nah, pada saat itu lah terjadi dialog antara pasien dan dokter mengenai Pancasila. Baik mengenai pemahaman, 'kekurangmengertian' siswa terhadap pancasila, hingga bagaimana penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
"Selebihnya ini akan dimanfaatkan sebagai program ekstrakuliler dengan metode dialog. Kami titip kepada kalangan pendidik, ada pola-pola pembinaan yang terkait dengan Pancasila dengan metode lebih dialogis, yang kita sebut sebagai klinik Pancasila," kata Karo Penmas Polri Brigjen, Boy Rafli Amar, di SMA 6 Bulungan, Jaksel, Kamis (23/10/2014).
"Ke depan kita harapkan siswa juga bisa menjadi dokter Pancasila untuk teman-temannya," sambung Boy. Menurut Boy, metode dialog dan pengenalan makna Pancasila merupakan cara 'ampuh' terkait permasalahan siswa seperti tawuran, bully dan narkoba. Lalu bagaimana target pendek dan jangka panjang dari hasil metode ini?
"Kalau berkurangnya kriminalitas seperti tawuran, bully, atau keterlibatan pelajar dalam kegiatan narkoba, itu jangka pendek ya. Jadi mereka harus kita selamatkan dulu dari hal-hal seperti itu. Tapi jangka panjanganya adalah bagaimana anak-anak ini menjadi anak yang memiliki visi kebangsaan, jadi dia hidup di negara yang plural, majemuk, terdiri dari berbagai suku bangsa dan agama yang harus saling hormat menghormati, harga menghargai, gotong royong. Apabila ini ada, ini akan jadi modal bagi kita untuk maju," paparnya. Boy menjelaskan, kepolisian akan menyambangi sekolah-sekolah di wilayah Jakarta untuk mensosialisasikan metode ini. Selanjutnya, klinik Pancasila ini juga akan diterapkan ke daerah-daerah lain di Indonesia.
Hari ini Polri menerapkan metode itu di SMA 6 Bulungan, Jakarta Selatan. Pantauan detikcom, Klinik Pancasila itu diterapkan seperti praktik konsultasi pasien dengan dokter. Tiga anggota Polri dan dua orang guru bertindak sebagai dokter Pancasila sesuai dengan jumlah sila yang ada. Mereka juga dilengkapi dengan pakaian ala dokter.
Lalu, lima orang siswa menempati kursi pasien tergantung sila masing-masing. Nah, pada saat itu lah terjadi dialog antara pasien dan dokter mengenai Pancasila. Baik mengenai pemahaman, 'kekurangmengertian' siswa terhadap pancasila, hingga bagaimana penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
"Selebihnya ini akan dimanfaatkan sebagai program ekstrakuliler dengan metode dialog. Kami titip kepada kalangan pendidik, ada pola-pola pembinaan yang terkait dengan Pancasila dengan metode lebih dialogis, yang kita sebut sebagai klinik Pancasila," kata Karo Penmas Polri Brigjen, Boy Rafli Amar, di SMA 6 Bulungan, Jaksel, Kamis (23/10/2014).
"Ke depan kita harapkan siswa juga bisa menjadi dokter Pancasila untuk teman-temannya," sambung Boy. Menurut Boy, metode dialog dan pengenalan makna Pancasila merupakan cara 'ampuh' terkait permasalahan siswa seperti tawuran, bully dan narkoba. Lalu bagaimana target pendek dan jangka panjang dari hasil metode ini?
"Kalau berkurangnya kriminalitas seperti tawuran, bully, atau keterlibatan pelajar dalam kegiatan narkoba, itu jangka pendek ya. Jadi mereka harus kita selamatkan dulu dari hal-hal seperti itu. Tapi jangka panjanganya adalah bagaimana anak-anak ini menjadi anak yang memiliki visi kebangsaan, jadi dia hidup di negara yang plural, majemuk, terdiri dari berbagai suku bangsa dan agama yang harus saling hormat menghormati, harga menghargai, gotong royong. Apabila ini ada, ini akan jadi modal bagi kita untuk maju," paparnya. Boy menjelaskan, kepolisian akan menyambangi sekolah-sekolah di wilayah Jakarta untuk mensosialisasikan metode ini. Selanjutnya, klinik Pancasila ini juga akan diterapkan ke daerah-daerah lain di Indonesia.
No comments:
Post a Comment