Garut, Jawa Barat:
17 orang tewas. Wartawan dapat info ada korban lain yg
tewas, tapi tidak dibawa ke RS jadi belum bisa dikonfirmasi. Para korban tewas dan kritis akibat miras oplosan ini berusia
dari 15 sampai 22 tahun. Satu korban tewas bersama adiknya sekaligus. Empat korban
sakit masih dirawat di RS.
Sumedang, Jawa Barat:
10 orang tewas (dua korban tewas
berusia 11 tahun)
108 orang korban jatuh sakit (termasuk
yg tewas). Sebagian besar dari korban adalah anak-anak muda.
Condet, Jakarta Timur dan Depok, Jawa Barat:
6 orang tewas (4 di Condet, 2 di Depok)
Assalamu’alaikum wr.wb.,
Mungkin banyak orang menjadi kaget dengan berita hari ini (5
Des 2014). Sudah ada 33 orang tewas, termasuk anak kecil, dan lebih dari
seratus orang jatuh sakit setelah konsumsi miras oplosan “Cherrybelle”. Isinya 90%
alkohol, dan lebih bahaya setelah dicampur dgn obat nyamuk dll. Kebanyakan
korban adalah anak muda, dan ada dua korban tewas di Sumedang yg berusia 11
tahun.
Miras oplosan ini dibuat di beberapa tempat, dijual di
banyak warung dan terminal, dan sangat murah dengan harga Rp 15.000 per liter. Pertanyaan yg penting adalah KENAPA banyak
anak muda (dan dewasa) mencari dan konsumsi minuman keras seperti ini?
Seratus orang jatuh sakit, di satu
kota, dikali puluhan ribu kota, menjadi berapa banyak orang yg terbiasa minum
miras oplosan di seluruh Indonesia, setiap minggu? Kita baru perhatikan berita
miras ini karena banyak korban jatuh sakit dan tewas. Tapi minggu kemarin
mereka juga minum, dan hanya menjadi mabuk saja. Jadi kita tidak perlu peduli?
Urusan mereka saja?
Dalam banyak contoh berita yang sering
saya bagikan, ada anak perempuan yg diperkosa bergilir oleh 6 sampai 13 pelaku anak
laki-laki (di mana pelaku dan korban masih anak sekolah), dan sering dicatat
bahwa korban dipaksakan minum miras oplosan dulu agar mabuk dan lebih mudah
diperkosa. Lihat dunia untuk sebagian anak muda sekarang: Miras oplosan,
pornografi, anak yg disodomi, anak yg diperkosa bergilir, dan tawuran. Semua hal
ini bukan hal-hal yg terpisah, tapi malah sangat terkait. Ada sebuah krisis yg
makin terasa di tengah pemuda Muslim di negara ini. (Saya fokus pada pemuda Muslim,
karena mereka mayoritas).
Dalam kehidupan yg penuh dgn beban
ekonomi, stress, rasa was-was dan tidak yakin terhadap masa depan, anak muda
kita bukannya menjadi lebih dekat kepada Allah SWT sebagai benteng dan tali
keselamatan bagi mereka, tapi malah lari ke dunia gelap untuk mencari “hiburan
semata” agar bisa “lupa dunia”. Anak yg telah diajarkan merasa dekat dengan Allah
tidak akan mau lupakan dunia. Dia akan mencari kesempatan sebanyak-banyaknya
untuk berkarya sebagai seorang anak Muslim yg baik, dan mencari pahala dgn
banyak kegiatan positif.
Tetapi ketika orang dewasa yg mesti
menjadi contoh bagi anak itu tidak juga berusaha, maka lebih mudah lagi bagi
anak untuk menjadi sesat dari jalan Allah. Orang tua ketahuan malas shalat,
malas belajar agama. Bapak sering marah dan memukul Ibu. Bapak ketahuan
selingkuh atau narkoba, lalu orang tua cerai. Bagaimana anak mau dekat dengan Allah?
Guru sekolah sering marah dan menghukum dgn cara yg dinilai tidak adil. Pemimpin
di semua lapisan dari kementerian sampai kecamatan ketahuan korupsi terus. Bagaimana
anak mau dekat dengan Allah kalau masa depan diyakini tidak bisa sejahtera? Di
mana-mana, anak dapat orang dewasa yang tidak dekat dengan Allah, yang tidak
bisa dijadikan contoh.
Banyak orang dewasa tidak kenal seorang
ustadz sebagai sahabat dekat, dan hanya hubunginya kalau mau undang ceramah
sewaktu-waktu. Tidak diajak diskusi secara rutin untuk menanyakan bagaimana
caranya membina anak Muslim dengan baik. Jadi ulama juga diabaikan oleh umat
dan dibiarkan jauh dari fungsinya sebagai penerus Nabi untuk memberikan
petunjuk kepada umat. Banyak orang lebih senang kalau Ustadz bisa berubah
menjadi artis yg menghibur, bukan orang yang mengajarkan kita untuk dapat
keselamatan dunia dan akhirat.
Kita yg dewasa yg perlu introspeksi
diri dulu, bukan anak muda itu yang minum miras oplosan. Mungkin dalam hatinya
anak-anak itu, tidak terasa bahwa orang tua, guru, saudara dan tetangga yg dewasa
adalah “sahabat” bagi mereka. Orang dewasa hanyalah orang yg berikan kemarahan
dan penekanan terus, bukannya memberikan keramahan, kepedulian dan contoh yg
mulia. Karena tidak dapat persahabatan di rumah (dari bapak ibu) anak muda itu mencari
persahabatan di jalan, dan siap mencoba cara apa saja untuk melupakan dunia. Muncul
kebiasaan nonton film porno, cari perempuan, siap minum miras oplosan, dan coba
seks dgn cara apa saja, termasuk sodomi anak tetangga atau pemerkosaan
bergilir. Tawuran membuat mereka merasa “berani” dan “kuat”, padahal sebenarnya
mereka merasa sangat lemah dan takut dalam menghadapi dunia karena tidak ada
masa depan yg jelas.
Anak muda itu tidak paham kenapa mereka
diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Mereka hanya mencari suatu cara untuk
lepaskan stress dari dunia ini karena kebanyakan orang dewasa di sekitar mereka
belum berhasil memberikan contoh untuk mendekatkan diri kepada Allah. Kalau kita
bisa berubah, semoga mereka juga bisa berubah.
Kalau mau bilang "Bukan Urusan Saya",
maka tunggu saja. Dalam waktu dekat akan ada kejadian lebih besar lagi, yg
membuat kita lebih kaget lagi. Dan semua orang akan saling bertanya, “Kok anak
muda menjadi seperti ini sekarang?” Kita harus mulai bersama untuk memperbaiki
kualitas dari anak muda kita. Caranya adalah dengan mendekati mereka, menjadi
sahabat mereka, dan berusaha memahami mereka. Dan kita yg dewasa juga perlu belajar
sendiri dan berusaha untuk memberikan contoh bagaimana seorang Muslim seharusnya
menjalankan kehidupan di bumi ini.
SEMUA anak Indonesia, dia manapun
mereka berada, adalah URUSAN KITA secara bersamaan. Mereka adalah masa depan
kita. Mari kita bersatu, introspeksi, belajar dan berusaha untuk memberikan
contoh yg terbaik. Kalau kita sendiri bisa berhasil mendekatkan diri kepada Allah,
baru kita bisa ajak anak muda kita mengikuti contoh kita, sebelum makin banyak
anak menjadi korban dan umat Islam menjadi rusak.
Semoga bermanfaat sebagai renungan.
Wassalamu’alaikum wr.wb.,
Gene Netto
Tulisan yang sangat bagus buat bahan renungan. Biasanya tulisan pak Gene yang seperti ini tidak memancing diskusi lebih lanjut. Lain soal kalau tulisan mengenai politik, komentar bersahutan ramai. Saya juga heran....
ReplyDelete