Search This Blog

Labels

alam (8) amal (100) anak (299) anak yatim (118) bilingual (22) bisnis dan pelayanan (6) budaya (8) dakwah (87) dhuafa (18) for fun (12) Gene (222) guru (61) hadiths (9) halal-haram (24) Hoax dan Rekayasa (34) hukum (68) hukum islam (52) indonesia (570) islam (556) jakarta (34) kekerasan terhadap anak (357) kesehatan (97) Kisah Dakwah (10) Kisah Sedekah (11) konsultasi (11) kontroversi (5) korupsi (27) KPK (16) Kristen (14) lingkungan (19) mohon bantuan (40) muallaf (52) my books (2) orang tua (8) palestina (34) pemerintah (136) Pemilu 2009 (63) pendidikan (503) pengumuman (27) perang (10) perbandingan agama (11) pernikahan (11) pesantren (34) politik (127) Politik Indonesia (53) Progam Sosial (60) puasa (38) renungan (178) Sejarah (5) sekolah (79) shalat (9) sosial (321) tanya-jawab (15) taubat (6) umum (13) Virus Corona (24)

23 July, 2024

Kisah Nyata LGBT Dari Pesantren

[Kisah dari teman]: Kemarin di rumah ustadz ana yang punya ponpes. Katanya belum lama mengeluarkan belasan santri yang terlibat dalam kegiatan LGBT di asrama. Bukan bullying atau pemaksaan katanya, ada oknum yang menyebarkan. Jadi takut menyebar ke yang lain jadi semuanya diusut, ada belasan santri. Ada 2 ustadz dikeluarkan juga tapi entah kasus apa.

[Gene]: Assalamu’alaikum wr.wb. BELASAN?? Yakin tidak ada anak yang dipaksa? Jarang terjadi banyak anak bisa dibujuk untuk menjadi homoseks tanpa pemaksaan. Tapi yang melakukan pemeriksaan dari internal saja dan itu kurang tepat. KALAU ada ustadz yang terlibat, dan ancam santri, mungkin mereka akan rahasiakan nama ustadz itu karena takut. Butuh keahlian untuk memeriksa hal seperti itu. Makanya polisi pakai psikolog anak.

Tapi yang terpenting bagi pesantren adalah usaha "menjaga nama baik", bukan melindungi anak. Jadi sikap mereka, "Cukup kita saja yang tahu, cukup kita saja yang periksa". Dan itu keliru sekali. Kalau memang ada ustadz yang terlibat, sekarang orang itu bebas masuk pesantren lain dan mulai lagi. Dan pola seperti itu sudah berulang ribuan kali. Banyak ustadz dan kyai sangat minim ilmunya dalam persoalan pendidikan, psikologi, dan perlindungan anak, dan mereka tidak mau cari bantuan.

Yang periksa adalah ahli agama, bukan ahlinya psikologi anak atau ahli kriminal. Dikatakan “ada santri yang menularkan” merupakan pendapat ustadz saja. Psikolog dari polisi mungkin akan berikan pendapat lain setelah melakukan pemeriksaan. Jadi sebagian dari anak yang dikeluarkan itu mungkin merupakan korban sodomi. Jadi sangat mungkin pesantren menghukum anak yang tidak berdosa dan perlu bantuan sebagai korban. Beban trauma di dalam hatinya seperti apa? Dan para korban tidak dapat bantuan dari psikolog sekarang (karena dikeluarkan saja), jadi nanti mereka juga bisa menjadi pelaku. Jadi dengan cara mengeluarkan semua anak dan ustadz, tanpa investigasi yang benar, malah bisa dikatakan kyai itu “mencetak pedofil baru” di masa depan.

Seharusnya wajib laporkan kasus dan konsultasi dengan polisi, daripada periksa sendiri. Tapi urusan perlindungan anak tidak penting di Indonesia. Jadi tidak ada orang dewasa yang takut salah, dan mencari bantuan untuk menolong para korban (kalau ada). Dikatakan suka sama suka, kyai terima saja karena lebih mudah bagi pihak pesantren. Keluarkan semuanya, dan simsalabim, publik tidak tahu, nama baik pesantren dilindungi, kasus selesai.

Mungkin sekarang ada anak yang menangis di rumah karena sebenarnya dia korban yang disodomi, lalu dibuang oleh kyai yang dia hormati, dan dianggap anak busuk. Lalu dia jadi depresi sendiri di rumah, tanpa bantuan atau perlindungan dari siapapun. Padahal dia korban yang tidak dibantu oleh para ahli agama yang lebih semangat melindungi nama baik bisnis pesantren mereka, daripada melindungi anak Muslim. Kasus seperti itu wajib ditangani oleh orang yang punya keahlian, yaitu psikolog dan polisi. Buang anak yang merupakan korban adalah kejahatan terhadap anak tersebut dan dosa bagi kyai yang melakukannya.
Semoga bermanfaat sebagai renungan.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto

Kenapa Pelantikan OSIS Dilakukan Dengan Gaya Upacara Militer?

Assalamu’alaikum wr.wb. Minggu lalu ada berita tentang seorang anak yang Ketua OSIS, yang tewas di sekolahnya. Pada saat mencari beritanya, saya buka beberapa video tentang “OSIS” di YouTube, lalu menjadi kaget. Ada banyak video yang menunjukkan pelantikan OSIS di sekolah. Saya baru tahu karena tidak pernah alami sendiri. Yang membuat saya kaget adalah nuansa “upacara militer” di dalam proses itu.

Militer dan sekolah berbeda. Militer harus punya disiplin ketat sehingga ketika diperintah membunuh manusia lain, prajurit tidak berani bertanya kenapa, dan langsung taat saja dan membunuh. Sekolah tidak begitu. Sekolah perlu “disiplin” juga, tapi dalam arti tidak merusak, bisa belajar tanpa mengganggu, dan sebagainya. Tidak perlu ketaatan tinggi sehingga siap membunuh manusia lain (kecuali mau ikut tawuran juga). Jadi kalau mau siapkan anak untuk menjadi pemimpin di keluarga dan masyarakat, hendaknya kita tidak mendidik mereka dengan pola pikir dan kebiasaan militer, karena tidak cocok dalam proses pendidikan anak.

Di sekolah, yang terbaik adalah anak diajarkan untuk BERPIKIR SENDIRI dan berani berprotes apabila dianggap gurunya salah, atau infonya salah. Lalu diberikan kesempatan oleh gurunya untuk menyampaikan pandangan berbeda. Kenapa ini penting? Karena semua kemajuan umat manusia di dunia berasal dari orang yang punya “pemikiran berbeda”. Listrik, telfon, mobil, pesawat, komputer, internet, dll. berasal dari orang yang melihat “keadaan sekarang” dan berusaha memperbaikinya, dan seringkali ditolak oleh masyarakat. Jadi mereka harus “melawan pendapat umum” untuk menciptakan kemajuan. Itu skil penting yang perlu didapatkan di sekolah, di bawah pembinaan seorang guru yang baik. Yang tidak dibutuhkan adalah kebiasaan diam dan taat, takut pada atasan, dan melakukan segala sesuatu dengan gaya militer.

Kalau belum tahu, di banyak negara tidak ada organisasi setara OSIS. Dan kalau ada, maka pada saat pelantikannya, anak itu dipanggil untuk maju ke depan saat rapat sekolah, lalu dikasih sertifikat dsb. Selesai. Tidak ada upacara gaya militer di halaman sekolah selama 1 jam. Dan kebiasaan itu di Indonesia tidak membina pola pikir menjadi orang mandiri yang berani berpikir sendiri untuk menenggakkan kebenaran dan melawan kesalahan. Jadi kenapa mau dilestarikan dalam 400.000 sekolah?
Semoga bermanfaat sebagai renungan.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto

Contoh perbedaan antara Pelantikan Ketua OSIS di Inggris dan di Indonesia:

Head Girl and Boy Election Results Live - 18th Jan 2019
https://www.youtube.com/watch?v=koX-twUEYbI

INAUGURAL OSIS OF SMP NEGERI 2 KRAMAT 28 October 2016
https://www.youtube.com/watch?v=iXYLremHccM


11 July, 2024

Pelajar SMA di Klaten Tewas Tersetrum usai Dilempar ke Kolam karena Ulang Tahun

"Usai rapat, teman-temannya memberikan kejutan ulang tahun dengan menaburkan tepung dan menjatuhkannya ke dalam kolam sekolah yang memiliki kedalaman 1,75 meter."

Pertanyaan yang logis:

1.    Kenapa harus ada kolam di dalam sebuah sekolah?
2.    Kenapa kolam (kalau ada) harus begitu dalam (1,75m) sehingga seorang anak tidak bisa berdiri saja tanpa kesulitan?
3.    Kenapa tidak ada jalur keluar yang jelas (seperti tangga)?
4.    Kenapa kolam (kalau ada) terletak di dekat gedung sekolah, dan bukan di tempat yang jauh dari murid, dengan pagar tinggi yang terkunci di sekitarnya?
5.    Kenapa harus ada kabel listrik di dekat kolam, sehingga ada risiko bisa jatuh ke dalam?
6.    Kenapa ketika seorang anak ulang tahun, daripada dihargai dan dihormati, malah ditabur tepung dan dilempar ke kolam? (Dikasih kado dan diajak makan bersama tidak mau?)

Dan seperti semua kasus lain (ketika ada anak yang tenggelam), korban yang mungkin dalam keadaan sesak nafas dan setengah sadar setelah disetrum, yang seharusnya langsung ditolong di tempat dengan Resusitasi Jantung Paru (RJP/CPR), malah ditaruh di mobil dan dibawa jalan-jalan keliling kota. Lalu ketika anak yang tidak bernafas selama 20 menit akhirnya sampai ke tangan dokter, secara ajaib dan di luar dugaan, dokter menyatakan bahwa anak yang sebelumnya tidak bernafas itu tetap saja tidak bernafas dan sudah tewas. Disebabkan kebodohan orang di sekitarnya, terutama para guru.

Kalau ketemu anak yang tenggelam atau disetrum, langsung periksa apakah masih bernafas dan jantungnya berdetak. Kalau iya, anak itu ditenangkan dulu, berbaring miring, dijaga terus selama beberapa menit, sehingga terlihat stabil dan tenang, baru dibawa ke dokter. Kalau tidak bernafas, dan jantung tidak berdenyut, langsung mulai Resusitasi Jantung Paru (RJP/CPR). Korban dibawa jalan-jalan selama 20 menit dalam kondisi tidak bernafas = JAMINAN akan mati secara permanen.

Dan kalau di sekolah anak anda ada kolam yang lebih dalam dari ketinggian kepala anak, dan tidak ada pagar yang terkunci di sekitarnya sehingga sangat sulit diakses, maka tolong PROTES dengan keras, dan minta sekolah hilangkan kolam itu secepatnya. Sekaligus, silahkan periksa sekolah anak anda untuk puluhan hal lain yang berbahaya, seperti barang berat yang bisa jatuh, barang yang tajam, tangga yang licin, racun, dan sebagainya, dan minta semuanya diperbaiki. Sebelum anak yang anda kenal juga menjadi korban disebabkan kebodohan orang lain, yang tidak menyadari bahwa barang dan tempat tertentu bisa menjadi berbahaya bagi anak sekolah.
Semoga bermanfaat.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto

Pelajar SMA di Klaten Tewas Tersetrum usai Perayaan Ulang Tahun
https://daerah.sindonews.com

Pelajar SMA di Klaten Tewas Diduga Tersetrum usai Dilempar ke Kolam karena Ulang Tahun
https://www.kompas.tv

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...