Search This Blog

Labels

alam (8) amal (100) anak (299) anak yatim (118) bilingual (22) bisnis dan pelayanan (6) budaya (8) dakwah (85) dhuafa (18) for fun (12) Gene (222) guru (60) hadiths (10) halal-haram (24) Hoax dan Rekayasa (34) hukum (68) hukum islam (53) indonesia (568) islam (553) jakarta (34) kekerasan terhadap anak (356) kesehatan (97) Kisah Dakwah (10) Kisah Sedekah (11) konsultasi (11) kontroversi (5) korupsi (27) KPK (16) Kristen (14) lingkungan (19) mohon bantuan (40) muallaf (51) my books (2) orang tua (8) palestina (34) pemerintah (136) Pemilu 2009 (63) pendidikan (502) pengumuman (27) perang (10) perbandingan agama (11) pernikahan (11) pesantren (33) politik (127) Politik Indonesia (53) Progam Sosial (60) puasa (38) renungan (178) Sejarah (5) sekolah (78) shalat (8) sosial (321) tanya-jawab (15) taubat (6) umum (13) Virus Corona (24)

11 July, 2024

Pelajar SMA di Klaten Tewas Tersetrum usai Dilempar ke Kolam karena Ulang Tahun

"Usai rapat, teman-temannya memberikan kejutan ulang tahun dengan menaburkan tepung dan menjatuhkannya ke dalam kolam sekolah yang memiliki kedalaman 1,75 meter."

Pertanyaan yang logis:

1.    Kenapa harus ada kolam di dalam sebuah sekolah?
2.    Kenapa kolam (kalau ada) harus begitu dalam (1,75m) sehingga seorang anak tidak bisa berdiri saja tanpa kesulitan?
3.    Kenapa tidak ada jalur keluar yang jelas (seperti tangga)?
4.    Kenapa kolam (kalau ada) terletak di dekat gedung sekolah, dan bukan di tempat yang jauh dari murid, dengan pagar tinggi yang terkunci di sekitarnya?
5.    Kenapa harus ada kabel listrik di dekat kolam, sehingga ada risiko bisa jatuh ke dalam?
6.    Kenapa ketika seorang anak ulang tahun, daripada dihargai dan dihormati, malah ditabur tepung dan dilempar ke kolam? (Dikasih kado dan diajak makan bersama tidak mau?)

Dan seperti semua kasus lain (ketika ada anak yang tenggelam), korban yang mungkin dalam keadaan sesak nafas dan setengah sadar setelah disetrum, yang seharusnya langsung ditolong di tempat dengan Resusitasi Jantung Paru (RJP/CPR), malah ditaruh di mobil dan dibawa jalan-jalan keliling kota. Lalu ketika anak yang tidak bernafas selama 20 menit akhirnya sampai ke tangan dokter, secara ajaib dan di luar dugaan, dokter menyatakan bahwa anak yang sebelumnya tidak bernafas itu tetap saja tidak bernafas dan sudah tewas. Disebabkan kebodohan orang di sekitarnya, terutama para guru.

Kalau ketemu anak yang tenggelam atau disetrum, langsung periksa apakah masih bernafas dan jantungnya berdetak. Kalau iya, anak itu ditenangkan dulu, berbaring miring, dijaga terus selama beberapa menit, sehingga terlihat stabil dan tenang, baru dibawa ke dokter. Kalau tidak bernafas, dan jantung tidak berdenyut, langsung mulai Resusitasi Jantung Paru (RJP/CPR). Korban dibawa jalan-jalan selama 20 menit dalam kondisi tidak bernafas = JAMINAN akan mati secara permanen.

Dan kalau di sekolah anak anda ada kolam yang lebih dalam dari ketinggian kepala anak, dan tidak ada pagar yang terkunci di sekitarnya sehingga sangat sulit diakses, maka tolong PROTES dengan keras, dan minta sekolah hilangkan kolam itu secepatnya. Sekaligus, silahkan periksa sekolah anak anda untuk puluhan hal lain yang berbahaya, seperti barang berat yang bisa jatuh, barang yang tajam, tangga yang licin, racun, dan sebagainya, dan minta semuanya diperbaiki. Sebelum anak yang anda kenal juga menjadi korban disebabkan kebodohan orang lain, yang tidak menyadari bahwa barang dan tempat tertentu bisa menjadi berbahaya bagi anak sekolah.
Semoga bermanfaat.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto

Pelajar SMA di Klaten Tewas Tersetrum usai Perayaan Ulang Tahun
https://daerah.sindonews.com

Pelajar SMA di Klaten Tewas Diduga Tersetrum usai Dilempar ke Kolam karena Ulang Tahun
https://www.kompas.tv

1 comment:

  1. Anak Itu Tewas Di Sekolah Karena Kenakalan Anak Remaja

    [Komentar]: Anak itu tewas di sekolah karena kenakalan anak remaja saja! Bukan gurunya yang salah.

    [Gene]: Membuat kolam di tengah sekolah, yang lebih dalam dari ketinggian anak-anak, dengan kabel listrik di sampingnya, bukan kenakalan anak remaja. Anak itu tidak mati karena ditabur tepung. Dia mati karena ada puluhan guru yang bodoh di situ (dan begitu juga di kebanyakan sekolah yang lain), yang tidak mengerti tugasnya sebagai guru. Mereka melihat kondisi dan situasi yang berbahaya, dan tidak anggap perkara itu berbahaya, dan tidak memikirkan keselamatan anak sebagai prioritas tertinggi.

    Apa saja yang pernah menjadi kebiasaan dan tradisi akan dilestarikan, dan tidak ada yang berani menggunakan otaknya untuk berprotes dan melakukan perbaikan, demi keselamatan anak. Semuanya menunggu saatnya seorang anak tewas dulu, lalu dikatakan musibah dan takdir, dan baru ada kemungkinan bisa terjadi perubahan. Anak harus mati dulu secara sia-sia. Baru orang dewasa berani berpikir dengan akal yang sehat.

    Sebagai perbandingan, coba bayangkan kalau ada sebuah ranjau darat di lapangan sekolah, sebagai peninggalan dari perang kemerdekaan. Dan kalau ditanya kenapa ada, dan kenapa siswa boleh berjalan kaki di situ, para guru dengan enteng menjawab, “Belum ada yang mati. Kenapa anda mau protes?” Tentu saja tidak mungkin terjadi.

    Kalau ada ranjau darat yang secara kebetulan saja belum diinjak dan belum meledak, semua orang dewasa bisa paham bahwa ranjau darat itu berbahaya. Tetapi ketika ada kolam yang dalam, kabel listrik, rak berat yang bisa jatuh, atap yang bisa runtuh, tembok yang bisa runtuh, tangga yang licin, besi yang tajam di pagar, dan seterusnya, para guru hanya bisa menatapnya dan mengatakan, “Belum ada yang mati” sebagai pembelaan terhadap kebodohan mereka.

    Semoga bermanfaat sebagai renungan. Dan ketika besok anda baca berita tentang anak yang tewas di sekolah, coba baca lagi tulisan ini, dan mencari hal-hal di sekolah tersebut yang bahayakan anak tetapi dibiarkan begitu bertahun-tahun, menunggu anak yang mati dulu sebelum ada pihak yang siap melakukan perbaikan dan perubahan. Dan semoga yang mati bukan anak yang anda kenal.
    -Gene Netto

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...