Search This Blog

Labels

alam (8) amal (100) anak (299) anak yatim (118) bilingual (22) bisnis dan pelayanan (6) budaya (8) dakwah (87) dhuafa (18) for fun (12) Gene (222) guru (61) hadiths (9) halal-haram (24) Hoax dan Rekayasa (34) hukum (68) hukum islam (52) indonesia (570) islam (556) jakarta (34) kekerasan terhadap anak (357) kesehatan (97) Kisah Dakwah (10) Kisah Sedekah (11) konsultasi (11) kontroversi (5) korupsi (27) KPK (16) Kristen (14) lingkungan (19) mohon bantuan (40) muallaf (52) my books (2) orang tua (8) palestina (34) pemerintah (136) Pemilu 2009 (63) pendidikan (503) pengumuman (27) perang (10) perbandingan agama (11) pernikahan (11) pesantren (34) politik (127) Politik Indonesia (53) Progam Sosial (60) puasa (38) renungan (178) Sejarah (5) sekolah (79) shalat (9) sosial (321) tanya-jawab (15) taubat (6) umum (13) Virus Corona (24)

10 June, 2014

Kenapa Tidak Pindah Ke Selandia Baru Biar Gampang?



[Komentar]:
Btw, Saya sendiri saja kepikiran ke New Zealand yang katanya sebagai salah satu Negara dengan pemandangan terbaik di dunia.

[Gene]:
Assalamu’alaikum,
Kalau nikmat, iya, memang nikmat di sana. Semua bersih, tertib, teratur, aman, tenang, dan dapat banyak fasilitas dan kemudahan dari pemerintah. Bahkan sekolah dan kuliah hampir gratis. Tapi "medan perang" untuk mengubah umat Islam dan membantu anak yatim ada di sini. Jadi kalau pindah ke sana untuk cari "nikmat dunia" atau selamat, berarti sudah gagal sebagai "prajurit Allah" yang ingin berjuang untuk memajukan umat Islam.

Di sini, ada orang yang puluhan tahun tidak shalat, tapi berubah dan langsung mulai shalat lagi setelah bertemu saya dan diskusi. Saya tidak bisa melakukan tugas itu di Selandia Baru. Dan ada begitu banyak hal yang saya kerjakan di sini yang tidak bisa saya kerjakan di sana, atau dikerjakan dari sana (jarak jauh). Jadi ada pilihan berusaha untuk tinggal di sini karena melihat tujuan dan tidak mau menyerah, walaupun kadang sulit (seperti sekarang, karena visa habis dan kartu kredit over limit), atau bisa berhenti dan pindah ke negara nyaman, dan tinggal di sana saja dalam keadaan bahagia sendiri. Saya masih ada keinginan untuk coba sekali lagi untuk tetap di sini, walaupun sudah “gagal” berkali2 dengan berbagai usaha.

Saya paham kalau orang lain tidak mengerti. Sikap saya dan niat saya mungkin tidak sama dengan kebanyakan orang yang lahir sebagai Muslim di sini dan hanya ingin hidup secara nyaman saja di negara maju. Bagi saya, daripada nyaman sendiri di sana, saya ingin menjadikan Indonesia sebuah negara maju. Jadi nanti semua anak yatim, dhuafa, dan orang Muslim lain tidak akan mau pindah, karena sudah nyaman di sini juga.

Semua masalah yang ada di sini dibuat oleh manusia, dan bisa diubah oleh manusia. Jadi kita bisa kompak dan kerja sama, atau berpisah dan cari “nyaman untuk diri sendiri” sebagai prioritas utama. Banyak orang cerdas dari sini memilih untuk pindah negara, karena mereka lebih nyaman di sana. Bagi saya, itu ibaratnya Sukarno ajak berjuang untuk mencapai kemerdekaan, tapi mereka mencari nyaman dulu dan terima tawaran pindah ke negara Belanda dengan beasiswa penuh. Mau berjuang untuk memerdekakan Indonesia? Atau mau nyaman sendiri?

Saya selalu memikirkan anak yatim dan dhuafa di sini, dan merasa berat untuk “menyerah dan pergi”, hanya untuk cari kondisi aman dan nyaman bagi diri sendiri.
Karena ada sikap itu, saya terpaksa minta tolong dapat sedekah dari teman2 di sini kemarin, karena makin sulit dapat pinjaman sekarang. Jadi “peluru saya” (uang) hampir habis, tapi bagi saya itu bukan alasan untuk berhenti berjuang. Kalau sudah merdeka (anak yatim dan dhafa sudah aman, nyaman dan dijaga oleh negara) baru saya bisa lebih enak memikirkan diri sendiri, dan bisa pensiun di tempat nyaman.

Kalau ada yang tidak setuju, dan mau suruh saya pindah negara daripada minta sedekah di sini (sebelum ada pekerjaan), maka bagi saya itu sama dengan orang yang mengatakan “Pelurunya habis, kabur saja, tinggalkan Sukarno, tidak usah lawan Belanda lagi!” Saya tidak mau menyerah hanya karena ada masalah itu, dan masih mau cari suatu cara untuk berjuang lagi di sini, walaupun berat atau harus melakukan tindakan yang dikatakan sebagaian orang “memalukan diri sendiri” karena harus minta bantuan peluru dari orang lain. Saya tidak merasa berat memalukan diri sendiri kalau hasilnya adalah saya bisa dapat peluru baru dan berjuang lagi untuk mencapai “kemerdekaan” bagi anak yatim dan dhuafa. (Saya hanya bisa mohon maaf kalau ada orang yang tidak setuju dengan apa yang saya lakukan. Saya melakukan ini karena Allah, bukan untuk membuat semua manusia senang pada saya.)
Semoga bisa dipahami.
Wassalamu’alaikum,
GeneNetto

2 comments:

  1. Alhamdulilah pak Ustadz. Semoga dipermudah oleh Allah. Tidak banyak (kalau tidak boleh dibilang tidak ada) orang seperti anda.

    ReplyDelete
  2. buset dah Pak! Niat kali! Saya saja pengen pindah dari negeri bobrok ini, pengen melarikan diri ke tempat yang lebih teratur macam NZ. Klo di sana ibadah pasti lebih khusuyk dan lancar karena semua kemudahan dan kelancaran yang ada, soal memperbaiki amal orang laen, itu terlalu jauh buat saya. Klo negeri teratur dan bersih bisa bikin saya jadi lebih beriman kenapa tidak? Lagi pula ya Pak saya sih cuma bisa kasih ucapan selamat berjuang menghadapi kaum PRIBUMI!!! Jangankan nyuruh kembali sholat, berabad-abad kaum ini disuruh buang sampah pada tempatnya juga nggak pernah mau! Entah anda punya rahasia apa untuk merubah kaum pemalas ini.

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...