Di Carrefour, Hero dan Superindo saya cari kacang tanah. Semuanya
menjual kacang dgn merek yg sama, dan ada berbagai rasa di setiap toko. Ternyata,
ada kacang macam ini dan itu, ada yg digoreng, ada atom dgn lapisan tepung, rasa
pedas, dll. Saya lihat daftar isi. Tepung, GULA, vetsin (MSG), dsb. Lalu minyak
goreng, GULA, dsb. Lalu GULA, cabai, vetsin, dsb. Hanya ada satu tipe tanpa
gula, tanpa vetsin: Kacang tanah dalam kulit. Saya beli.
Pas dibuka, ada rasa kecewa. Kok kacangnya begitu kecil? Ini
kacang utk anak TK? Besoknya saya cari kacang lagi di Food Hall, yang jual
banyak barang impor. Ada Kacang Tanah Asin. Isinya? Kacang, dan garam. Tidak
ada gula!! Tidak ada vetsin! Luar biasa. Ada produsen asing yang bisa jual makanan
tanpa gula, tanpa vetsin, tanpa minyak goreng.
Akhirnya saya dapat kacang. Tapi saat dibandingkan kacang
lokal dan kacang impor, saya ingat ttg semua buah dan sayuran lain yang dijual,
di mana kelihatan jelas bedanya antara lokal dan impor. Kacang jelas berbeda. Wortel
juga. Brokoli juga. Pisang juga. Tomat juga. Timun juga. Apel juga. Dan seterusnya.
Segala sesuatu yang diimpor dari negara lain punya sifat yg sama: lebih besar, terlihat
lebih berwarna, terlihat lebih “segar”, dan kl dimakan terasa lebih enak. KENAPA
selalu begitu?
Saya juga ingat orang yg beli durian di pinggir jalan. Langsung
bertanya dari negara mana! Dari Indonesia tidak mau. Yang laku berasal dari negara
lain. Lebih besar, lebih enak. Kesan yg saya dapatkan, banyak produsen di sini tidak
peduli pada kualitas dari apa yang mereka jual. Yang penting jual cepat agar
dapat uang. Kl konsumen kurang suka, atau menjadi sakit, cuek saja. Yang penting
sudah dapat uang.
Pertanyaan saya: KAPAN para produsen di sini akan punya
pemikiran "profesional" sehingga peduli pada konsumen? Dan kapan
konsumen akan bersatu dan menuntut haknya mendapatkan makanan bergizi dan
berkualitas untuk masa depan anak2 Indonesia? Kenapa selalu diam, terima, lalu
beli barang impor terus, tanpa terjadi perbaikan di sini?
-Gene Netto
Assalamu'alaykum. Can't help but smile. Kadang saya merasa lucu dengan diri saya sendiri dan masyarakat kita. Ada keinginan untuk tinggal di luar negeri saja, tapi terus siapa yang akan turut serta membangun bangsa? Karena kenyataannya saya terlalu lelah melihat kondisi
ReplyDelete