Labels

alam (8) amal (100) anak (293) anak yatim (118) bilingual (22) bisnis dan pelayanan (6) budaya (7) dakwah (84) dhuafa (18) for fun (12) Gene (218) guru (57) hadiths (10) halal-haram (24) Hoax dan Rekayasa (34) hukum (68) hukum islam (53) indonesia (564) islam (546) jakarta (34) kekerasan terhadap anak (351) kesehatan (96) Kisah Dakwah (10) Kisah Sedekah (11) konsultasi (11) kontroversi (5) korupsi (27) KPK (16) Kristen (14) lingkungan (19) mohon bantuan (40) muallaf (48) my books (2) orang tua (7) palestina (34) pemerintah (136) Pemilu 2009 (63) pendidikan (497) pengumuman (27) perang (10) perbandingan agama (11) pernikahan (10) pesantren (32) politik (127) Politik Indonesia (53) Progam Sosial (60) puasa (38) renungan (171) Sejarah (5) sekolah (74) shalat (7) sosial (321) tanya-jawab (15) taubat (6) umum (13) Virus Corona (24)

08 December, 2021

Dikritik karena Paksa Tunarungu Bicara, Ini Penjelasan Mensos Risma

Seorang anak yang tuli dipanggil naik panggung, dan dipaksa bicara di depan umum. Walaupun tidak bisa, harus bisa. Ibu memaksa. Anak ketakutan, cuek saja. Ibu memaksa. Besok anak itu trauma dan mimpi buruk terus, cuek saja. Ibu memaksa. Tidak perlu memikirkan yang terbaik untuk anak disabilitas itu. Yang penting acara ibu terkesan luar biasa setelah anak yang tidak bisa bicara dipaksa bicara. Apa besok anak yang buta akan dipaksa membaca? Anak yang kakinya lumpuh akan dipaksa berjalan kaki? Ibu memaksa, jadi anak harus turut, di depan umum, tanpa persiapan?

Ada janda yang saya kenal, yang anaknya tuli sejak lahir. Saya sarankan keluarganya belajar bahasa isyarat agar bisa berkomunikasi. Anak itu masuk SLB, dan ternyata "dilarang belajar" bahasa isyarat. Semua anak dipaksa "membaca bibir" dan bicara. Walaupun tidak bisa, dipaksa harus bisa. Disuruh beli alat bantu dengar (yang mahal), padahal syaraf telinganya mati, dan dokter menyatakan manfaatnya NOL.

Jadi bertahun-tahun, komunikasi antara ibu dan anak yatim itu dihalangi oleh ketidakmampuan menjelaskan pikirannya lewat bahasa isyarat karena tidak boleh belajar di sekolah. Dan karena ibu itu seorang janda yang miskin, tidak ada dana untuk bayar guru bahasa isyarat swasta. Jadi disebabkan kebijakan pendidikan yang dipaksa terhadap semua anak, seorang anak yatim dan ibunya tidak bisa berkomunikasi secara baik. Coba anda pilih 100 kata saja, dan selama 1 minggu, anda hanya boleh gunakan 100 kata itu untuk membahas segala sesuatu dengan anak anda. Rasanya seperti apa? Contohnya: "Jalan? Makan? Tidak? Mana? Itu? Sini. Jangan." Begini saja bentuk komunikasinya bertahun-tahun karena dilarang belajar bahasa isyarat.

Dan dalam berita ini, terlihat Ibu Risma sudah terima doktrin yang sama. Semua anak dipaksa harus setara robot yang bisa diprogram untuk hasilkan satu bentuk anak yang sanggup membaca bibir dan bicara. Dan kalau tidak bisa, harus bisa! Kasihan anak Indonesia. Apa Ibu Risma berani memaksa Jokowi dan semua pejabat lain menggunakan bahasa asing ketika ketemu pejabat dari luar negeri? Dilarang pakai penerjemah! Tidak bisa Bahasa Perancis, Cina, atau Jerman? Harus bisa! Ibu memaksa. Atau hanya mau memaksa anak kecil saja?
-Gene Netto

Dikritik karena Paksa Tunarungu Bicara, Ini Penjelasan Mensos Risma
https://news.detik.com

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...