Labels

alam (8) amal (100) anak (293) anak yatim (118) bilingual (22) bisnis dan pelayanan (6) budaya (7) dakwah (84) dhuafa (18) for fun (12) Gene (218) guru (57) hadiths (10) halal-haram (24) Hoax dan Rekayasa (34) hukum (68) hukum islam (53) indonesia (564) islam (546) jakarta (34) kekerasan terhadap anak (351) kesehatan (96) Kisah Dakwah (10) Kisah Sedekah (11) konsultasi (11) kontroversi (5) korupsi (27) KPK (16) Kristen (14) lingkungan (19) mohon bantuan (40) muallaf (48) my books (2) orang tua (7) palestina (34) pemerintah (136) Pemilu 2009 (63) pendidikan (497) pengumuman (27) perang (10) perbandingan agama (11) pernikahan (10) pesantren (32) politik (127) Politik Indonesia (53) Progam Sosial (60) puasa (38) renungan (171) Sejarah (5) sekolah (74) shalat (7) sosial (321) tanya-jawab (15) taubat (6) umum (13) Virus Corona (24)

23 June, 2022

Apa Penyakit Kulit Skabies Di Pesantren Dan Panti Asuhan Tidak Boleh Diobati?

Assalamu’alaikum wr.wb. Tulisan saya dari beberapa tahun yang lalu tentang penyakit kulit “Skabies” (kudis, korengan) menjadi ramai lagi di Facebook pada minggu ini. Tidak semua orang paham bahwa penyakit kulit itu disebabkan oleh sebuah “parasit” (serangga kecil, seperti semut, tapi hanya bisa dilihat dengan mikroskop). Serangga itu gigit kulit anak, masuk ke dalam, membuat terowongan di bawah kulit, dan bertelur. (Parasit skabies memang hanya bisa hidup di situ!) Dalam waktu singkat, ada ratusan sampai ribuan ekor di badan anak itu, di bawah kulitnya.

Penyakit ini BISA diobati. Obatnya (antara lain) adalah Scabimite. Membunuh serangga itu. Sering dibutuhkan antibiotik (diminum) dan salep antibiotik untuk kulit yang sudah terinfeksi. Harga per anak untuk 2 kali pengobatan sekitar Rp.100-200 ribu. Selesai. Kadang, juga perlu ganti jenis kasur, pindahkan kasur, pindahkan gantungan baju, dll. Jadi ilmu untuk atasi masalah ini sudah ada sejak dulu. Para dokter tahu. Yang belum tahu adalah banyak ustadz, santri, dan orang tua.

Saya pernah ketemu seorang anak di pesantren, yang seluruh pantatnya terinfeksi, merah, dan ada banyak nanah. Ditanya dokter berapa lama begitu, dia jawab 5 tahun.
Kalau tidak akan diblokir Facebook, saya ingin tampilkan foto itu di sini, agar semua orang tua bisa sadar. Yang paling menyakiti anak adalah ketika pantat dan kemaluan mereka kena gigitan, terinfeksi, dan penuh nanah. Bayangkan seorang anak kecil di pesantren, yang penisnya atau vaginanya kena luka terbuka, merah, terinfeksi, bernanah, dan gatal terus setiap hari? Lalu sebagian ustadz ketawa saja, dan bilang "Belum kena kudis, belum menjadi santri!"

Kenapa tidak ada kasih sayang yang luas terhadap anak kecil di pesantren? Kenapa hanya boleh ada penderitaan dan "ujian dari Allah"? Kenapa tidak ada kemauan untuk belajar ilmu dari dokter? Penyakit ini bisa diobati. Harganya cukup murah. Kenapa mau dilestarikan? Sikapnya sebagian Ustadz: “Saya dulu menderita, jadi bukan masalah kalau kamu menderita juga!” Dari mana sikap itu? Ayat atau hadits mana mendidik Muslim dewasa untuk hidup seperti itu? Kita bisa berantas penyakit skabies dari semua pesantren dan panti asuhan di seluruh negara. Kalau kita bersatu dan tidak menerima kondisi di mana anak Muslim dibiarkan menderita. Apa kita sudah siap bersatu?
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...