Assalamu’alaikum wr.wb. Kematian seorang santri dalam pesantren (yang tidak terdaftar) di Kediri masih menjadi berita, beberapa hari setelah kejadiannya. Jenazah anak berusia 14 tahun dikembalikan kepada orang tuanya, dan setelah mereka melihat darah, memaksa untuk dibuka kain kafannya. Ternyata ada banyak luka lebam, sundutan rokok, bekas jeratan di leher, dan luka seperti tusukan. Empat anak lain menjadi tersangka, dan salah satunya adalah sepupu korban. Ada beberapa hal yang perlu dibahas.
1) Sangat disayangkan bahwa setelah korban hubungi ibunya dan minta dijemput secepatnya karena "ketakutan", sang ibu malah balas dengan pesan motivasi dan janjikan beli motor kalau dia "bertahan" sampai Lebaran. Terlalu banyak orang tua anggap apapun yang terjadi, anak harus dibujuk untuk bertahan di pesantren terus. Setelah terima jenazah, baru menyesal.
2) Seorang santri seharusnya punya beberapa jalur untuk minta pertolongan. Dibutuhkan orang dewasa dengan latar belakang psikologi atau pendidikan, baik di dalam maupun di luar pesantren, yang bisa terima laporan dan membantunya. Tugasnya sebagai "Advokat Anak" yang utamakan keselamatan dan kesejahteraan anak, bukan "nama baik pesantren".
3) Ketika santri tewas atau terluka berat, harus ada kewajiban lapor ke polisi, untuk dapat kepastian atas penyebab kematian atau luka tersebut. Seorang pengurus pesantren dilarang terima penjelasan dari anak lain bahwa "korbannya jatuh saja", dan wajib menunggu hasil dari investigasi polisi.
4) Dibutuhkan standarisasi untuk semua pesantren dalam hal "keselamatan anak". Semua orang dewasa harus diwajibkan dapat sertifikat setelah belajar mengutamakan keselamatan anak. Untuk bawa motor saja, wajib punya SIM. Untuk mengurus ratusan anak, seharusnya ada izin yang setara dan dilarang mengajar sebagai ustadz atau guru tanpa izin tersebut.
5) Harus ada kewajiban mendaftarkan pesantren dan rumah tahfidz, dan sanksi hukum kalau buka tanpa izin. Bis antar kota wajib punya izin, sopir wajib punya SIM khusus, walaupun penumpang hanya puluhan orang. Untuk mengurus ratusan atau ribuan anak, seharusnya diwajibkan punya izin juga.
Tanpa standarisasi sistem dengan fokus utama pada keselamatan anak, kematian santri akan terjadi terus. Dan pengurus pesantren akan bela diri dengan mengatakan, "Kami tidak tahu" dan "Kami tidak menyangka". Setiap santri yang tewas BUKAN takdir dalam artinya "Allah menghendaki". Seperti halnya anak yang tidak bisa berenang lalu tenggelam dalam acara sekolah juga bukan "takdir". Tetapi kematian itu adalah hasil dari KELALAIAN. Ada orang dewasa yang seharusnya lebih cerdas dan waspada tetapi bersikap santai saja.
Hal yang sama terulang terus karena banyak orang dewasa menjadi pendidik tanpa memiliki ilmu perlindungan anak sebagai fondasi dari tugasnya. Untuk menghentikan kematian anak, harus ada standarisasi sistem dari pemerintah. Orang tua harus menuntut terus sampai berhasil. Kirim anak ke pesantren dan berharap tidak kembali sebagai jenazah bukan solusi.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto
Santri asal Banyuwangi yang Tewas di Kediri Sempat Minta Tolong ke Ibunya: "Tolong Aku Takut Ma"
https://surabaya.kompas.com
Fakta-Fakta Santri Tewas di Kediri: 4 Senior Jadi Tersangka hingga Pesan Terakhir Minta Dijemput
https://www.kompas.tv
Search This Blog
Labels
alam
(8)
amal
(97)
anak
(317)
anak yatim
(117)
bilingual
(22)
bisnis dan pelayanan
(6)
budaya
(8)
dakwah
(87)
dhuafa
(18)
for fun
(12)
Gene
(222)
guru
(64)
hadiths
(9)
halal-haram
(24)
Hoax dan Rekayasa
(34)
hukum
(69)
hukum islam
(51)
indonesia
(586)
islam
(559)
jakarta
(34)
kekerasan terhadap anak
(372)
kesehatan
(97)
Kisah Dakwah
(11)
Kisah Sedekah
(11)
konsultasi
(13)
kontroversi
(5)
korupsi
(28)
KPK
(16)
Kristen
(14)
lingkungan
(19)
mohon bantuan
(40)
muallaf
(53)
my books
(2)
orang tua
(10)
palestina
(34)
pemerintah
(138)
Pemilu 2009
(63)
pendidikan
(519)
pengumuman
(27)
perang
(10)
perbandingan agama
(11)
pernikahan
(11)
pesantren
(46)
politik
(127)
Politik Indonesia
(53)
Progam Sosial
(60)
puasa
(37)
renungan
(192)
Sejarah
(5)
sekolah
(90)
shalat
(10)
sosial
(323)
tanya-jawab
(15)
taubat
(6)
umum
(13)
Virus Corona
(24)
Popular Posts
-
Salah satu kata kesukaan orang Indonesia adalah: “Oknum”. Kalau ada orang-orang yang bercerita bahwa mereka mengalami suatu “masalah” di sek...
-
Assalamu’alaikum wr.wb. Ada berita tentang peringkat Indonesia di FIFA: Hanya bisa mencapai urutan 122 pada bulan Oktober 2025, dan tidak ...
-
Assalamu’alaikum wr.wb. Pada tahun 2024, tercatat 1,8 juta orang Indonesia melakukan Umrah dan 241 ribu orang melakukan Haji. Jadi totalnya ...
-
Assalamu’alaikum wr.wb., Seperti biasa, ini kisah rekayasa, dengan menggunakan nama orang yang benar. Prof. Fidelma O'Leary mema...
-
[Kisah dari teman]: Kemarin di rumah ustadz ana yang punya ponpes. Katanya belum lama mengeluarkan belasan santri yang terlibat dalam kegiat...
-
Assalamu’alaikum wr.wb. Pada tanggal 29 September, 2025, gedung baru dalam sebuah pesantren di Sidoarjo ambruk pada saat banyak anak melakuk...
-
Banyak orang yang kerja sebagai “guru” hanyalah orang dewasa yang berdiri di kelas dan memberikan tugas kepada anak, TANPA memiliki ilmu yan...
-
Assalamu’alaikum wr.wb. Mohon maaf, apa pantas disebut “Tragedi Maut”? Bukannya itu kasus “kematian yang disebabkan oleh kelalaian” (yang bi...
-
Assalamu’alaikum wr.wb. Mohon maaf Pak Menteri, tetapi apakah bapak sudah pegang data yang akurat, sehingga berani bilang jumlahnya sedikit?...
-
Pertanyaan Assalamu'alaikum wr.wb., Saya mau bertanya kalau orang Muslim boleh mendoakan orang non-Muslim? Kalau ada teman atau sauda...
04 March, 2024
Kematian Santri Di Kediri Masih Menjadi Berita Terus
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment