Search This Blog

Labels

alam (8) amal (97) anak (309) anak yatim (116) bilingual (22) bisnis dan pelayanan (6) budaya (8) dakwah (87) dhuafa (18) for fun (12) Gene (222) guru (62) hadiths (9) halal-haram (24) Hoax dan Rekayasa (34) hukum (68) hukum islam (51) indonesia (577) islam (557) jakarta (34) kekerasan terhadap anak (364) kesehatan (97) Kisah Dakwah (11) Kisah Sedekah (11) konsultasi (13) kontroversi (5) korupsi (27) KPK (16) Kristen (14) lingkungan (19) mohon bantuan (40) muallaf (53) my books (2) orang tua (10) palestina (34) pemerintah (137) Pemilu 2009 (63) pendidikan (510) pengumuman (27) perang (10) perbandingan agama (11) pernikahan (11) pesantren (40) politik (127) Politik Indonesia (53) Progam Sosial (60) puasa (37) renungan (182) Sejarah (5) sekolah (84) shalat (10) sosial (321) tanya-jawab (15) taubat (6) umum (13) Virus Corona (24)

Popular Posts

06 August, 2025

Disiplin Militer Di Sekolah Negeri Merusak Kreativitas Dan Kemajuan Siswa

[Komentar]: Maaf yaa, urusan rambut lah, topi waktu upacara lah, itu masalah sepele, masalah kecil. Kalau dalam perkara kecil saja siswa tidak diajar bertanggungjawab, bagaimana bisa diberikan tanggung jawab besar/ perkara yang besar... ?

[Gene]: Assalamu’alaikum wr.wb. Mungkin tanpa anda sadari, komentar anda berasal dari pemikiran dalam sistem pendidikan militer. Di militer, kesalahan sekecil apapun tidak bisa ditoleransi. Sersan harus memaksakan prajurit taat pada semua perintah dan aturan, dan tidak boleh ada kesalahan. Kenapa? Karena setiap prajurit harus siap MEMBUNUH manusia lain, pada saat diperintahkan. Tidak boleh berpikir dulu, tidak boleh introspeksi, tidak boleh berbeda pendapat, tidak boleh protes, tidak boleh menolak, tidak boleh berbeda sendiri. Wajib taat 100% ketika disuruh bunuh orang lain. 

Prajurit disuruh siapkan perlengkapan perang. Ketika sersan buka kotak amunisi, dan ternyata isinya sabun, prajurit yang salah isi kotak akan menjadi penyebab kematian pasukannya. Jadi prajurit wajib taat 100% pada perintah atasannya, dan kesalahan sekecil apapun tidak akan ditoleransi. Ini pemikiran militer. Jelas kenapa dibutuhkan. Sangat tidak benar kalau pemikiran yang sama digunakan untuk “mendidik” anak kecil di sekolah lalu mereka juga wajib kena hukuman tegas karena “lupa topinya” dsb. Anak bukan prajurit. Jangan dididik dengan pola pikir atau proses yang sama karena tujuannya sangat berbeda! 

Sayangnya, banyak guru menggunakan sikap “pendidikan militer” dalam sekolahnya dan tidak mau mencari program yang lebih cocok. Dan setelah mengalami sistem itu selama 12 tahun, ada anak yang lulus dan menjadi PNS. Ketika diperintahkan ikut “korupsi berjemaah”, banyak PNS merasa wajib menjawab, “Siap!” karena sesuai dengan pendidikan guru sekolahnya di masa lalun. Mantan siswa itu merasa wajib “diam dan taat” pada atasannya ketika diajak melanggar hukum. Kalau tidak diam dan taat, dia akan kena hukuman, karena pengalamannya di sekolah begitu. 

Einstein bisa menjadi salah satu manusia paling cerdas dalam sejarah, dan tidak ada yang peduli pada rambutnya. Bill Gates menciptakan Microsoft, Jeff Bezos menciptakan Amazon, Elon Musk menciptakan Tesla, dan mereka menjadi orang-orang yang paling kaya di dunia, tetapi tidak ada yang peduli pada rambutnya. Di Indonesia, ukuran rambut menjadi tanda ketaatan pada guru! Dan siswa wajib taat pada guru! (Tetapi hanya laki-laki saja, perempuan bebas mengatur rambutnya sendiri.) 

Wajib merasa takut akan kena hukuman dari guru kalau berbuat salah. (Dan konsep benar dan salah ditentukan oleh guru, pendapat siswa dan orang tua tidak penting!) Wajib menjadi sama dengan semua siswa lain. Wajib setuju dengan guru. Wajib menghafalkan jawaban yang benar yang dimiliki oleh guru. Wajib mengejar ranking satu. Wajib lulus semua ujian. Wajib menjadi sama dengan semua siswa yang lain. Dan jangan sampai berani melawan, berdebat, atau ingin menjadi berbeda.

Soalnya, Allah SWT sudah menciptakan semua manusia dalam keadaan persis sama dan Allah melarang perbedaan apapun, betul?? Salah! Allah menciptakan manusia dengan badan, bahasa, budaya, negara, kekayaan, dan bakat yang berbeda-beda! Lalu banyak guru Indonesia menjadi sibuk menghancurkan perbedaan itu, dan wajibkan semua siswa taat pada satu pendapat dan satu pemikiran yang dibenarkan oleh gurunya yang berkuasa. 

Dan ketika lulus dan menjadi PNS, sistem korupsi wajib dipelihara, atas perintah atasan yang berkuasa. Tidak boleh berbeda pendapat. Tidak boleh jujur sendiri kalau semua orang di sekitar kita berbohong. Anak Indonesia diwajibkan belajar sikap “Diam dan taat” dan wajib melestarikannya. Tidak ada kebenaran lebih tinggi daripada “Diam dan taat”. Lalu Indonesia menjadi salah satu negara terkorup di dunia, karena kebanyakan mantan siswa yang menjadi warga negara tidak berani melawan, atau menjadi berbeda sendiri, atau menegakkan kebenaran…

Semoga semua guru dan orang tua bisa melihat hubungannya antara pendidikan “diam dan taat” di sekolah, dan hasilnya di tengah masyarakat kita. 
Wa billahi taufiq wal hidayah, 
Wassalamu’alaikum wr.wb. 
-Gene Netto


No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...