Search This Blog

Labels

alam (8) amal (100) anak (299) anak yatim (118) bilingual (22) bisnis dan pelayanan (6) budaya (8) dakwah (87) dhuafa (18) for fun (12) Gene (222) guru (61) hadiths (9) halal-haram (24) Hoax dan Rekayasa (34) hukum (68) hukum islam (52) indonesia (570) islam (557) jakarta (34) kekerasan terhadap anak (357) kesehatan (97) Kisah Dakwah (10) Kisah Sedekah (11) konsultasi (11) kontroversi (5) korupsi (27) KPK (16) Kristen (14) lingkungan (19) mohon bantuan (40) muallaf (52) my books (2) orang tua (8) palestina (34) pemerintah (136) Pemilu 2009 (63) pendidikan (503) pengumuman (27) perang (10) perbandingan agama (11) pernikahan (11) pesantren (34) politik (127) Politik Indonesia (53) Progam Sosial (60) puasa (38) renungan (179) Sejarah (5) sekolah (79) shalat (9) sosial (321) tanya-jawab (15) taubat (6) umum (13) Virus Corona (24)

13 May, 2012

Kenapa Banyak Orang Merasa Sulit Untuk Peduli Pada Anak Yatim?

Assalamu’alaikum wr.wb.,Ya Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
Kenapa ada begitu banyak orang Muslim yang punya pandangan yang begitu sempit terhadap anak yatim? Saya merasa sedikit heran terhadap saudara2 saya di sini yang Muslim dari lahir, tetapi masih punya pandangan yang sempit terhadap anak yatim, seolah-olah tidak pernah dapat ajaran agama berkaitan dengan anak yatim dari Rasulullah SAW. Kenapa bisa begitu?

Ada pesan yang dikirim kepada saya dari seorang Ibu. Dia menceritakan nasibnya waktu menjadi anak yatim dulu. Setelah membacanya, saya hampir tidak bisa percaya bahwa anggota keluarganya sendiri yang hidup secara makmur masih tidak berfikir untuk memperhatikan nasibnya keponakan2 mereka yang anak yatim. Ibu itu bercerita bahwa dia dan kakaknya harus mencari nafkah hidup untuk makan dan uang sekolah bagi mereka dan adik-adik mereka karena Ibu tidak sanggup mencari nafkah hidup, dan tidak ada yang berusaha untuk membantu mereka. Tetangga yang jauh tidak membantu, tetangga yang dekat tidak membantu, dan bahkah saudara kandung sendiri tidak membantu.  
Kenapa bisa begitu sebagian dari ummatnya Nabi Muhammad ya Allah?

Kemarin saya menulis tentang anak yatim di Facebook saya, dan ada juga beberapa orang yang berprotes lewat email, message dan sms. Keluarga yang saya bantu itu (yang sudah menerima saya sebagai saudara angkat) “terlalu kaya” dan tidak layak dibantu lagi, menurut pendapat penulis2 tersebut. Dan bukan kali ini saja saya dapatkan pendapat seperti itu dari beberapa orang. Kok mereka bisa begitu hitung-hitungan sama anak yatim? Bagaimana kalau Allah SWT mulai menjadi hitung-hitungan kepada kita juga sebagai balasan? 
“Kamu sudah punya pekerjaan, jadi jangan berharap bisa dapat bantuan tambahan dari Allah pada tahun ini. Jangan berharap ada uang lebih untuk beli motor atau mobil. Jangan berharap bisa ada uang lebih untuk beli baju baru. Jangan berharap bisa ada uang untuk liburan tahun ini. Jangan berharap bisa dapat uang untuk renovasi rumah yang sering bocor. Soalnya… kamu sudah “terlalu kaya” untuk dapat bantuan lagi dari Allah!” (Apa mau kita menghadapi keadaan seperti itu? Kalau tidak, kenapa kita bisa menjadi begitu hitung-hitungan dan pilih-pilih terhadap anak yatim?)
Apakah ada hadiths satupun yang menyuruh kita memeriksa rekening atau dompetnya seorang anak yatim sebelum kita kasih santunan kepadanya? Di mana hadiths yang luar biasa itu? Saya belum pernah baca dan setahu saya tidak ada. ANAK YATIM ADALAH ANAK YATIM. Setahu saya, tidak ada istilah “anak yatim yang terlalu kaya dan tidak perlu disayangi dan disantuni lagi” di dalam Al Qur'an maupun di dalam hadiths. Artinya terlalu kaya apa? Dia punya 100ribu, jadi tidak boleh dikasih lagi? Dia punya kasur, jadi tidak perlu dikasih baju lagi? Dia bisa makan setiap minggu jadi tidak perlu dikasih uang belanja lagi? Apa artinya “anak yatim yang terlalu kaya” itu? Dari mana sebagian orang Muslim bisa dapatkan konsep yang aneh seperti itu? Kenapa begitu banyak orang bisa berprotes kalau ada anak yatim yang disantuni dengan pemberian apa saja?

Kalau belajar tentang sedekah (bukunya sudah banyak), maka ditekankan bahwa Rasulullah SAW mengajarkan kita untuk kasih kepada keluarga dulu, jauh sebelum yang lain. Lalu tetangga yang dekat. Lalu yang jauh. Tetapi banyak orang merasa bahwa itu bukan tindakan yang baik. (Apa Rasulullah kurang paham kali?) Mereka merasa bahwa yang terbaik adalah datang kepada anak yatim, dan membuat audit terhadap semua barang miliknya, cek saldo tabungan, cek isi dompet, tanya apa yang dia makan setiap hari selama minggu ini, dan setelah lewat proses pemeriksaan, kalau si anak yatim dinilai “cukup miskin” maka baru boleh dikasih 100 ribu lagi. Apakah begitu maunya kita terhadap anak yatim yang hatinya sedih dan terpukul?

Dari mana ummat Islam bisa mendapatkan pemikiran seperti itu? Belum tentu orang yang kita menilai sebagai “orang mampu” adalah orang yang punya banyak! Rumah ada? Apa milik sendiri, atau kontrak, atau cicil ke bank? Mobil ada? Apa milik sendiri, atau cicil, atau apa ada yang pinjamkan (misalnya mertua)? Uang ada? Apa uang bisa habis untuk belanja, bayar sekolah, bayar cicilan, bayar listrik, memperbaiki ini dan itu yang rusak di rumah tanpa sepengetahuan siapapun selain Allah? Siapa yang berhak datang kepada anak yatim atau ibunya (kalau masih ada) dan melakukan audit terhadap diri mereka, SEBELUM bersedia membantunya? Saya sungguh tidak paham kenapa orang Muslim bisa mendapatkan pemikiran seperti itu.   

Saya lebih tidak paham lagi kalau ada anak yatim yang masih menjadi anggota keluarga sendiri dan tidak ada yang mau memperhatikan mereka duluan di atas segala-galanya. Saya tidak paham dan tidak bisa setuju. Saya hanya bisa berharap bahwa mungkin lewat tulisan saya atau lewat kisah nyata yang saya sebarkan, ummat Islam yang merasa beriman kepada Allah SWT dan merasa mencintai Nabi Muhammad SAW bisa merenung dan melihat anak yatim di depan mata mereka, dan berfikir di dalam hatinya, “Kalau seandainya anak yatim ini di depan saya adalah Rasulullah SAW pada saat dia masih seorang anak yatim, apa yang akan saya berikan dan lakukan UNTUK DIA?”

Lalu setelah berfikir seperti itu, baru mereka bertindak dengan penuh kasih sayang dan sikap yang lembut dan mulia, seolah-olah sedang bicara dengan seorang anak yatim bernama Muhammad bin Abdullah, yang akan menjadi Nabi kesayangan Allah di masa depan. Lihat anak yatim di depan mata, terutama yang anggota keluarga, dan jangan berfikir tentang isi tabungan mereka, dan jangan berasumsi bahwa mereka dalam keadaan “oke-oke saja”.  

Yang tahu keadaan mereka sebenarnya hanya mereka yang Allah, sedangkan kita hanya berasumsi saja. Bisa jadi asumsi kita salah 100% tetapi kita sudah buang muka duluan dengan sikap tidak peduli karena berasumsi mereka tidak perlu dibantu lagi. Kalau mereka memang benar orang kaya, biarkan mereka sendiri yang MENOLAK pemberian kita, dan insya Allah mereka akan melakukannya kalau merasa tidak berhak menerimanya dan masih bisa hidup secara makmur. Sungguh sombong dan sempit pemikiran kita kalau kita mau ambil keputusan itu atas nama mereka, padahal kita tidak tahu apa-apa tentang mereka selain persepsi dan asumsi kita saja!

Janganlah begitu, tetapi mari kita membuka hati kita dan lakukan yang terbaik bagi mereka, tanpa rasa takut uang itu akan hilang karena Allah yang menjamin akan bayar kembali uang itu kepada kita. Dan kalau hatinya anak yatim itu sudah mantap, dan mereka sudah kuat dan independen, dan kita sudah tidak meragukan itu (apalagi mereka sendiri yang menyatakannya) maka silahkan cari anak yatim yang lebih jauh, dan bantu mereka juga. Tetapi jangan sampai anak yatim yang paling dekat dengan kita diabaikan begitu saja karena kita berasumsi bahwa mereka tidak perlu dapat bantuan dari kita.

Allah SWT tidak pernah menciptakan istilah “anak yatim yang kaya” tetapi mungkin saja itu berasal dari Setan, dan manusia yang beriman kepada Allah SWT sedang menyebarkannya dengan sikap yang sombong dan pemikiran yang sempit, berdasarkan asumsi dan persepsi saja!

Berikut ini adalah kisah nyata yang dikirim kepada saya oleh seorang Ibu. Saya, Gene Netto, yang menjamin bahwa insya Allah ini adalah kisah nyata, dan nama Ibu yang bersangkutan dirahasiakan. Silahkan membaca, dan silahkan berfikir sendiri, apa ada orang dekat kita yang belum kita bantu?

********
Gene, Assalammu'alaikum....
Saya terharu membaca cerita Gene membahagiakan seorang anak yatim & keluarganya. Bermacam macam komentar saya baca. Ada yang mendukung, tapi ada pula yang menyindir. Tidak masalah apa yang dikatakan orang lain.

Saya pernah di posisi seperti anak yang Gene santuni. Saat SMP ditinggal ayah satu2nya pencari nafkah dalam keluarga. Sementara ibu adalah sosok ibu rumah tangga murni yang tidak mengerti dan tidak punya keberanian untuk mencari uang. Tidak punya modal juga. Saya dan kakak saya harus putar otak supaya dapat uang untuk makan dan sekolah.
Dua adik saya masih kecil2. Kami berdua [saya dan kakak] bahu membahu mencari nafkah sambil sekolah. Kakak mengamen, mencuci mobil orang, menjadi tukang parkir. Saya sekali2 ikut mengamen, menawarkan diri bekerja mencuci piring di warteg2, menjadi buruh tukang jahit dsb. Sering saya dan kakak saya selesai mengamen, tidur di jalan berselimut langit, beralas meja warung tenda atau lantai trotoar. Semua kami lakukan supaya kami berdua, ibu dan 2 adik saya bisa makan dan sekolah.

Tidak ada TV dirumah apalagi kulkas. Sering saat tidak punya uang sama sekali, saya berjalan kaki ke sekolah yang jaraknya kira2 sama dengan jarak Blok M ke Bunderan HI. Untuk makan saya terpaksa pergi ke pasar untuk memunguti sayuran yang dianggap tidak layak jual dan biasanya digunakan untuk pakan ikan lele. Atau memaksakan diri memohon belas kasihan penjual beras. Biasanya saya diberi segenggam atau dua genggam beras. Setiap kali mendapat makanan, saya selalu berbisik dalam hati mengucapkan terimakasih kpd Tuhan.

Sering saya sengaja puasa karena jatah makan saya, tidak saya makan tapi saya simpan untuk adik2 dan ibu. Karena belum tentu besok punya makanan.

Tidak ada sanak family yang membantu. Adik2 ayah saya yang kebanyakan orang sukses (dokter, direktur perkebunan, anggota dewan, dosen, ahli apoteker, peneliti) justru meributkan rumah yang kami tempati. Mereka menuntut rumah kami dijual dan uangnya di bagi2. Tapi untungnya ibu tetap bertahan. Kalau tidak, mungkin kami sekeluarga tinggal di kolong jembatan.

Gene, Tuhan memang maha pengasih. Di tengah2 penderitaan hidup, Tuhan memberi kelebihan lain untuk saya. Saat sekolah dulu, saya tidak pernah tidak jadi juara kelas. Padahal boleh dibilang saya tidak pernah punya buku paket. Karena memang tidak punya uang untuk beli buku. Beruntung, buku paket sesuatu yang tidak begitu diwajibkan harus dibeli pada waktu itu. Tidak seperti sekarang. Buku paket jadi bisnis sekolah. Saya hanya rajin mencatat dan membuat ringkasan pelajaran saat jam istirahat di sekolah. Teman2 pada jajan, saya mencatat. Percuma juga kalau jajan. Tidak punya uang.
Sampai sekarang, kalau lagi reunian dengan teman2 SMA, saya yang pendiam tapi pemikir, dikenal sebagai orang yang berotak encer.

Gene, Dengan modal otak yang kata orang encer, setamat SMA saya berhasil lulus test masuk kerja di sebuah Bank Pemerintah. Begitu pula kakak saya. Saat test tertulis, pengetahuan umum dan matematika (karena saya dari SMA IPA) nilai saya sempurna.
Meski di Bank saya cuma jadi typist, tapi gaji saya cukup membuat kehidupan keluarga saya membaik. Typist adalah pekerjaan yg tingkatannya paling rendah bagi seorang yg berpangkat Clerk. Karena dianggap pekerjaan yg mudah. Tapi meski demikian, saya berusaha menjadi typist yg baik. Boss2 di kantor menjadi suka jika surat2 atau notulen rapat saya yang mengetik. 


Dari sini saya belajar bahwa hal yang dianggap sepele, yang sering tidak dilirik orang, jika dilakukan dengan baik, benar dan sungguh2 serta ikhlas maka akan bagus hasilnya.
Prinsip ini saya gunakan dalam menghadapi pekerjaan2 di kantor selanjutnya.
Meski saya hanya tamatan SMA, dipandang tidak berpendidikan, tapi Tuhan memberi saya berkah lain. Selama hidup saya bekerja di 5 company yang berbeda. Kecuali yang pertama ( di Bank Pemerintah) 4 perusahaan lain menerima saya bekerja tanpa test yang rumit. Paling2 hanya sekali wawancara. Saya sendiri tidak mengerti Gene...., padahal ada test macam2 termasuk psiko test. Tapi tidak pernah diberlakukan untuk saya.

Gene, kini saya memilih pensiun. Suami juga menghendaki saya istirahat di rumah. Ibu saya sehat walaafiat dan memilih tinggal berpindah2 sambil mengunjungi sanak family. Yang penting ibu happy. Kakak dan adik2 saya juga memiliki kehidupan yang baik meski sederhana. Semuanya berkah dari Tuhan. Jika sedang berkumpul, masa lalu yang penuh derita dan perjuangan menjadi cerita yang indah bagi kami. InsyaAllah kami seperti Gene, membantu anak yatim yang terdekat dulu. Meski hanya satu dua orang. Tapi jika suatu saat dia menjadi orang yang sukses dan tahu bersyukur, saya yakin ketika dewasa dia juga akan seperti Gene. Membantu anak yatim lain pula. Kebaikan Gene berlanjut. Berkesinambungan. Seperti rantai yang selalu terhubung, meski Tuhan sudah memanggil Gene kembali pulang.

Tetaplah seperti ini yha .... Gene....!! Apapun yang dikatakan orang lain, positif atau negatif tidak usah diambil pusing. Karena kegembiraan seorang anak yatim ketika bisa memiliki barang yang diidam
-idamkan sejak lama...... rasanya sungguh luar biasa. Saya pernah merasakan. Dan ini akan selalu diingat sepanjang hidup.

Wassalam, Gene....
Semoga Allah melimpahkan kasih sayang dan rahmatNya untukmu yha....Gene !!
********
Sekian saja. Semoga bermanfaat bagi para pembaca. Semoga bisa berfikir kembali tentang anak yatim yang di dekat kita, dan membantu mereka dan memperkuat hati mereka sebelum yang lain.
Wabillahi taufik walhidayah,
Wassalamu’alaikum wr.wb.,
Gene Netto

09 May, 2012

Bersyukur dan Menangis

Assalamu’alaikum wr.wb.,
Kemarin saya sempat chatting dengan teman saya yang menjadi janda sekarang. Dia masih bicara terus tentang kulkas yang dibelikan bagi dia minggu kemarin setelah ada sedekah dari teman saya. Saya sempat merasa sedikit heran, kok cuma kulkas saja tetapi masih dibicarakan terus2an sampai sekarang. Lalu dia berkomentar seperti ini:

“Ini betul betul kado luar biasa karena aku sejak menikah [16 tahun yang lalu] sampe sekarang nggak pernah beli kulkas dan selalu di kasih second tapi tetap bersyukur walau second masih bisa dimanfaatkan dan apalagi hari gini dapet yg baru, exciting banget... susah diungkapkan lah!”

Saya kaget juga karena sama sekali tidak tahu hal itu minggu kemarin, dan hanya perhatikan bahwa kulkas mereka jelek banget dan karatan, dan diberitahu bahwa sudah dibetulin tukang dan langsung rusak lagi, jadi sangat dibutuhkan yang baru. Jadi ini pertama kali dia dapat kulkas baru dalam 16 tahun, dan seluruh keluarga masih bersyukur sekali sampai sekarang. Subhanallah.
Bagi saya, ini merupakan bukti ada yang Maha Mengatur. Bagi saya, itu hanya kulkas yang dibutuhkan untuk menyimpan makanan. Tetapi di dalam hatinya ibu itu, kado yang satu itu terasa sangat istimewa sekali, dan sebuah kejutan yang tidak terduga dan belum pernah dinikmati sebelumnya. Subhanallah.

07 May, 2012

Plok! Lembar UN di Garut Terkena Kotoran Burung karena Atap Kelas Bolong

Mansur Hidayat - detikNews
Senin, 07/05/2012 11:16 WIB
Garut Sekitar 90 siswa SD Sukalilah, Cibatu, Garut, harus bekerja ekstra keras hari ini. Selain mengerjakan soal UN, mereka diharuskan waspada terhadap ulah burung. Karena atap kelas bolong, beberapa lembar jawaban UN terkena kotoran burung.

"Sudah empat anak yang minta ganti karena lembaran jawabannya terkena kotoran burung," ungkap salah seorang guru pengawas UN, Dede, ketika ditemui di sekolah, Senin (7/5/2012). Kejadian itu berlangsung saat UN baru dimulai. Para pengawas memperingatkan siswa agar lembaran jawaban tidak terkena kotoran burung. Pasalnya, jumlah lembaran jawaban UN terbatas. Dede menambahkan, meskipun kondisi bangunan lumayan baik, sebagian atap bolong. Banyak burung membuat sarang di atap kelas.

"Jadi jika burung berak, ya langsung ke ruangan tempat UN," jelasnya. Indah, salah seorang siswa, mengaku cukup terganggu dengan kondisi itu. Sambil terus membaca soal dan mengisi jawaban, dia berusaha melindungi lembaran jawaban dengan kepala dan tubuhnya.

"Coba kalau kondisi kelas bagus, kami bisa mengerjakan soal UN dengan tenang," ujarnya. Ia dan rekan-rekannya berharap pemerintah segera mendanai pembangunan kelas baru. Jika tidak memungkinkan, paling tidak pemerintah memperbaiki kelas-kelas yang mulai rusak agar belajar siswa lebih nyaman. (try/nrl)



03 May, 2012

Berita terbaru

Assalamu’alaikum wr.wb.,
Alhamdulillah, sekarang sudah ada surat izin ceramah dari Kementerian Agama, yang tidak terbatas (tidak ada masa berlakunya). Jadi sekarang sudah boleh berceramah di Indonesia tanpa kena masalah hukum atau imigrasi. Visa sosial budaya sudah diperpanjang sampai tanggal 20 Mei. Dan sekarang sudah mulai proses membuat kitas (visa kerja lewat perusahaan teman saya).
Karena diinvestigasi kemarin dan proses visa dihentikan sementara, dibutuhkan perpanjangan visa sosial budaya 2 kali agar saya bisa tetap di sini sampai sekarang. Semua itu di luar rencana dan karena itu, dana yang dibutuhkan untuk bayar perpanjangan visa tidak ada.
Sekarang saya membutuhkan uang untuk biaya proses perpanjangan visa dan setelah itu insya Allah membuat visa kerja baru. Kalau ada teman yang ingin membantu saya dengan sedekah, maka saya akan sangat berterima kasih karena dibutuhkan 2,3 juta untuk biaya perpanjangan visa sosial budaya, dan beberapa juta lagi untuk berangkat ke Kuala Lumpur untuk bikin visa kerja di sana. Kalau tidak bisa dapat dari sedekah teman2, saya akan coba cari pinjaman lagi dari orang lain. (Saya tidak menerima zakat, tetapi hanya sedekah saja).
Kalau ada yang bersedia membantu, bisa disalurkan ke rekening saya di BCA:

BCA a/n Eugene F. Netto, No. 6000340888, KCP Soepomo.

Terima kasih kalau ada yang ingin membantu saya dengan masalah ini. Alhamdulillah karena dapat banyak bantuan dari Allah dan dibantu dengan banyak doa juga dari teman2, proses investigasi dari imigrasi berakhir dengan baik, dan penyidik imigrasi malah jadi sangat baik hati terhadap saya sekarang. Saya tidak perlu “bayar” (menyogok) dan juga tidak kena ancaman denda. Kementerian Agama juga memberikan surat izin ceramah tanpa minta uang. Alhamdulillah. Terima kasih kepada semua teman atas doa dan bantuannya.

Wassalamu’alaikum wr.wb.,
Gene

30 April, 2012

Buat Apa Uang Kita?

Assalamu’alaikum wr.wb.,Selama 3-4 hari, ada pengalaman pribadi yang jarang muncul dan tidak banyak didapatkan orang yang tergolong mampu. Uang saya habis. Alasannya uang bisa habis juga kurang dipahami. Mungkin karena bulan kemarin terlalu banyak menghabiskan uang untuk orang lain, atau kurang hati2 dalam perhitungan, atau lupa bahwa harus membayar minimal di kartu kredit pada akhir bulan (4,5 juta), atau ada alasan yang lain.Tetapi pada akhir minggu kemarin, pas dicek rekening, sudah kosong. Tinggal 19 ribu rupiah.Dompet dicek, dan tersisa kurang dari 100 ribu, dan sekarang tinggal 60 ribu karena kasih uang ke pembantu untuk beli roti (untuk sarapan).

Kemarin saya ulang tahun dan pada saat mau pergi untuk ketemu teman2, merenung dulu. Saya terbiasa naik taksi, tapi sekarang tidak bisa. Naik Metro Mini malas 100%. Enakan jalan kaki daripada naik bis jelek itu. Naik ojek juga percuma. Pada saat tukang ojek melihat orang bule, harga naik, dan tidak mau turun. Harganya sama saja dengan taksi. Sepeda tidak punya, motor juga tidak. Jadi mau naik apa? Pas sedang berfikir mau naik apa untuk pergi ketemu teman, ada yang telfon: “Kami jemput sekarang ya!” Alhamdulillah, dijemput. Bisa menghemat sekian puluh ribu. Saat sudah mau pulang, ada yang mau antarin juga. Mulai dipikirkan makan malam. Mau makan apa ya? Ada makanan apa di rumah? Makan di luar jelas tidak bisa. Tiba2 teman lain telfon. “Aku traktir kamu malam ini ya!” Aku kasih tahu ada keponakan juga, yang sedang diantar pulang. “Nggak masalah, saya traktir dia juga.” Alhamdulillah. Ditraktir dan saya sama keponakan diantar pulang ke rumah masing2.

Kemarin masih sempat merenung. Uang sudah habis, bisa melakukan apa di sini? Mau belanja tidak bisa (tanpa pakai kartu kredit). Mau traktir anak yatim makan tidak bisa. Mau beli kado ulang tahun untuk diri sendiri tidak bisa. Mau pergi naik taksi tidak bisa.
Jadi dipikirkan: Ohhh, ini yang dirasakan puluhan juta saudara yang Muslim SETIAP HARI di negara ini. Tetapi beda dengan mereka, saya mengalaminya untuk beberapa hari saja karena belum ada suntikan uang baru. Tetapi bagi MEREKA, perasaan ini dirasakan setiap hari, tanpa ampun, tanpa kepedulian para pejabat dan orang kaya, tanpa tahu mau makan apa besok, tanpa tahu siapa yang akan membantu mereka kalau mengalami musibah.
Saya cuma beberapa hari saja. Mereka puluhan tahun!

Walaupun saya insya Allah hanya mengalami “kemiskinan” untuk beberapa hari saja, sangat terasa di dalam hati bahwa kehidupan menjadi sangat terbatas. Tetapi alhamdulillah masih ada listrik di rumah, masih ada Hp dan komputer, dan masih ada kartu kredit kalau dibutuhkan. Sedangkan untuk puluhan juta orang lain, tidak ada apa-apa selain berharap keridhoan Allah tidak akan jauh dari mereka terus. Saya hanya mengalami sebagian kecil dari apa yang mereka alami, dan rasanya sangat tajam di dalam hati. Tanpa ada Allah yang selalu hadir untuk membantu hamba-Nya, bagaimana mungkin kita bisa maju dan berhasil?

Sayangnya, kebanyakan orang “kaya” di negara ini tidak pernah mengalami kemiskinan yang begitu mendalam, sampai mau makan satu kali dengan teman di rumah makan harus hitung dulu uangnya dan berfikir. Kebanyakan orang kaya hidup dengan deposito yang penuh, dan tidak punya kepedulian terhadap anak yatim dan anak miskin yang tidur dalam keadaan lapar setiap malam.

Bagaimana mungkin bisa peduli pada anak yatim kalau Bentley baru akan segera keluar? Tidak ada uang yang cukup untuk dua-duanya, jadi mereka pilih Bentley saja. Ini hanya pengalaman sementara buat saya insya Allah tetapi sebagai pelajaran sangat bermanfaat. Bukan pelajaran untuk menjadi lebih pelit, atau lebih irit, atau lebih hati-hati dengan uang. Pasti banyak orang akan mengatakan bahwa itu adalah pelajaran yang harus diambil, tetapi saya tidak setuju! Tetapi pelajaran yang diambil adalah uang seberapapun yang ada di dompet dan rekening tidak akan membawa berkah bagi kita kalau dianggap bahwa uang itu adalah tujuan hidup kita. Hanya uang yang kita taruh di tangan anak yatim dan anak miskin akan menjadi berkah bagi kita, bukan yang yang dikasih kepada penjual mobil di showroom Bentley.

Saya malah merasa kasihan dengan orang kaya yang deposito (dan garasinya) penuh terus. Mereka tidak tahu (dan tidak peduli) pada perasaan yang ada di dalam hatinya seorang anak yatim atau orang miskin pada saat mereka merenung dan berfikir tentang apa yang bisa mereka lakukan dengan jumlah uang yang sangat terbatas. Kalau orang kaya bisa ikut merasakan hal yang sama, mungkin mereka akan senyum saja pada saat ditawarkan Bentley baru, dan lebih keras memeluk anak yatim yang sedang ditraktir makan di rumah makan yang mewah. Kalau bisa dapat senyuman anak yatim atau wanginya mobil Bentley yang baru, hanya ada satu yang bermanfaat di dunia dan diakhirat.
Dan banyak orang kaya tidak sadar bahwa pilihan mereka salah.
Wassalamu’alaikum wr.wb.,
Gene

28 April, 2012

Memilih Mana Antara Senyum Dan Saham?

Assalamu’alaikum wr.wb.,Saya merasa sedih. Kapan saya bisa menjadi orang kaya yang tidak perlu memikirkan uang lagi?Tadi ketemu seorang anak yatim, anak dari teman yang bapaknya wafat tahun kemarin. Saya pengen traktir dia makan steak karena dia suka banget dan jarang makan. Dia baru selesai Ujian Nasional dan belajar dengan sungguh2 sebelumnya selama beberapa bulan, jadi saya mau menghibur dia.

Pas diajak makan, saya tanya mau makan apa. Dia jawab, “Terserah Om”. Saya balas, “Terserah kamu”. Bolak balik begitu terus selama beberapa minit, karena dia tidak mau pilih. Saya tawarkan steak karena sudah tahu itu kesukaan dia dan dia jarang makan. Dia menolak. Nggak mau katanya. Saya melihat matanya. Saya tanya apa nggak mau karena lagi nggak pengen, atau karena takut terlalu mahal? Dia diam dan mikir dulu. Hahaha. Sudah ketahuan jawabannya. Dia tidak mau minta yang mahal. Saya paksakan dia makan steak, sambil dengarkan dia komplain terus bahwa dia tidak mau makan steak.

Setelah dibeli dan ditaruh di meja, senyumnya lebar sekali. Saat saya selesai makan, dia baru selesai makan setengah dari steaknya. Saya tanya kenapa, apa kurang enak rasanya atau benar2 nggak mau makan steak (seperti yang dia katakan tadi)? Dia senyum lebar lagi.

“Lagi menghayati steaknya,” katanya. Hahahah. Ya ampun. Saya perhatikan bahwa steaknya dipotong kecil sekali dengan pelan sehingga ada puluhan potongan kecil yang bisa masuk mulutnya satu per satu. Kayanya hanya dokter gigi yang lebih pelan dan hati2 dalam melakukan tugasnya.

Saat main ke rumahnya, ketahuan kulkas rusak lagi, padahal baru diservis setelah rusak minggu kemarin. Es krim Magnum yang saya beli kemarin sudah mencair semua. Ibu berkomentar, ya sudah, harus dicari uangnya untuk beli kulkas baru. Saya mau langsung berkomentar, “Biarkan saya yang beli,” tapi pas berfikir kembali, baru ingat bahwa saya juga tidak punya uang. Jadi harus gigit lidah dan menahan rasa sedih karena tidak bisa langsung beli buat mereka hari itu juga.

Anak yang satu itu pengen sekali naik pesawat keluar negeri, dan saya sudah bilang kalau ada uangnya nanti, saya mau ajak dia ikut ke Kuala Lumpur saat saya membuat visa kerja. Insya Allah awal bulan depan saya sudah bisa ke sana untuk membuat visa, tapi saya tidak berani berjanji kepada dia, karena masih berfikir apakah sanggup bayarin dia juga atau tidak, jadi baru “diinformasikan” saja kepada dia, bukan berjanji. Bapaknya sudah berjanji mau bawa dia naik pesawat ke luar negeri, tetapi sudah wafat duluan. Jadi itu terasa sebagai beban di dalam hatinya si anak.

Di dalam hati saya, ada daftar panjang barang2 yang mau dibeli untuk membantu anak-anak yatim dalam keluarga yang satu itu, dan banyak anak yatim dan anak miskin di tempat lain yang saya tahu. Mencari anak yatim dan anak miskin tidak perlu pergi ke pelosok, karena di Jakarta dan di sekitarnya sudah disediakan stok yang besar. Tetapi saya belum menjadi konglomerat jadi hanya bisa bermimpi saja dan membantu sebisanya setiap bulan dengan uang yang terbatas. Dan orang yang sudah menjadi konglomerat tidak begitu peduli, kecuali masuk bulan puasa, maka tiba2 mulai peduli semua untuk beberapa hari saja. Bulan puasa itu waktu “panen” untuk anak yatim dan panti asuhan.

Di satu sisi, saya iri sekali dengan orang kaya yang uangnya berlimpahan. Saya sering berfikir tentang apa yang bisa saya lakukan kalau ada uang ratusan milyar seperti mereka. Tetapi mereka dikasih uang yang banyak dan hanya merasa senang kalau uang mereka bertambah terus. 

Saya merasa senang dan puas kalau melihat senyumnya seorang anak yatim yang ditraktir makan dengan makanan kesukaan dia. Tetapi mereka yang menjadi konglomerat (karena diizinkan kaya oleh Allah) malah merasa senang kalau melihat saham mereka naik. Ada pilihan yang sederhana bagi kita semua: senyum atau saham. Mana yang lebih utama?

Jadi saya merasa iri pada mereka yang menjadi konglomerat karena tidak perlu peduli pada uang lagi, dan sekaligus saya merasa kasihan pada mereka karena mereka tidak bisa merasakan nikmat yang luar biasa dari senyumnya seorang anak yatim (kecuali sedikit sekali orang kaya yang memang juga dermawan, tetapi berapa persen itu dari semua?).
Jadi saya merasa sedih. Kapan saya bisa menjadi orang kaya ya? 

Tetapi sekaligus saya merasa senang sekali pada malam ini walaupun dompet sudah kosong. Pada saat orang konglomerat sudah pusing melihat nilai sahamnya naik-turun pada hari ini, saya mendapatkan nikmatnya melihat senyumnya seorang anak yatim pada waktu yang sama. 

Ada pilihan yang jelas: senyum atau saham? 

Biarkan konglomerat memilih yang mana saja yang mereka mau, karena saya sudah memilih juga. Terima kasih ya Allah, sudah memberikan kemudahan untuk memilih antara senyum dan saham. Saya sama sekali tidak mau menukar senyumnya anak yatim itu dengan saham senilai apapun. Tidak ada nikmatnya saham itu kalau dibandingkan dengan senyumnya seorang anak yatim yang dirahmati Allah.  

Wassalamu’alaikum wr.wb.,
Gene Netto
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...