2008-10-23 07:29:00
MEDAN -- Sejumlah obat-obatan atau suplemen yang beredar bebas di apotek di Medan, Sumatra Utara (Sumut), diduga mengandung lemak babi. Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumut meminta warga agar berhati-hati mengonsumsi obat-obatan yang dijual bebas di wilayahnya.
''Teliti dulu sebelum membeli obat,'' kata Ketua MUI Medan, Muhammad Hatta, di Medan, Rabu (22/10).
Kandungan lemak babi itu, jelas Hatta, terdapat pada pembungkus atau selongsong kapsul obat-obatan tertentu. Sayangnya, Hatta tak bersedia memerinci obat-obatan jenis apa saja yang disinyalir mengandung zat yang terlarang bagi umat Islam tersebut.
Yang pasti, adanya kandungan lemak babi itu berdasarkan hasil penelitian Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetika (LPPOM) MUI Medan. Pihaknya, kata Hatta, juga belum bisa berbuat banyak atas peredaran obat-obatan haram tersebut karena UU Sertifikasi Halal belum disahkan DPR.
''Namun, penemuan itu sudah kami serahkan ke Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Sumut,'' katanya. Dia berharap, temuan itu segera ditindaklanjuti pihak terkait lain agar masyarakat terhindar dari obat-obatan yang haram dikonsumsi umat Islam.
Peneliti dari LPPOM MUI Medan, Prof Aznan Lelo, menambahkan, kandungan lemak babi itu ternyata tak hanya ditemukan dalam obat-obatan. Sejumlah makanan dan minuman yang beredar di daerahnya tidak tertutup mengandung unsur haram itu.
''Masyarakat sebaiknya jeli melihat makanan dan minuman. Sebab, kandungan babi juga ditemukan di kosmetika,'' paparnya.
Ketua Umum MUI Sumut, Abdullah Syah, meminta masyarakat jeli membeli obat-obatan. Untuk lebih amannya, calon konsumen dapat bertanya lebih dahulu kepada dokter atau petugas apoteker soal kandungannya.
Kapus Komunikasi Publik Depkes, Lily S Sulistyowati, mengaku, hingga tadi malam, BPOM belum menerima laporan MUI soal temuan obat itu. ''Harus diselidiki kebenarannya. Perlu dicek ulang dengan melibatkan BPOM.''
Menanggapi pro kontra menahun mengenai bahan penyusun cangkang kapsul, peneliti dari Sekolah Farmasi ITB, Heni Rachmawati, menjelaskan bahwa kapsul mempunyai unsur penyusun utama gelatin. Gelatin alam dapat diperoleh dari berbagai sumber, antara lain ikan, sapi, dan babi.
Cangkang kapsul berbahan gelatin babi, ungkapnya, memang memiliki kualitas lebih baik dari bahan lain, seperti sapi atau ikan. Dan, mayoritas obat-obatan impor tidak mempertimbangkan aturan halal haram.
''Solusinya, sebenarnya kini telah berkembang cangkang kapsul berbahan gelatin sintetis,'' katanya. Kalaupun obat impor itu tak tergantikan, dia menyarankan agar produsen obat dalam negeri membuka cangkang kapsul dan mengemas ulang isinya dengan bahan yang sesuai standar kefarmasian serta kaidah agama.
Heni juga mengimbau supaya lembaga registrasi cermat menilai obat-obatan, terutama yang diimpor, yang memang lazimnya tidak mencantumkan bahan-bahan penyusun obat dengan gamblang. nin/c87/eye/ant.
Sumber: Republika.com
#######
Assalamu’alaikum wr.wb.,
Ini yang ditemukan di Medan. Bagaimana dengan Jakarta? Seringkali saya ke apotik seperti Century atau Guardian untuk beli obat atau vitamin. Saya bertanya kepada penjual di toko itu apakah obat tersebut halal. Kadang orang itu memandang saya seakan-akan saya orang aneh (Kok bapak mau tahu kalau obat impor ini halal? Buat apa?). Kadang orang itu menjawab dengan enteng, “Ohh, ini halal Pak”.
Setelah saya periksa label sendiri, ternyata vitamin itu di dalam kapsul, dan ada tulisan “gelatin” yang jelas, tanpa penjelasan gelatin itu diambil dari sumber apa. Setelah saya bertanya tentang gelatin tersebut, ada yang mengatakan tidak tahu, dan ada juga yang mengatakan “Saya tidak tahu, tetapi halal Pak. Mau beli kan Pak?” Ternyata asal menjual untuk dapat komisi lebih utama daripada menjawab dengan jujur.
Itu yang saya alami setelah saya BERTANYA. Bagaimana dengan jutaan orang yang TIDAK BERTANYA, dan sekedar beli saja karena perlu obatnya? Sangat disayangkan bahwa di sebuah negara yang penuh dengan orang Islam, justru sulit untuk beli obat dan vitamin yang halal.
Saya pernah tahu dari teman bahwa ada yang menjual vitamin buatan lokal yang halal, tetapi tidak dijual secara bebas dan kita harus bersusah payah mencari agen yang menjualnya (sistem MLM). Jadi, kita tidak dibantu dengan adanya vitamin tersebut di toko swalayan seperti Hero. Malah dibuat sulit bagi konsumen yang ingin mencarinya. Sayang.
Saya bisa bayangkan keadaan di Australia kalau seandainya masyarakat setempat sulit beli bir dan semua jenis alkohol yang lain. Pasti mereka semua ribut dan berprotes terus karena mereka anggap minuman seperti itu suatu keperluan yang “wajib” dikonsumsi sehari-hari. Di sini, masyarakat yang beragama Islam menghadapi kesulitan yang serupa (untuk dapat makanan, obat dan vitamin yang halal, yang “wajib” dikonsumsi) tetapi malah tenang saja, pasrah, dan konsumsi yang haram terus. (“Apa boleh buat?”)
Kapan negara ini akan berubah?
Wassalamu’alaikum wr.wb.,
Gene Netto
Search This Blog
Labels
alam
(8)
amal
(100)
anak
(299)
anak yatim
(118)
bilingual
(22)
bisnis dan pelayanan
(6)
budaya
(8)
dakwah
(87)
dhuafa
(18)
for fun
(12)
Gene
(222)
guru
(61)
hadiths
(9)
halal-haram
(24)
Hoax dan Rekayasa
(34)
hukum
(68)
hukum islam
(52)
indonesia
(570)
islam
(556)
jakarta
(34)
kekerasan terhadap anak
(357)
kesehatan
(97)
Kisah Dakwah
(10)
Kisah Sedekah
(11)
konsultasi
(11)
kontroversi
(5)
korupsi
(27)
KPK
(16)
Kristen
(14)
lingkungan
(19)
mohon bantuan
(40)
muallaf
(52)
my books
(2)
orang tua
(8)
palestina
(34)
pemerintah
(136)
Pemilu 2009
(63)
pendidikan
(503)
pengumuman
(27)
perang
(10)
perbandingan agama
(11)
pernikahan
(11)
pesantren
(34)
politik
(127)
Politik Indonesia
(53)
Progam Sosial
(60)
puasa
(38)
renungan
(178)
Sejarah
(5)
sekolah
(79)
shalat
(9)
sosial
(321)
tanya-jawab
(15)
taubat
(6)
umum
(13)
Virus Corona
(24)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
ya!memang sulit sekali mencari status kehalalan satu makanan atau obat di negara tercintaku ini.untuk makanan saja, bagaimana saya bisa yakin kalau makanan-makanan di warteg-warteg itu halal?pertama,mereka tidak bersertifikat.jelas.kedua, kalau misalnya langsung tanya ke penjualnya,kalau tidak tersinggung pasti jawaban mereka makanan yang mereka jual halal.namanya juga mencari uang,bukannya berusaha menjual makanan halal malah menghalalkan segala cara supaya jualannya laku.terus terang, saya paling ngeri makan makanan di pinggir-pinggir jalan.ngeri kalau tidak halal, belum lagi adanya berita-berita dijualnya ayam busuk, daging gelondongan,daging sisa hotel (yang pastinya selain merusak kesehatan, jelas tidak halal!)dulu memang saya tanpa rasa bersalah makan apa saja asal enak, apalagi murah (kecuali babi tentunya,yang jelas-jelas haram).tetapi sekarang tidak bisa,sebelum ada kejelasan kehalalannya.Ada teman yang berpendapat, makan makanan yang belum jelas kehalalannya begitu tidak apa-apa, asalkan didahului Basmalah.justru itu gunanya Basmalah, menurut dia.Tapi karena saya tidak berani mengambil resiko seperti itu, lingkup lokasi makan saya jadi terbatas.misalnya KFC, yang jelas-jelas bersertifikat halal,Wendy's, Platinum atau Bakso Malang Kapitan dan jelas membuat saya semakin boros.Dan sekarang saya jadi bingung, karena bukannya boros juga dilarang dalam Islam?Saya benar-benar iri dengan seorang teman yang tinggal di Sydney dan bisa belanja makanan/bahan makanan halal dengan mudah. Dan setahu saya, ada Halalguidelines di Australia yang memberi segala informasi bagi warga muslim tentang halal haram.ironis,di Indonesia yang mayoritas muslim, saya malah kesulitan mencari kejelasan suatu makanan halal atau tidak. Apalagi obat!Saya tidak tahu, saya yang tidak tahu informasinya atau memang MUI yang belum mengakomodir kebutuhan umat muslim,tapi sepertinya MUI tidak/belum memberikan list tempat-tempat makan yang sudah bersertifikat halal.hanya kasus-kasus tertentu saja yang diinformasikan.Ditambah lagi dengan ketidakpedulian warga muslim sendiri dengan status kehalalan makanan yang mereka makan. Maka lengkap sudah kesulitan kami warga muslim yang perduli (minoritas dari warga muslim)untuk menemukan makanan halal di Indonesia (khususnya Jakarta) tercinta ini.
ReplyDeleteSolusinya cuma satu: ganti pemerintah!! Makanya, jangan salah pilih tahun depan!
ReplyDeleteMr. Gene..apa ganti pemerintahan, itu juga solusi yang tepat. Ya presidennya mungkin bisa saja berganti, tapi orang-orang di legislatif dan eksekutifnya tetap saja tidak berganti, mungkin cuma berubah posisi, apa menjamin?
ReplyDeletemental-para pejabat di indonesia masih banyak yg harus di set ulang.
Untuk bertindak Tegas dalam kasus-kasus seperti itu,
baik lembaga pemerintahan yang bertanggung jawab, ataupun lembaga agama.
Malu..rasanya melihat: di Negara ini, justru departemen yang mengurusi -mayoritas muslim- pernah dicap sebagai departemen terkorup di indonesia-(sekarang bagaimana ya..masih kah??)
Yang berkuasa di DPR dari dulu sampai sekarang adalah Golkar dan PDIP. Ternyata, mereka tidak bekerja untuk kepentingan rakyat. Langkah pertama untuk memperbaiki pemerintah adalah mengangkat orang lain dari partai lain, sehingga Golkar dan PDIP menjadi minoritas bukan mayoritas. Setelah itu, Insya Allah bisa terjadi perubahan. Semuanya ada di tangan rakyat. Kalau rakyat pesimis dan putus asa, lalu golput, Golkar dan PDIP bakal menang lagi, dan Indonesia dapat 5 tahun lagi yang mirip dengan 5 tahun yang terakhir. Terserah rakyat. Mau lihat perubahan atau tidak?
ReplyDeleteKalau ada partai lain yang dapat kekuasaan, mereka bisa angkat menteri yang bersih yang bisa membersihkan departemen mereka masing-masing. Hasilnya, Insya Allah pemerintah menjadi bersih.
Tapi rakyat harus bertindak dulu, dan tidak sia-siakan haknya dalam pemilihan 2009.
Gak usah menyalahkan siapa atau kenapa la wong sistemnya aja memang sistem kufur ya mau gak mau apapun jadi gak beres. Misal inputnya adalah orang2 yg baik dan taat beribadah tapi prosesnya bergelut dengan hal-hal yang haram maka mau tidak mau ya outputnya haram juga. Kalau mau halal ya Sistem yang digunakan juga harus halal. Misal Daging sapi digoreng dengan minyak babi ya hasilnya bisa ditebak sendiri. Tapi kalau daging sapi digoreng dengan minyak yang halalan toyiban ya hasilnya pasti halal dong. Jadi udah jelas to mana sistem islam dan mana sistem taghut. Demokrasi yang dibungkus dengan baju-baju Islam tak ubahnya mengubah daging babi menjadi daging celeng, yang tidak akan mengubah zat yg haram menjadi halal. Semoga bermanfaat.
ReplyDeleteArif
Kalau hanya sekedar 'berteriak-teriak' di luar apakah bisa mengubah sistem ini ?? Lalu kalau semuanya angkat tangan dan tidak mau ikut campur tangan memperbaiki bobrok nya sistem ini,apakah kita sukarela ditindas selama menunggu sistem ini berubah menjadi lebih baik/Islami sampai Khilafah berdiri,kira-kira berapa ribu tahun lagi ya....Apa mungkin sistem ini bisa berubah dengan sendirinya ?
ReplyDeleteContoh nyata siapa yang mampu merumusksn RUU Pornografi ? Siapa yang mampu merubah nya menjadi undang-undang di tengah maraknya orang yang mendukung kemaksiatan,bukankah itu bukti nyata orang-orang baik yang terlibat dalam sistem ??
Kalau kita hanya bersuara di luar sistem mungkin saja suara kita terdengar,tapi konkrit nya apa yang bisa dihasilkan,apa yang bisa dirubah ?? Apa berani merubah sistem ini dengan konfrontasi ?!
Maaf saya bukan mau berdebat tapi hanya sekedar berpendapat seperti anda....Peace ah.
tara