Senin, 26 April 2010 | 17:26 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Kebanyakan peserta ujian nasional (UN) SMA/MA yang mengulang tahun ini karena gagal mencapai nilai minimal kelulusan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dan Biologi. Kepada siswa yang belum mampu memenuhi nilai minimal standar kelulusan UN itu dapat mengikuti UN ulangan yang digelar 10-14 Mei nanti.
Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh di Jakarta, Senin (26/4/2010), menjelaskan, siswa yang mengulang umumnya karena tidak lulus di satu mata pelajaran. "Sekitar 64 persen lebih itu, satu mata pelajaran yang tidak lulus," kata Nuh.
Berdasarkan data Pusat Penilaian Pendidikan Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Nasional, dari total peserta UN SMA/MA 2010 sebanyak 1.522.162 siswa, terdapat 154.079 siswa yang mengulang. Dari jumlah tersebut, sebanyak 99.433 siswa atau 64,5 persen mengulang satu mata pelajaran.
Nuh menambahkan, mata pelajaran yang diulang di antaranya adalah Matematika, Bahasa Indonesia, dan Biologi. Untuk itu, kepala sekolah, kepala dinas, dan siswa yang mengulang diminta untuk mempersiapkan diri menghadapi ujian ulangan.
Sumber: edukasi.kompas.com
Search This Blog
Labels
alam
(8)
amal
(97)
anak
(317)
anak yatim
(117)
bilingual
(22)
bisnis dan pelayanan
(6)
budaya
(8)
dakwah
(87)
dhuafa
(18)
for fun
(12)
Gene
(222)
guru
(64)
hadiths
(9)
halal-haram
(24)
Hoax dan Rekayasa
(34)
hukum
(69)
hukum islam
(51)
indonesia
(586)
islam
(559)
jakarta
(34)
kekerasan terhadap anak
(372)
kesehatan
(97)
Kisah Dakwah
(11)
Kisah Sedekah
(11)
konsultasi
(13)
kontroversi
(5)
korupsi
(28)
KPK
(16)
Kristen
(14)
lingkungan
(19)
mohon bantuan
(40)
muallaf
(53)
my books
(2)
orang tua
(10)
palestina
(34)
pemerintah
(138)
Pemilu 2009
(63)
pendidikan
(519)
pengumuman
(27)
perang
(10)
perbandingan agama
(11)
pernikahan
(11)
pesantren
(46)
politik
(127)
Politik Indonesia
(53)
Progam Sosial
(60)
puasa
(37)
renungan
(192)
Sejarah
(5)
sekolah
(90)
shalat
(10)
sosial
(323)
tanya-jawab
(15)
taubat
(6)
umum
(13)
Virus Corona
(24)
Popular Posts
-
Salah satu kata kesukaan orang Indonesia adalah: “Oknum”. Kalau ada orang-orang yang bercerita bahwa mereka mengalami suatu “masalah” di sek...
-
[Kisah dari teman]: Kemarin di rumah ustadz ana yang punya ponpes. Katanya belum lama mengeluarkan belasan santri yang terlibat dalam kegiat...
-
Assalamu’alaikum wr.wb. Ada berita tentang peringkat Indonesia di FIFA: Hanya bisa mencapai urutan 122 pada bulan Oktober 2025, dan tidak ...
-
Assalamu’alaikum wr.wb. Pada tahun 2024, tercatat 1,8 juta orang Indonesia melakukan Umrah dan 241 ribu orang melakukan Haji. Jadi totalnya ...
-
Assalamu’alaikum wr.wb. Pada tanggal 29 September, 2025, gedung baru dalam sebuah pesantren di Sidoarjo ambruk pada saat banyak anak melakuk...
-
Banyak orang yang kerja sebagai “guru” hanyalah orang dewasa yang berdiri di kelas dan memberikan tugas kepada anak, TANPA memiliki ilmu yan...
-
Assalamu’alaikum wr.wb. Mohon maaf, apa pantas disebut “Tragedi Maut”? Bukannya itu kasus “kematian yang disebabkan oleh kelalaian” (yang bi...
-
Pertanyaan Assalamu'alaikum wr.wb., Saya mau bertanya kalau orang Muslim boleh mendoakan orang non-Muslim? Kalau ada teman atau sauda...
-
Assalamu’alaikum wr.wb. Mohon maaf Pak Menteri, tetapi apakah bapak sudah pegang data yang akurat, sehingga berani bilang jumlahnya sedikit?...
-
Assalamu’alaikum wr.wb. Beberapa minggu yang lalu, ada orang di Panama yang hubungi saya untuk belajar tentang Islam. Dan alhamdulillah se...
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Salam alaikum
ReplyDeleteJadi sebenarnya apa yang harus menentukan kelulusan? Yang jelas tetap harus ada suatu hasil ujian/evaluasi belajar utk. siswa. kalau UN ditiadakan, mau pakai evaluasi belajar siswa dlm. bentuk yang bagaimana? (ini pertanyaan kalau ada yang mungkin ada usul solusi bukan sanggahan)
Di sebuah sekolah negeri di Jkt, sudah ada sekolah yang tetap tidak meluluskan siswanya karena perilakunya yang sangat buruk meski secara akademi dia lulus. (Untuk penilaian perilaku bagaimanapun juga harus dijaga keobyektifitasannya).
FYI, orang-orang tua yang usia separuh abad lebih, dulu juga banyak yang lulus sekolah dengan melalui ujian beberapa mapel yang sangat ketat penilaiannya. Di USA juga ada SAT. Mungkin kita bisa membandingkan ujian sekolah dari berbagai negara/pihak dan make the better examination apapun bentuknya.Tujuannya tetaplah mencari cara/bentuk evaluasi belajar yang efektif sehingga menjadikan kebaikan bagi masa depan generasi penerus.
Wassalam
tyaz
Inilah bentuk ketidak masuk akalannya UN sebagai standar kelulusan tanpa memandang proses belajar sebelumnya.Konsep pembelajaranpun jadi berubah, bukan lagi mengajarkan kreatifitas dan akhlak pada siswa tapi hanya mempressure siswa untuk bisa mengerjakan soal-soal.
ReplyDelete