Search This Blog

Labels

alam (8) amal (100) anak (299) anak yatim (118) bilingual (22) bisnis dan pelayanan (6) budaya (8) dakwah (87) dhuafa (18) for fun (12) Gene (222) guru (61) hadiths (9) halal-haram (24) Hoax dan Rekayasa (34) hukum (68) hukum islam (52) indonesia (570) islam (557) jakarta (34) kekerasan terhadap anak (357) kesehatan (97) Kisah Dakwah (10) Kisah Sedekah (11) konsultasi (11) kontroversi (5) korupsi (27) KPK (16) Kristen (14) lingkungan (19) mohon bantuan (40) muallaf (52) my books (2) orang tua (8) palestina (34) pemerintah (136) Pemilu 2009 (63) pendidikan (503) pengumuman (27) perang (10) perbandingan agama (11) pernikahan (11) pesantren (34) politik (127) Politik Indonesia (53) Progam Sosial (60) puasa (38) renungan (179) Sejarah (5) sekolah (79) shalat (9) sosial (321) tanya-jawab (15) taubat (6) umum (13) Virus Corona (24)

01 May, 2010

Kebanyakan Gagal di Satu Mata Pelajaran

Senin, 26 April 2010 | 17:26 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Kebanyakan peserta ujian nasional (UN) SMA/MA yang mengulang tahun ini karena gagal mencapai nilai minimal kelulusan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dan Biologi. Kepada siswa yang belum mampu memenuhi nilai minimal standar kelulusan UN itu dapat mengikuti UN ulangan yang digelar 10-14 Mei nanti.
Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh di Jakarta, Senin (26/4/2010), menjelaskan, siswa yang mengulang umumnya karena tidak lulus di satu mata pelajaran. "Sekitar 64 persen lebih itu, satu mata pelajaran yang tidak lulus," kata Nuh.

Berdasarkan data Pusat Penilaian Pendidikan Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Nasional, dari total peserta UN SMA/MA 2010 sebanyak 1.522.162 siswa, terdapat 154.079 siswa yang mengulang. Dari jumlah tersebut, sebanyak 99.433 siswa atau 64,5 persen mengulang satu mata pelajaran.

Nuh menambahkan, mata pelajaran yang diulang di antaranya adalah Matematika, Bahasa Indonesia, dan Biologi. Untuk itu, kepala sekolah, kepala dinas, dan siswa yang mengulang diminta untuk mempersiapkan diri menghadapi ujian ulangan.

Sumber: edukasi.kompas.com

2 comments:

  1. Salam alaikum
    Jadi sebenarnya apa yang harus menentukan kelulusan? Yang jelas tetap harus ada suatu hasil ujian/evaluasi belajar utk. siswa. kalau UN ditiadakan, mau pakai evaluasi belajar siswa dlm. bentuk yang bagaimana? (ini pertanyaan kalau ada yang mungkin ada usul solusi bukan sanggahan)
    Di sebuah sekolah negeri di Jkt, sudah ada sekolah yang tetap tidak meluluskan siswanya karena perilakunya yang sangat buruk meski secara akademi dia lulus. (Untuk penilaian perilaku bagaimanapun juga harus dijaga keobyektifitasannya).
    FYI, orang-orang tua yang usia separuh abad lebih, dulu juga banyak yang lulus sekolah dengan melalui ujian beberapa mapel yang sangat ketat penilaiannya. Di USA juga ada SAT. Mungkin kita bisa membandingkan ujian sekolah dari berbagai negara/pihak dan make the better examination apapun bentuknya.Tujuannya tetaplah mencari cara/bentuk evaluasi belajar yang efektif sehingga menjadikan kebaikan bagi masa depan generasi penerus.
    Wassalam

    tyaz

    ReplyDelete
  2. Inilah bentuk ketidak masuk akalannya UN sebagai standar kelulusan tanpa memandang proses belajar sebelumnya.Konsep pembelajaranpun jadi berubah, bukan lagi mengajarkan kreatifitas dan akhlak pada siswa tapi hanya mempressure siswa untuk bisa mengerjakan soal-soal.

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...