Search This Blog

Labels

alam (8) amal (100) anak (299) anak yatim (118) bilingual (22) bisnis dan pelayanan (6) budaya (8) dakwah (87) dhuafa (18) for fun (12) Gene (222) guru (61) hadiths (9) halal-haram (24) Hoax dan Rekayasa (34) hukum (68) hukum islam (52) indonesia (570) islam (556) jakarta (34) kekerasan terhadap anak (357) kesehatan (97) Kisah Dakwah (10) Kisah Sedekah (11) konsultasi (11) kontroversi (5) korupsi (27) KPK (16) Kristen (14) lingkungan (19) mohon bantuan (40) muallaf (52) my books (2) orang tua (8) palestina (34) pemerintah (136) Pemilu 2009 (63) pendidikan (503) pengumuman (27) perang (10) perbandingan agama (11) pernikahan (11) pesantren (34) politik (127) Politik Indonesia (53) Progam Sosial (60) puasa (38) renungan (178) Sejarah (5) sekolah (79) shalat (9) sosial (321) tanya-jawab (15) taubat (6) umum (13) Virus Corona (24)

31 May, 2011

Situs RSPCA, Animals Australia, Dan Getup “Crash” Di Bawah Permintaan Besar Dalam Kampanye Anti-Ekspor Hewan Hidup


Pagi ini, 3 LSM di Australia bernama RSPCA (yaitu Royal Society for the Prevention of Cruelty to Animals – atau Royal Society untuk Pencegahan Kekejaman terhadap Hewan), Animals Australia dan GetUp, yang bekerja sama dalam kampanye untuk mengakhiri ekspor hewan hidup dari Australia, menegaskan bahwa situs web ketiga organisasi telah jatuh (“crash”) di bawah jumlah pengunjung secara massal, yang mencapai dua ribuan pengunjung per menit yang mengakses situs2 tersebut.

Kampanye ini muncul setelah program ABC bernama Four Corners semalam, yang menunjukkan film kejam yang dibuat oleh penyidik ​​Hewan Australia di rumah pemotongan hewan di Indonesia.

"Kami telah melihat lebih dari 35.000 warga Australia menandatangani petisi
untuk mengakhiri program ekspor hewan hidup ke Indonesia, dalam jangka waktu hanya lima jam pada pagi ini," kata Direktur Nasional GetUp Simon Sheikh. "Itu petisi yang paling cepat berkembang yang pernah saya lihat."

"Ada jumlah besar orang Australia yang ingin mengambil tindakan untuk mengakhiri ekspor hewan hidup," kata Kepala Ilmuwan RSPCA, Dr Bidda Jones. "Barangsiapa yang telah melihat rekaman dari rumah pemotongan hewan di Indonesia akan terkejut oleh perlakuan brutal terhadap sapi Australia, yang dibiarkan terjadi oleh para eksportir hewan hidup Australia. Pengiriman sapi Australia berikutnya akan segera berangkat dari Australia ke Indonesia -. pemerintah Gillard harus bertindak untuk melindungi hewan-hewan ini dengan mengumumkan penghentian sekarang juga terhadap perdagangan hewan hidup dengan Indonesia. "

"[Perusahaan] MLA dan Livecorp telah sengaja menipu peternak untuk menjamin pasokan hewan dan sengaja menyembunyikan pekerjaan mereka dari pemerintah untuk mempertahankan dukungan pemerintah dalam perdagangan. Sudah menjadi sangat jelas bahwa ini bukan perdagangan yang layak didukung oleh pemerintah," kata penyidik Hewan Australia ​​, Lyn Putih .


Petisi GetUp’s petition untuk mengakhiri ekspor hewan hidup: http://getup.org.au/campaigns/animals/live-export/banlive-export

[original article in English available here:]

RSPCA, Animals Australia, Getup websites crash under huge demand in Live Export campaign
This morning RSPCA, Animals Australia and GetUp, who are working together on a campaign to end live animal exports, confirmed that all three organisations’ websites have crashed under huge demand, with up to two thousands visitors per minute accessing the sites.

4 comments:

  1. Mereka begitu cepat merespon kekejaman terhadap hewan, namun begitu lambat atau bahkan sama sekali tak mengacuhkan kekejaman terhadap manusia di berbagai belahan dunia.

    ReplyDelete
  2. Iya, mungkin saja seperti itu. Tetapi untuk penyiksaan di Guantanamo, misalnya, tidak ada film yang dibuat, dan juga tidak ada sesuatu yang dikirim dari Australia, dengan menggunakan uang pajak rakyat.
    Jadi, saya kira mereka sangat marah dalam kasus sapi ini karena kedua alasan itu. Mereka bisa lihat bukti nyata, dan mereka tahu pemerintah menggunakan uang pajak mereka untuk menyediakan alat dan fasilitas yang digunakan dalam proses penyiksaan.
    Kalau umpamanya, ada film penyiksaan yang nyata dari Guantanamo, dan fasilitas di sana untuk menyiksa manusia menggunakan uang pajak dari Australia, saya kira reaksi rakyat Australia bakalan lebih besar lagi ketimbang reaksi mereka terhadap sapi ini. Itu hanya pendapat saya, karena belum pernah ada kasus seperti itu jadi kita tidak bisa tahu.
    Sebenarnya, protes di Australia terhadap penyiksaan manusia cukup besar dan kuat juga, hanya saja hal seperti itu tidak pernah masuk berita di sini, jadi sulit untuk tahu kalau hanya menilai dari sini. Saya sendiri menyaksikan waktu tinggal di sana. Contohnya, ada kasus wanita Pakistan atau Afghanistan yang menolak lamaran dari pria, lalu pria itu merasa tersinggung dan menyiram muka si perempuan dengan air keras sehingga mukanya rusak berat (dengan niat dia tidak akan bisa menikah dengan siapapun). Lalu ada LSM yang membawa perempuan itu ke Australia untuk operasi plastik dan sekaligus minta suaka. Untuk hal seperti itu, reaksi masyarakat besar, dan sering dibahas di media dan radio. Semua orang mendukung si perempuan, dan kejam pria yang biadab itu.
    Hal seperti itu sering terjadi, cuma tidak pernah ketahuan di sini karena tidak akan masuk berita lokal di Indonesia. Mohon jangan menyangka tidak ada karena kepedulian masyarakat di sana terhadap manusia juga cukup besar, dan buktinya banyak (di sana).
    Wassalam,
    Gene

    ReplyDelete
  3. yg jadi pertanyaan aq sekarang ....media di australia dikuasai siapa? ...seperti juga media di indonesia ada station televisi yg tidak gamblang menyiarkan tentang lapindo tapi sangat genjar begitu beritanya bersinggungan dengan penguasa ...

    ReplyDelete
  4. Saya berharap bahwa sejauh ini mereka mengambil tindakan atas masalah ini. Hal ini seharusnya tidak terjadi.

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...