Assalamu’alaikum wr.wb.,
Teman2, saya barusan ditelfon oleh seorang anak yang
muallaf, masih anak SMA. Dia sudah tertarik pada Islam dari beberapa bulan yang
lalu, dan bertanya2 terus di beberapa tempat. Akhirnya dia merasa yakin dan
masuk Islam secara lisan (baca syahaddat sendiri). Tapi karena kemudian
ketahuan oleh kakaknya, dia diancam akan dibunuh kalau berani main-main dengan Islam
lagi. Dikatakan sudah kena virus yang parah, yang merusak akal pikiran,
sehingga dia berani masuk Islam dan tinggalkan Tuhan Yesus. Untungnya, si kakak
belum memberitahu orang tuanya. Kalau orang tua tahu, dia tidak bisa bayangkan
reaksi mereka seperti apa, karena katanya, mereka orang yang keras dan fanatis terhadap
agama Kristen.
Walaupun sudah diancam dan takut dibunuh, dia masih nekat
saja mengucapkan syahaddat lagi secara formal dialam masjid di bulan puasa ini,
dibantu oleh para pengurus setempat. Dan sekarang dia jadi bingung. Shalat
tidak bisa, puasa tidak bisa. Kalau diusahakan, akan ketahuan oleh keluarga.
Dia bertanya kepada saya apa boleh menginap di rumah ustadz,
dan tinggalkan rumah keluarga? Tapi secara hukum, dia masih di bawah umur, jadi
saya bilang harus tanya dulu pada pengacara, untuk tahu dia punya hak apa. Dia sudah
memikirkan itu juga, dan tidak mau sampai orang tua laporkan ustadz ke polisi
sebagai “penculik”, dan nanti dia dipaksakan kembali ke rumah orang tua, di
mana dia merasa tidak aman.
Saya bilang mungkin bisa bawa pengacara ke pengadilan dan
laporkan bahwa kakak ancam akan membunuhnya. Tapi dia pintar sekali, dan
langsung menjawab bahwa tidak ada bukti, jadi kakak bisa berbohong dan
mengatakan tidak pernah mengancam. Jadi mesti bagaimana? Menunggu dibunuh? Atau
hidup sebagai seorang Muslim yang tidak bisa shalat dan puasa? Atau kabur dari
rumah, dan setelah itu putus sekolah? Apa solusi yang tepat kalau seorang anak
mau masuk Islam, dan orang tua tidak mungkin mengizinkan, dan kakak malah ancam
akan membunuh anak itu?
Apa anda merasa punya kesulitan dalam kehidupan anda? Mungkin
yang membuat anda stress tidak seberapa dibandingkan dengan apa yang harus
dialami orang lain seperti anak yang muallaf ini. Stress di kantor mungkin ada,
tapi masih bisa shalat, bisa pulang ke rumah, buka puasa dan sahur sama
keluarga tanpa masalah. Sedangkan anak ini mau beriman kepada Allah, tapi hanya
bisa dilakukan sebatas baca syahaddat saja, tanpa bisa lebih. Jadi sebelum mengeluh
lagi tentang semua kesulitan yang dialami, coba merenung, dan bayangkan kalau
untuk beriman saja anda harus menghadapi ancaman pembunuhan dari saudara
kandung sendiri, yang hari sebelumnya penuh dengan kasih sayang.
Mungkin saja kehidupan kita penuh dengan kenikmatan dari Allah,
yang tidak kita sadari karena sudah terasa sebagai hal yang “biasa”. Izin melakukan
shalat secara bebas sudah merupakan rahmat yang besar sekali dari Allah, yang
tidak dirasakan oleh orang lain. Tidak usah jauh-jauh ke suku Uigur di Cina
yang dilarang puasa oleh pemerintah. Di sini juga ada yang tidak bisa berpuasa
dan tidak berani shalat. Anehnya, banyak orang yang Muslim dari lahir malah
tinggalkan sendiri puasa dan shalat yang wajib, tanpa memahami betapa sulit
perjuangannya orang lain untuk mendapatkan hak yang sama.
Semoga bermanfaat.
Wassalamu’alaikum wr.wb.,
Gene
No comments:
Post a Comment