Dalam membahas seorang pejabat yang wafat di luar negeri, saya tidak berniat membahas “satu orang itu saja” dan juga tidak berniat menjelekkan nama satu orang. Tapi saya ingin membahas “SEMUA PENGUASA” (pejabat, politikus, kaum elit, pengusaha, dsb) sekaligus, dan hanya ingat pada hal ini lagi karena kemarin ada kasus baru. Sebelumnya pernah terjadi beberapa kali dan saya pernah komentari dulu juga. Jadi tujuan saya adalah untuk membuka topik tentang semua pejabat yang setara, yang hampir selalu kabur ke luar negeri pada saat sakit.
Menurut pendapat saya, para pejabat itu sendiri yang menciptakan
sistem kesehatan yang kurang baik di sini karena tidak pernah mau dukung fakultas
kedokteraan dengan benar. Perlu buktinya? Coba tanya pada dokter yang pernah kerja
di beberapa kota, dan tanya tentang fasilitas rumah sakit, dan fasilitas di
Fakultas Kedokteran dalam semua universitas negara yang sangat minim, tua, dan
serba jelek. Atau coba periksa sendiri. Saya pernah beberapa kali kunjungi sebuah
fakultas kedokteran di Jakarta dan melihat gedung tua yang rusak, alat tua yang
tidak berfungsi, dan kualitas semua fasilitas lain yang serba minim dan jarang
diperbaiki karena selalu “tidak ada dana”.
Daripada kebanyakan penguasa, politikus dan pejabat
melakukan korupsi setiap hari, dan mencuri uang rakyat untuk diri sendiri dan
keluarganya, dan hidup dalam keadaan takut akan ditangkap KPK, kenapa mereka
tidak KUMPULKAN uang itu, dan BANGUN puluhan Fakultas Kedokteran baru DI SINI dengan
fasilitas paling moderen di dunia? Lalu mereka juga bisa GRATISKAN kuliah
kedokteran untuk 10 RIBU mahasiswa yang paling cerdas setiap tahun, dan
pastikan SEMUA DOSEN fakultas kedokteran punya gaji di atas 100 JUTA per bulan
sebagai tanda kehormatan terhadap para dosen kedokteran, karena kami semua
sangat membutuhkan keahlian mereka untuk memajukan bangsa ini!!! (Rakyat yang rawan
sakit sangat merugikan ekonomi bangsa).
Kalau semua pejabat, penguasa dan politikus mau melakukan
tindakan seperti itu, saya sangat yakin bahwa dalam beberapa tahun saja, Indonesia
sudah menjadi salah satu negara yang paling maju dunia medisnya, dan para dokter
dan profesor kedokteran yang paling hebat di dunia akan antrian untuk datang ke
sini untuk kerja sama dan mengajar mahasiswa kita. Dan bahkan mungkin nanti akan
ada pasien dari seluruh dunia yang mau datang ke sini untuk pemeriksaan dan
operasi karena sangat percaya pada dokter kita.
TETAPI para politikus dan pejabat TIDAK MAU melakukan itu.
Mereka korupsi semua uang negara yang lewat tangan mereka, dan pada saat jatuh
sakit, mereka kabur ke Singapura, Amerika, Eropa dan sebagainya untuk dapat
dokter yang baik UNTUK MEREKA SAJA. Dan dokter di barat itu dibayar dengan uang
rakyat Indonesia yang dikorupsi oleh para pejabat dan pengusaha itu.
Jadi kenapa tidak boleh kita bahas? Saya tidak mau fokus pada
satu orang dan sebatas ingat tentang ini karena pernah dibahas dulu dan
sekarang terjadi lagi. Mereka sendiri yang "menciptakan" kondisi ini
dengan melakukan korupsi dan tidak peduli pada kemajuan dunia medis Indonesia.
Selama para penguasa tidak mau dukung dokter Indonesia, dijaminlah bahwa akan
ada banyak dokter yang cukup "kacau" dan tidak berkualitas.
Seluruh sistem ini perlu diperbaiki. Dan para penguasa dan
pejabat bisa mulai dengan cara mulai mendukung dan memberikan dana besar
terhadap semua fakultas kedokteran!!! Tapi mereka lebih suka korupsi.... Jadi
buat apa kita harus diam dan tidak boleh komentari perbuatan mereka yang tidak
utamakan kepentingan bangsa ini???
Kemarin saya diskusi dengan teman saya Dr Irwan. Saya tanya,
dibutuhkan berapa tahun sampai dia bisa masuk ruang operasi, dan lakukan
operasi seperti “robot”, yang artinya sudah jalan seperti automatis, karena
begitu mudah dan terlatih, dan semua masalah yang muncul sudah dipahami dari
A-Z sehingga tidak merasa bingung atau ragu-ragu lagi, dan bisa cepat
bertindak?
Dia jawab: 14 TAHUN!!
Jadi kalau dibutuhkan 14 tahun untuk menjadi “dokter bagus
dan terlatih”, sedangkan pemerintah tidak mau mendukung para dokter, dan hanya
mau memberikan fasilitas yang paling mimim di fakultas kedokteran, bagaimana
mungkin dokter Indonesia bisa semangat dan termotivasi untuk selalu memberikan
pelayanan terbaik? Lalu selalu dikasih gaji yang sangat rendah dari pemerintah,
sehingga bisa jadi ada pengemis di jalan yang dapat lebih banyak uang dalam 1
bulan! Jadi pada saat bisa praktek di rumah sakit swasta, yang dipikirkan
adalah “kesempatan isi tabungan” karena kalau bantu pemerintah dengan kerja di
Puskesmas dan tempat lain, setara dengan “kerja gratis” karena gaji begitu
kecil. Kalau kita harus mengalami kondisi mereka selama bertahun-tahun, saya
kira mayoritas dari kita sudah putus asa dan beralih profesi menjadi pengusaha
saja, biar bisa kaya. Betul?
Jadi pemerintah tidak mau dukung para dokter Indonesia dari
awal kuliah sampai akhirnya boleh praktek, tetapi untuk para pejabat dan penguasa,
uang tidak kenal batas. Mau studi banding puluhan kali, silahkan saja! Mau
renovasi rumah dan kantor mewah, agar lebih mewah lagi, silahkan saja! (Proyek
di atas proyek, dan semuanya dipakai untuk kejar uang korupsi). Tapi jangan
sampai para dokter bisa hidup dengan tenang, dan hanya perlu fokus pada ilmu
medisnya, tanpa perlu peduli pada uang karena sudah cukup. Jangan sampai!
Jadi pemerintah, penguasa dan para pejabat yang sangat
salah. Mereka tidak mau mendukung para dokter Indonesia, dan selalu kabur ke
luar negeri dan bayar dokter di sana untuk dapat pengobatan yang lebih
berkualitas (dengan gunakan uang korupsinya). Tapi untuk rakyat Indonesia,
cukup Puskesmas dan mantri saja! Dan untuk para calon dokter Indonesia dan para
dosen kedokteran, yang paling minim saja yang diberikan!
Apakah penguasa dan pejabat seperti itu berhak disebut “pemimpin”
dan bahkan “pahlawan” bangsa? Di mana ada jiwa kepemimpinan mereka untuk
memajukan bangsa ini, daripada memajukan isi tabungan mereka sendiri? Semoga
dalam waktu dekat, kondisi ini bisa berubah, dan dokter Indonesia bisa bersaing
dengan dokter paling hebat di dunia. Tapi kalau para penguasa negara ini tidak mau
dukung mereka, mustahil akan terjadi kemajuan!
Wassalam,
Gene Netto
Assalamualaikum,
ReplyDeleteHallo Bapak Gene Netto, seneng banget deh bisa ketemu suatu blog yang bagus. Perkenalkan saya Tika. Awal ke blog ini dari judul "Apa boleh mendoakan diri cepat mati", yang menurut saya cukup bermanfaat bagi saya.
Terima kasih juga atas doanya, agar dunia pendidikan dan kedokteran semakin baik, semoga Allah memberikan yang terbaik bagi kita semua.
Sebagai dewasa muda (kebetulan umur 23 tahun, Alhamdulilah masih hidup), saya masih belum bisa memberikan kontribusi yang nyata dalam dunia kedokteran saat ini, khususnya bagi Indonesia, namun saya ingin berusaha lebih giat lagi untuk menjadi lebih baik dan memperbaiki diri saya sendiri dalam bidang agama (yang paling utama, walaupun masih belajar otodidak dan belum mempunyai guru, saya berharap kelak saya dapat belajar dari seorang guru agama, namun menurut saya lebih baik memperkaya diri sendiri dahulu) dan bidang kedokteran. Kebetulan dalam bidang kedokteran saya menjadi mahasiswi di salah satu Univ FK (walaupun swasta) yang sedang menempuh ujian UKMPPD. Menurut saya untuk menjadi dokter ditempuh jalan yang cukup berat. Selama inipun saya merasa kurang pintar di bidang kedokteran (apa memang bodoh atau gimana) dan sepertinya untuk menjadi dokter tidak ada kata berhenti untuk belajar. Saya harap saya bisa menjadi lebih baik lagi kedepannya.
Semua hal ini tidak terlepas dari karunia Allah, menurut saya.
(jadi curhat)
Wassalamualaikum
Wa‘alaikumsalam wr.wb., jangan memisahkan antara belajar agama dan belajar ilmu kedokteran. Dua-duanya perlu dipelajari, dan dua-duanya perlu ditambahkan sekarang juga. Bukan utamakan satu, dan menunda yang lain.
DeleteAnda punya umur smp usia berapa? Kalau ini tahun terakhir anda hidup, nanti di akhirat apa puas kl bilang “saya belum paham banyak ttg Islam, dan ibadah masih terbatas, dan sedekah sedikit, dan tidak sempat baca Al Qur'an, KARENA saya sibuk belajar menjadi dokter”.
Apa nanti tidak merasa sudah merugikan diri sendiri karena tunda belajar agama, utk utamkan satu ilmu yg lain? Padahal dua-duanya penting?
Ibaratnya anda punya pasien, dan ketika tahu dia susah nafas, anda fokus pada itu, dan abaikan jantungnya. Ketika disuruh perhatikan jantungnya oleh suster, anda bilang “fokus pada pernafasan dulu. Kl tidak bernafas, tidak bisa hidup” lalu jantung diabaikan… Bisa? Atau dua-duanya penting?
Belajar kedokteran dan agama spt itu. Dua-duanya penting.
Jangan belajar tanpa guru. Cari pengajian dan cari guru. Kalau belajar sendiri tanpa guru, maka sangat mudah utk menjadi sesat atau salah paham. perlu ada guru yang jelas asal usulnya, utk menjelaskan ilmu agama yang sudah dipahami dari gurunya juga.