Labels

alam (8) amal (101) anak (294) anak yatim (118) bilingual (22) bisnis dan pelayanan (6) budaya (7) dakwah (84) dhuafa (20) for fun (12) Gene (218) guru (57) hadiths (10) halal-haram (24) Hoax dan Rekayasa (34) hukum (68) hukum islam (53) indonesia (563) islam (544) jakarta (34) kekerasan terhadap anak (351) kesehatan (98) Kisah Dakwah (10) Kisah Sedekah (11) konsultasi (11) kontroversi (5) korupsi (27) KPK (16) Kristen (14) lingkungan (19) mohon bantuan (41) muallaf (48) my books (2) orang tua (6) palestina (34) pemerintah (136) Pemilu 2009 (63) pendidikan (497) pengumuman (27) perang (10) perbandingan agama (11) pernikahan (10) pesantren (32) politik (127) Politik Indonesia (53) Progam Sosial (61) puasa (38) renungan (170) Sejarah (5) sekolah (74) shalat (7) sosial (323) tanya-jawab (14) taubat (6) umum (13) Virus Corona (24)

14 August, 2014

Untuk Dapat Sistem Pendidikan Baru, Siswa Harus Berani Mogok Belajar



Assalamu’alaikum wr.wb.,
Katanya ini negara demokrasi. Kita harus belajar artinya demokrasi dan harus paham bagaimana rakyat Indonesia bisa berpartisipasi secara aktif dalam demokrasi. Banyak dari 60 juta siswa Indonesia merasa stres setiap hari menghadapi sistem pendidikan buruk, begitu juga 100 juta orang tua dan 3 juta guru. Kalau mau dapat sistem yang lebih baik, siswa, guru dan orang tua harus bersatu untuk “melawan pemerintah”. Orang tua takut melawan sekolah. Guru takut melawan dinas pendidikan dan pemerintah. Jadi siapa yang berani bertindak duluan? Mungkin hanya anak muda yang punya keberanian! Siswa harus berani mulai, dan bersatu untuk mogok belajar. Dan di dalam negara demokrasi, mereka berhak bersikap begitu.

Anak Indonesia punya hak untuk bantu memperbaiki bangsa ini. Kalau pemerintah keluarkan kebijakan yang buruk (seperti wajib lulus dari UN), apa siswa harus diam dan terima? Tidak. Enam puluh juta siswa Indonesia boleh melawan kebijakan buruk. Bisa dengan kirim surat, membuat petisi, menulis artikel, mendirikan organisasi dan komunitas yang punya pemikiran yang sama, mogok belajar, dan demo. Tetapi media lebih memperhatikan mogok dan demo, jadi sepertinya itu yang perlu diutamakan dulu.

Buat apa Sukarno dan pejuang kemerdekaan membebaskan rakyat Indonesia dari penderitaan penjajahan Belanda, kalau sekarang rakyat tetap merasa “menderita”? Kenapa rakyat harus terima kebijakan pendidikan yang tidak diinginkan? Mohon maaf, tapi apa bedanya antara kondisi kita sekarang ini dengan penjajahan Belanda, kalau kondisi ini wajib diterima dan tidak boleh dilawan?

Bagaimana kalau kita kembalikan penjajahan Belanda, dan biarkan mereka berkuasa lagi? Belanda juga bisa berikan kurikulum yang memberatkan (seperti sekarang). Dalam kondisi buruk itu, yang dipikirkan semua orang hanyalah cari selamat bagi diri sendiri (seperti sekarang). Mau terima penjajahan lagi? Tidak mungkin? Kalau sistem pendidikan sekarang juga berat, merugikan dan tidak adil, dan tidak jauh beda dari apa yang mungkin dikasih oleh pihak penjajah, kenapa 100 orang tua, 60 juta siswa dan 3 juta guru tidak mau bersatu untuk melawan sistem pendidikan buruk itu?

Dulu, rakyat bersatu bersama Sukarno, melawan Belanda, dan berhasil. Tapi mohon maaf, rakyat Indonesia sekarang sudah terlanjur menjadi kaum yang lemah, takut dan selalu cari selamat bagi diri sendiri. Kenapa jiwa perjuangan yang dibangun oleh Sukarno menjadi hilang dan diganti dengan sikap penakut? Bagaimana kalau kita berani untuk berubah sekarang, bersatu dan berjuang untuk dapat sistem pendidikan yang berkualitas untuk semua anak bangsa? Apakah anda siap berjuang?

Bisa dimulai oleh siswa (karena orang dewasa terlalu takut). Yang sederhana: mogok belajar. Bisa seminggu sekali, atau setiap hari. Tetap masuk sekolah, tapi menolak belajar. Boleh demo di halaman sekolah. Boleh undang media untuk liput. Dan dilakukan di semua sekolah, di seluruh Indonesia. (Dilarang berbuat anarkis atau merusak.)

Tuntutannya: Menolak jam belajar yang berat. Menolak belajar pada hari Sabtu. Menolak Ujian Nasional. Menolak kebutuhan Bimbel hanya untuk lulus UN. Menolak 18 mata pelajaran pada kelas 3 SMA. Menolak banyak ulangan. Menolak banyak PR. Menolak perubahan kurikulum setiap kali ganti menteri. Dan sebagainya.

Kalau Sukarno dan kawan2nya siap mati untuk memberikan kemerdekaan dan kualitas hidup tinggi kepada semua anak Indonesia, kenapa orang dewasa menjadi lemah, ragu-ragu dan takut pada dinas pendidikan dan pemerintah (yang berjumlah ratusan orang saja)? Para pejabat itu digaji dari pajak rakyat. Mereka adalah pelayan kita. Memberitahu mereka apa yang kita inginkan untuk masa depan anak kita, dan wajibkan mereka melayani anak kita. Masa depan negara ini ada di tangan anak Indonesia itu. Kita wajib memberikan yang terbaik kepada mereka!

Bersatu. Maju. Berani. Berjuang. Dan jangan mundur dari “pertempuran” ini. Jadikan ini negara demokrasi yang benar. Jangan terima kalau 163 juta warga Indonesia (orang tua, siswa dan guru) bisa dikalahkanoleh 100 orang di Senayan yang membuat kebijakan buruk. Semoga 60 juta siswa Indonesia siap mulai dan berani untuk teruskan perjuangan Sukarno yang belum tuntas.  Dan itu sebabnya kenapa siswa Indonesia harus berani mogok belajar!!

Saya mohon artikel ini disebarkan kepada semua siswa Indonesia, semua guru dan semua orang tua. Semoga mereka mau bersatu
Wassalamu’alaikum wr.wb.,
Gene Netto

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...