Ada yang mengatakan PR penting utk siswa. Dan kalau tidak
dikerjakan, harus ada hukuman fisik, biar ada efek jera, karena PR tidak boleh ditinggalkan.
Ini satu isu yang muncul saat bahas hukuman fisik. Siswa harus dipaksakan kerjakan
PR, dihukum kl tidak, dengan asumsi PR penting.
Seharusnya sebelum berikan hukuman apapun, dicek dulu apakah
benar bahwa PR itu penting. Kalau guru dan orang tua mau mencari bukti ilmiah
tentang ini, sebenarnya sudah terbukti berkali2 dalam puluhan studi bahwa PR “tidak
penting”. Puluhan buah riset selama puluhan tahun selalu
berikan hasil yang bervariasi.
Kebanyakan tidak menunjukkan efek apapun. Dalam studi yang menunjukkan efek
positif, tidak sampai 4% bedanya dalam nilai ujian antara siswa yang dapat banyak
PR, dan siswa yang tidak dapat. Dan beberapa peneliti juga meragukan efek
positif 4% tersebut karena keterbatasan studi2 itu sendiri. Jadi hanya “terkesan”
ada efek positif yg kecil, tapi bukan bukti yang kuat.
Artinya: "TIDAK ADA BUKTI
ILMIAH BAHWA BANYAK PR MEMBERIKAN HASIL POSITIF DALAM NILAI UJIAN SISWA". Juga
tidak ada bukti ilmiah bahwa siswa lebih paham pelajaran disebabkan ada banyak
PR.
Di sisi lain, kerugian yang dialami jelas dan cukup
luas. Contohnya, siswa menjadi jenuh dan benci sekolah, menjadi tidak suka
belajar, tidak paham dan merasa stress, sering tidur malam, kurang tidur, dan
orang tua bisa ikut merasa stres karena tidak bisa bantu anaknya (karena juga
tidak paham). Banyak PR menyita banyak waktu, tanpa memberi hasil
akademis yang jelas. Waktu yang sama bisa digunakan untuk mendalami suatu skil
atau hobi yang lebih jelas manfaatnya, untuk bantu siswa berkembang sebagai
manusia yang bermanfaat. Contohnya, anak yang suka bahasa Inggris bisa belajar
di kursus (karena suka, bukan karena terpaksa), bisa kirim email ke kawan2 di
negara asing, bisa belajar diskusi dlm bahasa Inggris lewat Skype, bisa bikin
blog dalam bahasa Inggris, bisa menulis artikel utk koran dan majalah, bisa
baca banyak buku, dan sebagainya.
Tapi kl setiap malam sibuk kerjakan PR berjam2, kegiatan
yang disenangi pasti akan disingkirkan karena waktu tidak cukup untuk semua,
sedangkan PR wajib. Jadi anak merasa dirugikan, merasa stress, bisa mulai
membenci belajar atau benci baca buku karena selalu dipaksakan kerjakan banyak PR,
dan tidak bisa lakukan kegiatan yang disenangi.
Jadi dalam penelitian ilmiah, PR tidak pernah dibuktikan “penting”
atau bermanfaat sekali, dan tidak ada bukti ilmiah bahwa PR membawa hasil
positif dalam nilai ujian akhir siswa, atau memberikan pemahaman yang lebih
luas dan kuat dalam setiap mata pelajaran.Kalau seandainya PR sangat
bermanfaat, pasti terbukti terus dalam puluhan studi yang telah dilakukan
selama puluhan tahun. Malah tidak ada bukti sama sekali.
Semoga guru dan orang tua bisa bersatu, dan menhentikan
beban PR untuk tingkat SD dan SMP, dan berikan sedikit saja di tingkat SMA
(sesuai kebutuhan). Tidak ada buktinya kebanyakan siswa dapat manfaat dari
banyak PR setiap malam.
Wassalam,
Gene Netto
Gene Netto
Keponakan saya (dua orang) sedang ikut ayahnya yang kuliah di Brisbane. Mereka SD dan SMP. Mereka tidak pernah dapat PR dari sekolahnya. Saya kira alasannya seperti yang pak Gene tulis disini. Terimakasih.
ReplyDelete