Seorang anak SD baru masuk sekolah dua
minggu. Sudah takut bertanya pada gurunya, karena gurunya sering marah! Saya
diminta diskusi langsung dgn anak itu. Saya tanya ttg gurunya. Katanya, kl lagi
baris2 setiap pagi, tidak boleh goyang. Kalau goyang dimarahi. Kalau di kelas
ada anak yang “salah”, dimarahi. Jadi dia takut bertanya. Kalau bingung dan
tidak mengerti dia diam saja.
Di buku bahasa Inggrisnya, ada tugas ganti huruf
HWEIT menjadi WHITE. Bagi anak yang belum bisa membaca dan menulis dalam bahasa
Indonesia, ini tugas yang sulit. Saya tunjuk kata “White” dan tanyakan artinya. Dia
menatap lama, lalu jawab "Kelinci". Saya tanya lagi, Apa artinya
"White"? Dia jawab lagi, "Kelinci".
Ini "pendidikan" buat anak SD.
Karena tugas itu terlalu berat, dia dpt pengertian bahwa white = kelinci. Dan
dia takut tanya pada guru karena guru itu sering marah2 dgn anak kecil yg
bingung... Bapaknya ceritakan, bbrp minggu yg lalu, anak itu penuh semangat utk
masuk sekolah dan belajar bhs Inggris. Dia hafal beberapa kata dari nonton
kartun. Tapi sekarang, dia sudah takut belajar bahasa Inggris dan takut pada
gurunya. Efek dari seorang guru Indonesia dalam dua minggu sudah begitu besar!
Abangnya sudah pindah sekolah karena dulu
dapat guru SD yg galak. Anak itu jadi mimpi buruk, ngompol (tanda anak
tertekan), takut kerjakan PR (takut salah), dan tidak berani tanya di kelas,
sehingga sering dapat nilai buruk. Sekarang orang tuanya mulai tanya2 ttg homeschooling
karena tidak inginkan kedua anaknya tertekan dan sedih di sekolah terus. Pindah
kelas susah, pindah sekolah susah (semuanya penuh). Jadi ada pilihan biarkan
anak tertekan, coba pindah sekolah lagi, atau homeschooling karena gagal dapat
guru berkualitas di Jakarta.
Saya kenal orang kaya yang hanya mau kirim
anak ke sekolah swasta (tidak percaya pada guru sekolah negeri). Orang tua yg
lain kirim anak ke luar negeri karena anggap guru Indonesia berkualitas rendah,
tidak bisa terima kritikan, dan malas perbaiki diri. Dan ada kenalan lebih kaya
yg mendirikan sekolah sendiri, dan mengatakan “Saya tidak inginkan anak saya
menderita dengan guru Indonesia”. Mereka bangun sekolah, isi dgn non-guru
(lulusan psikologi dll.) dan orang asing, dan pasang biaya mahal. Apa
pendidikan dgn guru berkualitas hanya utk anaknya orang kaya?
Apa anak Indonesia tidak bisa dapat
kualitas pendidikan yang lebih baik dari ini? Minimal dapat guru yang ramah dan
bukan pemarah, agar anak tidak takut bertanya pada gurunya. Semuanya kembali ke
guru, orang tua dan pemerintah. Mereka semua mengaku ingin punya sistem
pendidikan yang baik, tapi tidak ada yang berani melakukan perubahan. Jadi
banyak guru sebatas bagikan LKS dan terima gaji. Kapan anak Indonesia bisa
dapat guru dgn kualitas terbaik di dunia?
-Gene Netto
No comments:
Post a Comment