Labels

alam (8) amal (100) anak (293) anak yatim (118) bilingual (22) bisnis dan pelayanan (6) budaya (7) dakwah (84) dhuafa (18) for fun (12) Gene (218) guru (57) hadiths (10) halal-haram (24) Hoax dan Rekayasa (34) hukum (68) hukum islam (53) indonesia (564) islam (546) jakarta (34) kekerasan terhadap anak (351) kesehatan (96) Kisah Dakwah (10) Kisah Sedekah (11) konsultasi (11) kontroversi (5) korupsi (27) KPK (16) Kristen (14) lingkungan (19) mohon bantuan (40) muallaf (48) my books (2) orang tua (7) palestina (34) pemerintah (136) Pemilu 2009 (63) pendidikan (497) pengumuman (27) perang (10) perbandingan agama (11) pernikahan (10) pesantren (32) politik (127) Politik Indonesia (53) Progam Sosial (60) puasa (38) renungan (171) Sejarah (5) sekolah (74) shalat (7) sosial (321) tanya-jawab (15) taubat (6) umum (13) Virus Corona (24)

07 October, 2022

Anak Murtad, Kenapa Guru Merasa Berhak Mengejeknya Di Kelas?

Assalamu’alaikum wr.wb. Kemarin saya bantu seorang anak yang murtad, dan alhamdulillah sudah masuk Islam lagi dan rajin shalat. Sudah beberapa minggu tidak ikut pelajaran di sekolah karena kurang sehat, tertekan, depresi, dll. Saya tanya kenapa kondisinya begitu buruk. Katanya, ketika ketahuan murtad, semua teman kelas marahi, mengancam, dan mengejek dia. Mereka anak remaja juga, jadi memang kurang bijaksana, karena tidak dapat pendidikan "tata cara hadapi orang murtad" dari siapapun. Jadi tidak mengherankan kalau mereka tidak tahu caranya hadapi kondisi itu.

Yang parah adalah gurunya di sekolah negeri. Kata anak itu, gurunya menjadikan dia bahan ejekan agar seluruh kelas ikut menertawakan dia. Sekarang, dia sudah semangat menjadi Muslim yang baik, tetapi menolak kembali ke sekolah itu. Sudah merasa sebagai korban diskriminasi, disebabkan guru sekolah dan teman yang tidak punya belas kasihan terhadapnya. Seorang anak yang alami kesulitan dalam memahami ajaran agamanya, bukannya dibantu, dirangkul, dan dididik, tapi malah dimarahi, diancam, dan dijadikan bahan candaan seluruh kelas, dengan guru sebagai pemimpin. Sekarang lagi dicari tempat belajar yang baru.

Sebagai seorang guru, saya sangat terganggu mendengar kisah ini, tapi juga tidak heran. Setara dengan ratusan kisah dari orang lain tentang kualitas guru sekolah negeri, yang tidak begitu peduli terhadap isi hati siswanya, dan anggap seorang guru punya kebebasan untuk menghina, mengejek dan melakukan hal-hal lain terhadap para siswanya (tanpa perlu peduli pada efeknya). Bahkan berkomentar tentang agamanya juga boleh. Sejak zaman Reformasi, ada gerakan anti-SARA. Tapi sayangnya, banyak guru belum paham. Kelasnya menjadi tempat murid pilihan bisa menjadi sasaran komentar miring dari gurunya sendiri. Jadi siapa yang bisa melindungi anak Indonesia dari guru sekolah negeri yang tidak mengerti tugasnya sebagai seorang guru?
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...