Labels

alam (8) amal (100) anak (293) anak yatim (118) bilingual (22) bisnis dan pelayanan (6) budaya (7) dakwah (84) dhuafa (18) for fun (12) Gene (218) guru (57) hadiths (10) halal-haram (24) Hoax dan Rekayasa (34) hukum (68) hukum islam (53) indonesia (564) islam (546) jakarta (34) kekerasan terhadap anak (351) kesehatan (96) Kisah Dakwah (10) Kisah Sedekah (11) konsultasi (11) kontroversi (5) korupsi (27) KPK (16) Kristen (14) lingkungan (19) mohon bantuan (40) muallaf (48) my books (2) orang tua (7) palestina (34) pemerintah (136) Pemilu 2009 (63) pendidikan (497) pengumuman (27) perang (10) perbandingan agama (11) pernikahan (10) pesantren (32) politik (127) Politik Indonesia (53) Progam Sosial (60) puasa (38) renungan (171) Sejarah (5) sekolah (74) shalat (7) sosial (321) tanya-jawab (15) taubat (6) umum (13) Virus Corona (24)

20 February, 2024

Kenapa Murid TK Bisa Tewas Setalah Tertimpa Rak Penyimpanan Tas?

Menyedihkan sekali. Seorang anak TK tewas di dalam kelas, setelah tertimpa oleh rak penyimpanan tas. Kenapa bisa terjadi? Karena banyak sekolah dan pesantren kurang aman, dan banyak guru dan ustadz kurang memikirkan keselamatan siswa. Kenapa tidak? Karena ketika belajar menjadi pendidik, mereka tidak dilatih untuk utamakan keselamatan anak sebagai prioritas tertinggi.

Saya pernah periksa berbagai sekolah dan pesantren. Di setiap lokasi ada hal-hal yang berbahaya. Ada tembok atau atap yang siap runtuh. Ada barang yang siap jatuh dari atas. Ada tangga dan lantai yang sangat licin. Ada potongan besi atau pagar yang tajam. Dan seterusnya. Di sebuah sekolah, saya lihat papan pengumuman besar, yang berdiri secara bebas. Beratnya mungkin 100kg, tetapi tidak stabil. Dengan 1 jari tangan, saya mulai dorong secara pelan. Bagian atas langsung miring. Teman saya maju cepat dan tangkap. Katanya, saya bisa dimarahi kalau jatuh dan pecah. Saya tanya, "Apa lebih baik dibiarkan, menunggu kepala anak yang pecah??" Dia sarankan saya laporkan saja. Dilaporkan. Tidak ada yang berubah…

Pernah saya lihat tembok miring yang sudah mau runtuh di sebuah SD. Saya taruh 1 tangan di belakang dan mulai dorong pelan, dan tembok itu mulai bergeser. Teman saya tegur dan suruh saya jangan merusak tembok sekolah. Kalau jatuh, saya akan dimarahi. Saya tanya, "Apa lebih baik dibiarkan, menunggu 5 anak menjadi korban?"

Saya lupa berapa kali saya pernah lihat hal-hal yang berbahaya di sekolah, lalu saya memberi tahu teman, guru, ustadz, kepala sekolah, yayasan dan tidak ada yang berubah. Sayalah yang dianggap aneh. Tembok belum jatuh, belum ada anak yang mati, jadi kenapa perlu dibahas? Tunggu anak mati dulu, lalu dikatakan "takdir", dan baru ada keperluan memperbaiki tembok! (Yang penting, bukan anak kandung sendiri yang mati ya!)

Ketika saya kuliah di Australia dulu, dosen jelaskan secara tegas: "Murid harus selamat!" Tidak ada prioritas lebih tinggi. Percuma guru kembalikan mayat murid kepada orang tuanya, sambil jelaskan, "Tapi nilai bahasa Inggrisnya tinggi ya Bu!!" Tugas guru adalah bertindak sebagai wakil dari orang tua. Dalam bahasa Latin disebut "in loco parentis". Guru diwajibkan bertanggung jawab secara hukum. Dan sebagai wakilnya orang tua, semua murid ibaratnya anak kandung guru, jadi tentu saja nilai pelajaran tidak penting dibandingkan kewajiban untuk selamatkan semua anak, setiap saat, setiap hari.

Guru yang profesional akan mencari, melaporkan, dan memperbaiki apa saja yang berbahaya bagi anak di dalam sekolah dan pesantren. Tapi hal itu tidak selalu terjadi. Jadi orang tua perlu memikirkan: Berapa persen dari guru dan ustadz mengerti tugasnya sebagai pendidik, dan mengerti bahwa keselamatan anak lebih tinggi prioritasnya daripada nilai pelajaran?
-Gene Netto

Murid TK di Bangka Tewas Usai Tertimpa Rak Penyimpanan Tas
https://www.detik.com

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...