Search This Blog

Labels

alam (8) amal (100) anak (299) anak yatim (118) bilingual (22) bisnis dan pelayanan (6) budaya (8) dakwah (87) dhuafa (18) for fun (12) Gene (222) guru (61) hadiths (9) halal-haram (24) Hoax dan Rekayasa (34) hukum (68) hukum islam (52) indonesia (570) islam (556) jakarta (34) kekerasan terhadap anak (357) kesehatan (97) Kisah Dakwah (10) Kisah Sedekah (11) konsultasi (11) kontroversi (5) korupsi (27) KPK (16) Kristen (14) lingkungan (19) mohon bantuan (40) muallaf (52) my books (2) orang tua (8) palestina (34) pemerintah (136) Pemilu 2009 (63) pendidikan (503) pengumuman (27) perang (10) perbandingan agama (11) pernikahan (11) pesantren (34) politik (127) Politik Indonesia (53) Progam Sosial (60) puasa (38) renungan (178) Sejarah (5) sekolah (79) shalat (9) sosial (321) tanya-jawab (15) taubat (6) umum (13) Virus Corona (24)

04 August, 2010

Ibu Ajak Anak Bunuh Diri Karena Miskin, Dan Rumah Aspirasi Anggota DPR

Assalamu'alaikum wr.wb.,
Dua buah berita dari minggu ini.
Pertama, seorang Ibu ajak kedua anaknya bunuh diri karena mereka terlalu miskin, dan Ibu tidak sanggup bayar semua hutang. Kedua anaknya wafat, Ibu selamat.
Kedua, anggota DPR mengusulkan agar mereka diberikan uang ratusan juta rupiah masing2 agar rakyat bisa bertemu dengan mereka.

Bagaimana kita menyikapi berita seperti ini?

Wassalamu'alaikum wr.wb.,
Gene
********

Ibu Ajak 2 Anak Bunuh Diri - Korban Bingung Ditagih Utang dan Biaya Lebaran


Selasa, 03/08/2010 11:11 WIB
Santi Rahayu - detikSurabaya
Lumajang - Meski sempat kritis saat dirawat di RSU dr Haryoto Lumajang, kondisi Ny Reni Yuliana (32), yang mengajak 2 anaknya bunuh diri minum racun tikus sebanyak 10 bungkus berangsur membaik. Wanita asal Dusun Bedok, Desa Tempeh Lor, Kecamatan Tempeh ini pelan-pelan menceritakan kenekatannya bunuh diri dengan Feby (6) yang masih TK dan Rara (3).

Saat ditemui di ruang Melati 6 RSU dr Haryoto Lumajang, ibu tiga anak hasil pernikahan suaminya, Totok Tri wahyudi (37), kenek truk kargo antar propinsi ini masih tergolek lemah. Didampingi ibu tirinya, Ny Mutmainah (52) asal Kepanjen-Malang dan kerabatnya, mengaku dirinya selama ini hidup pas-pasan. Apalagi setelah anak sulungnya yang masih SMP baru sembuh dari sakit. Dirinya pun berhutang hingga Rp 10 juta.

"Saya memang hidup pas-pasan Mas. Karena suami saya hanya bekerja sebagai kernet truk. Yang membuat saya bingung, selain saya tidak punya uang simpanan untuk kebutuhan lebaran yang sudah dekat, belakangan ini saya terus ditagih utang arisan," kata Ny Reni Yuliana, Selasa (3/8/2010). Setelah uang yang diambil dari kredit arisan kampung ludes, barulah Ny Reni bingung. Apalagi utang itu tidak diketahui oleh suaminya.

"Saya memang niat bunuh diri saat suami saya berangkat bekerja ke Solo. Suami saya pulangnya biasanya tiga hari sekali. Saya bunuh diri ini, karena kasihan dengan suami, lantaran saya yang memang nekat berhutang dan suami saya tidak tahu," ungkapnya.

Dengan niatan itula, dirinya mempersiapkan racun tikus. Saat itulah dirinya punya niatan lain yakni mengajak 2 anaknya. "Saya berpikiran, jika saya mati, siapa yang akan merawat Feby dan Rara. Makanya, keduanya saya ajak bunuh diri sekalian. Keduanya saya minumi masing-maisng satu sendok racun tikus," urainya. Sementara dari pantauan detiksurabaya.com, aksi nekat itu jadi tontonan keluarga pasien di RS. Mereka ingin melihat dari dekat kondisi ibu yang nekat mengajak 2 anaknya bunuh diri. (fat/fat)

Sumber: detik.com

********

Dana Realisasi Rumah Aspirasi DPR Total Rp 209 M Per Tahun

Rabu, 04/08/2010 11:31 WIB
Elvan Dany Sutrisno - detikNews
Jakarta - Anggaran realisasi rumah aspirasi DPR terus membengkak. Badan Urusan Rumah Tangga (BURT) DPR menyampaikan dana total yang diperlukan DPR untuk membangun satu unit rumah aspirasi mencapai Rp 209 miliar untuk setiap tahunnya. Angka anggaran realisasi rumah aspirasi ini meningkat setelah panja rumah aspirasi memasukkan biaya gaji seorang staf ahli anggota DPR, dua orang staf operasional dan seorang tukang kebun di rumah yang disewa untuk anggota DPR tersebut.

"Biaya totalnya menjadi Rp 209 miliar, masing-masing anggota DPR mendapat jatah Rp 374 juta," ujar Wakil Ketua BURT DPR Pius Lustrilanang kepada detikcom, Rabu (4/8/2010). Pius menyampaikan biaya sebesar Rp 374 juta ini akan digunakan untuk menyewa sebuah rumah di dapil masing-masing anggota DPR untuk dijadikan rumah aspirasi. Biaya tersebut sudah termasuk penggajian petugas yang berjaga di menjaring aspirasi masyarakat.

"Itu untuk satu tahun, biaya sewanya dihitung-hitung sekitar Rp 50 juta per bulan, gaji seorang staf ahli Rp 7 juta per bulan, gaji kepala sekretariat dan asisten Rp 5 juta, ditambah gaji office boy Rp 1,5 juta," ujar Pius. Pius menyampaikan anggaran sebesar itu masih masuk akal. Sebab sejumlah parlemen di negara lain juga memiliki rumah aspirasi. "Di Filipina saja punya rumah aspirasi dengan lima staf ahli per anggota parlemennya," terang Pius.

Pius menyampaikan saat ini panja rumah aspirasi sedang merevisi tatib DPR. Panja rumah aspirasi mendorong agar realisasi rumah aspirasi diberikan per anggota DPR. "Karena saat ini tatib DPR mengatur satu dapil satu rumah aspirasi. Kami tidak mau ada masalah dalam pelaksanaannya di lapangan," tutupnya. (van/fay)

Sumber: detiknews.com

2 comments:

  1. si ibu ini kayaknya sakit parah atau sdh terlalu lapar, ... yg salah ya kita kita ini yg sehat & mampu, tapi msh sempet main facebook sementara ada saudara kita yg berjuang antara hidup/mati. ( komentar yang bagus dari seorang ikhwan, menyentil).

    ReplyDelete
  2. Bismillah

    Aku punya cerita yang Insya Allah bisa diambil ibroh / pelajaran.

    Hari itu hari sabtu, seperti biasa hari itu adalah jadwal ikut ta'lim di sebuah masjid. Setelah ta'lim selesai ada sebuah pengumuman yang isinya pemberitahuan bahwa ada teman ta'lim yang sedang tertimpa musibah, anaknya yang kelas 1 SD sedang sakit dan harus dirawat di ruang ICU disebuah RS kecil, dan biaya di ICU untuk satu malam sebesar Rp. 1 juta.

    Kita dihimbau agar menolong teman itu dengan memberikan infaq seikhlasnya. Karena memang tidak ada niat pergi ketempat lain setelah ikut ta'lim, aku hanya membawa uang sekedarnya, jadi infaq ya seadanya uang di dompet.

    Akhirnya aku mencari informasi tentang teman tersebut. Aku tidak kenal nama tp mungkin aku kenal wajah. Tp info yg aku dapat sungguh miris, si teman, sang suami, baru kena PHK dan si istri tidak bekerja.Dan si anak lagi dalam proses dipindakan ke RS rujukan, karena RS setempat tidak sanggup menangani penyakit si anak.

    Melihat situasi tersebut, aku dan tetanggaku mencari akal agar kami bisa mencari dana dalam waktu cepat dan banyak. Akhirnya aku ingat bahwa, besok hari ahad adalah waktu arisan di komplek dan tinggal membuka satu nama terakhir dan itu namaku. Alhamdulillah jumlahnya lumayan bisa untuk menutup biaya di ICU. Temanku menghubungi tetangga siapa yang mau menyumbang karena ahad siang kami akan menengok ke RS Rujukan, dan Alhamdulillah beberapa tetangga dengan ringan tangan memberikan bantuan.

    Bermodal no HP temenku, kami PD saja datang ke RS dengan membawa sumbangan. Karena keinginan yang besar untuk menolong maka kami tidak memperhatikan jam visit pasien, dan hasilnya kami dilarang masuk. Tak kurang akal, kami segera telpon si teman, maka teman keluar menjemput kami, akhirnya kami bisa masuk ke ruang perawatan. ( Ternyata aku hafal wajah si teman, meskipun aku tak kenal nama).

    Kami menengok si anak bergantian, pertama kami yang akhwat. Saat di kamar itulah si Teman bercerita, bahwa rumitnya luar biasa saat mereka tiba di RS ini, saat mereka datang dan mendaftarkan si anak mereka harus bersilat lidah dengan petugas pendaftaran, dengar inilah dialog mereka:

    Bapak bekerja dimana?-saya tdk punya pekerjaan karena saya baru saja di PHK. -Tidak punya kerjaan? kenapa Bapak membawa anaknya kesini? di kelas 2 lagi, bapak mau bayar dengan apa?- saya hanya dirujuk ke RS ini, kelas 3 tidak ada yang kosong maka anak saya dapat kelas 2. Mengenai biaya, Allah yang maha Kaya yang AKAN MEMBAYARNYA. Sang petugas mengalah.

    Aku dan temanku terdiam seribu bahasa saat mendengar cerita ini, kami sangat takjub mendengar jawaban sang teman saat ditanya petugas RS.

    Akhirnya tiba waktu pamit, aku menyerahkan 2 amplop, dan aku jelaskan, 1 amplop dari aku dan 1 nya dari para tetangga. Aku liat si teman menangis saat menerima amplop dan langsung lari keluar kamar RS. Kami menyusul, dan si teman menangis terhisak-hisak. Kami hanya terdiam.

    Saudaraku. Setelah sampai di rumah aku tercenung. Bagaimana mungkin kami bisa bergerak cepat mencari dana, padahal kami tidak kenal teman yang sedang mendapat musibah. Akhirnya, aku menemukan jawaban, bahwa Allah yang maha berkuasa yang bertindak. Allah menggerakkan hati kami dan membuka jalan selebar-lebarnya rezeki teman kami melalui kami, karena RASA KEYAKINAN YANG PENUH akan datangnya pertolongan dari Allah, karena memang mereka tidak punya apa-apa.

    Inilah contoh orang muslim yang miskin tapi iman tertancap kuat di hati mereka, laksana pohon yang akarnya menghujam ke dalam tanah dan pohonnya menjulang ke atas. Mereka tidak putus asa, tidak bunuh diri, namun mereka berdoa dengan penuh keyakinan memohon pertolongan Allah, dan Allah Ta'ala menolong mereka.

    Kalau begini, masihkah ada orang muslim miskin yang mau bunuh diri? Dimana tauhid mereka?

    Ini hanya sebuah cerita pengalaman pribadi yang semoga bisa diambil manfaatnya tanpa maksud menceritakan kebaikan kami.

    Allah, ampuni kami.
    ( dari seorang hamba yang dhoif)

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...