Labels

alam (8) amal (101) anak (294) anak yatim (118) bilingual (22) bisnis dan pelayanan (6) budaya (7) dakwah (84) dhuafa (20) for fun (12) Gene (218) guru (57) hadiths (10) halal-haram (24) Hoax dan Rekayasa (34) hukum (68) hukum islam (53) indonesia (563) islam (544) jakarta (34) kekerasan terhadap anak (351) kesehatan (98) Kisah Dakwah (10) Kisah Sedekah (11) konsultasi (11) kontroversi (5) korupsi (27) KPK (16) Kristen (14) lingkungan (19) mohon bantuan (41) muallaf (48) my books (2) orang tua (6) palestina (34) pemerintah (136) Pemilu 2009 (63) pendidikan (497) pengumuman (27) perang (10) perbandingan agama (11) pernikahan (10) pesantren (32) politik (127) Politik Indonesia (53) Progam Sosial (61) puasa (38) renungan (170) Sejarah (5) sekolah (74) shalat (7) sosial (323) tanya-jawab (14) taubat (6) umum (13) Virus Corona (24)

16 May, 2011

Ironis! Pejabat Hidup Mewah, Tapi Jembatan Kawat Tak Segera Diperbaiki





Senin, 16/05/2011 16:58 WIB
Ramadhian Fadillah - detikNews
Jakarta - Di Desa Cicaringin Banten, anak-anak sekolah meniti jembatan kawat untuk berangkat sekolah. Di Ibukota Kabupaten dan Kota, ibukota Provinsi hingga ibukota negara, para pejabat ramai-ramai melakukan korupsi untuk membiayai biaya politik mereka. Ironis.

"Sekarang ini biaya keperluan politik mahal. Darimana dana calon-calon pemimpin daerah itu? Dana untuk ikut pemilihan besar, karena itu setelah menang, yang dipikirkan orang-orang itu bagaimana mengumpulkan uang untuk membayar biaya politik itu," ujar sosiolog UI Musni Umar, kepada detikcom, Senin (16/5/2011).

Menurut Musni, di tingkat bawah, masyarakat tidak meminta kemewahan. Mereka hanya meminta fasilitas umum yang bisa menunjang kehidupan dan gerak ekonomi mereka. Ironisnya, kebutuhan dasar seperti itu saja tidak bisa dipenuhi pemerintah.

"Mereka cuma minta jembatan, transportasi untuk ke pasar. Hal seperti itu saja sulit dipenuhi saat ini," kritiknya.

Musni mengaku prihatin dengan para elit politik yang hanya menuntut kemewahan, sementara kondisi pembangunan infrastruktur berjalan sangat lambat. Musni mempertanyakan mana tujuan pemerintah yang katanya ingin mensejahterakan dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

"Berhentilah bermewah-mewahan. Ini akan terus mendorong perilaku konsumtif dan mendorong orang untuk korupsi," terangnya.

Dalam foto kantor berita Antara yang diterbitkan Majalah Berita Mingguan (MBM) Tempo pada Senin (16/5/2011) ini, tampak sekitar 8 bocah berseragam SD, ada yang memakai baju olahraga, semuanya bersandal jepit. Mereka dengan berhati-hati memegangi kawat baja yang melintang pukang di atas Sungai Ciliman selebar sekitar 40 meter. Ketinggian jembatan kawat baja dari atas sungai sekitar 5 meter. Bahaya jelas mengancam mereka.

Caption dari foto yang membuat miris itu: 'JEMBATAN KAWAT BAJA' Para siswa kelas enam SD Negeri Cicaringin 3 ini bukan sedang melakukan kegiatan outbond. Ketiadaan jembatan memaksa mereka meniti kawat baja menyeberangi Sungai Ciliman saat akan mengikuti ujian nasional di Desa Cicaringin, Banten, Senin, 9 Mei. (rdf/asy)

1 comment:

  1. Astaghfirullohal'adhim. Ya Allah lindungilah anak2 itu.

    Kelak di hari kiamat ada tiga golongan yg tdk diajak bicara oleh Allah, salah satunya adalah pemimpin yang dholim.

    Kurang dholim apa lagi kalau ada kejadian di atas, pemimpin pakai mobil mewah sementara rakyatnya berjuang melawan maut untuk mendapatkan hak dasar mereka yaitu pendidikan.

    Ya Allah lembutkan hati pemimpin kami, sehingga mereka merasakan pedihnya penderitaan rakyat, dan tidak akan membiarkan rakyat menderita, amin. Im crying

    nenghaji

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...