Search This Blog
Labels
Popular Posts
-
[Kisah dari teman]: Kemarin di rumah ustadz ana yang punya ponpes. Katanya belum lama mengeluarkan belasan santri yang terlibat dalam kegiat...
-
Salah satu kata kesukaan orang Indonesia adalah: “Oknum”. Kalau ada orang-orang yang bercerita bahwa mereka mengalami suatu “masalah” di sek...
-
Assalamu’alaikum wr.wb. Ada berita tentang peringkat Indonesia di FIFA: Hanya bisa mencapai urutan 122 pada bulan Oktober 2025, dan tidak ...
-
Assalamu’alaikum wr.wb. Pada tahun 2024, tercatat 1,8 juta orang Indonesia melakukan Umrah dan 241 ribu orang melakukan Haji. Jadi totalnya ...
-
Assalamu’alaikum wr.wb., Seperti biasa, ini kisah rekayasa, dengan menggunakan nama orang yang benar. Prof. Fidelma O'Leary mema...
-
Assalamu’alaikum wr.wb. Pada tanggal 29 September, 2025, gedung baru dalam sebuah pesantren di Sidoarjo ambruk pada saat banyak anak melakuk...
-
Pertanyaan Assalamu'alaikum wr.wb., Saya mau bertanya kalau orang Muslim boleh mendoakan orang non-Muslim? Kalau ada teman atau sauda...
-
Banyak orang yang kerja sebagai “guru” hanyalah orang dewasa yang berdiri di kelas dan memberikan tugas kepada anak, TANPA memiliki ilmu yan...
-
Assalamu’alaikum wr.wb. Mohon maaf, apa pantas disebut “Tragedi Maut”? Bukannya itu kasus “kematian yang disebabkan oleh kelalaian” (yang bi...
-
Assalamu’alaikum wr.wb. Mohon maaf Pak Menteri, tetapi apakah bapak sudah pegang data yang akurat, sehingga berani bilang jumlahnya sedikit?...
30 October, 2007
Rencana Pendidikan Bagi Kota/Propinsi
29 October, 2007
On Torture and American Values
The New York Times | Editorial
Sunday 07 October 2007
Once upon a time, it was the
The Bush administration has dishonored that history and squandered that respect. As an article on this newspaper’s front page last week laid out in disturbing detail, President Bush and his aides have not only condoned torture and abuse at secret prisons, but they have conducted a systematic campaign to mislead Congress, the American people and the world about those policies.
After the attacks of 9/11, Mr. Bush authorized the creation of extralegal detention camps where Central Intelligence Agency operatives were told to extract information from prisoners who were captured and held in secret. Some of their methods — simulated drownings, extreme ranges of heat and cold, prolonged stress positions and isolation — had been classified as torture for decades by civilized nations. The administration clearly knew this; the C.I.A. modeled its techniques on the dungeons of Egypt, Saudi Arabia and the Soviet Union.
The White House could never acknowledge that. So its lawyers concocted documents that redefined “torture” to neatly exclude the things American jailers were doing and hid the papers from Congress and the American people. Under Attorney General Alberto Gonzales, Mr. Bush’s loyal enabler, the Justice Department even declared that those acts did not violate the lower standard of “cruel, inhuman or degrading treatment.”
That allowed the White House to claim that it did not condone torture, and to stampede Congress into passing laws that shielded the interrogators who abused prisoners, and the men who ordered them to do it, from any kind of legal accountability.
Mr. Bush and his aides were still clinging to their rationalizations at the end of last week. The president declared that Americans do not torture prisoners and that Congress had been fully briefed on his detention policies.
Neither statement was true — at least in what the White House once scorned as the “reality-based community” — and Senator John Rockefeller, chairman of the Intelligence Committee, was right to be furious. He demanded all of the “opinions of the Justice Department analyzing the legality” of detention and interrogation policies. Lawmakers, who for too long have been bullied and intimidated by the White House, should rewrite the Detainee Treatment Act and the Military Commissions Act to conform with actual American laws and values.
For the rest of the nation, there is an immediate question: Is this really who we are?
Is this the country whose president declared, “Mr. Gorbachev, tear down this wall,” and then managed the collapse of Communism with minimum bloodshed and maximum dignity in the twilight of the 20th century? Or is this a nation that tortures human beings and then concocts legal sophistries to confuse the world and avoid accountability before American voters?
Truly banning the use of torture would not jeopardize American lives; experts in these matters generally agree that torture produces false confessions. Restoring the rule of law to Guantánamo Bay would not set terrorists free; the truly guilty could be tried for their crimes in a way that does not mock American values.
Clinging to the administration’s policies will only cause further harm to America’s global image and to our legal system. It also will add immeasurably to the risk facing any man or woman captured while wearing America’s uniform or serving in its intelligence forces.
This is an easy choice.
Book Cover Design
Re: Menjawab Dengan Jujur Atau "Benar" #3
Komentar dari beberapa pembaca:
Saya sendiri bukannya tidak setuju dengan pendapat bahwa anak2 dilarang untuk mempunyai pendapat atau pandangan yang berbeda tapi memberi jawaban yang tepat dan benar adalah wajib.
Tapi kalau soal2 yang untuk di ujikan di ujian akhir,misalnya.Saya yakin guru lebih tahu,tidak asal-asalan dan benar2 memikirkan dalam memberikan soal2 beserta pilihan jawaban yang tepat dan benar.
trus menurut pak gene..bagaimana cara penilaian yang benar? kalau ada pertanyaan model pilihan ganda atau model benar salah, berarti
kalau saya baca tulisan bapak, tidak ada jawaban yang salah menurut bapak dan semua bisa dibenarkan menurut logika berpikir masing2 anak,
kalau begitu tidak akan ada standarisasi dalam sistem pengajaran dan penilaian donk kalau semuanya didasarkan pada jawaban logika berpikir masing2 anak yang pastinya berbeda satu dengan yang lainnya.. jangan cuman kritik aja, kita tunggu solusinya pak...
standarisasi sistem pengajaran bukan berarti doktrinasi jawaban, standarisasi pengajaran itu misalnya untuk matematika, dia sudah paham pecahan, persentase, desimal, …untuk bahasa Indonesia, standarisasi bisa berarti bisa menyusun kalimat, terstruktur, bisa berargumentasi dengan baik,kreatif. Jadi kalau ditanya, ikan hidup dimana? ada yang jawab, kolam, akuarium, laut, dll dll, berarti semua dibenarkan,
Bagusnya sih, kl ujian itu bukan pilihan ganda, tapi essay, jd murid punya kesempatan memaparkan hasil pikirannya dan argumentasinya dalam sebuah tulisan.
Coba kalau seandainya essay di gunakan pada waktu ujian akhir...otomatis waktu yang digunakan untuk menjawab soal2 tersebut tidak cukup. Begitupun kalau pemeriksaan hasil2 ujian itu.Berapa banyak waktu yang di butuhkan seorang guru untuk membaca hasil jawaban soal2 essay yang mengakibatkan terhambatnya memberikan hasil penilaian ujian itu sendiri.
Berati semua Ibu hamil seharusnya wajib operasi sesar untuk menghemat waktu dokter! Setuju? Tidak setuju? Yang penting bisa menghemat waktu, betul?
Kesimpulan
24 October, 2007
Re: Menjawab Dengan Jujur Atau "Benar"? #2
HOAX: Apple Mecca
23 October, 2007
Lebih Baik Menjawab Dengan Jujur Atau "Benar"? #1

Assalamu’alaikum wr.wb.,
Silahkan baca juga:
Petisi-Peningkatan-Kualitas-Pendidikan-Nasional



