Assalamu’alaikum wr.wb.,
Mungkin teman2 yang mengikuti kegiatan
saya akan ingat beberapa minggu yang lalu saya beli sepatu bola untuk seorang anak yatim. Saat itu, saya dapat sedekah dari beberapa teman
karena perlu bantuan untuk mengurus persoalan imigrasi di sini. Dari bantuan
itu yang dikirim, ada beberapa juta lebih dari kebutuhan. Jadi karena merasa sangat bersyukur kepada Allah atas bantuan
itu, saya ambil keputusan untuk bersedekah juga dari uang tambahan itu untuk membantu orang lain.
Ada anak teman saya yang yatim sejak tahun kemarin dan sering main bola. Setiap kali
saya pergi dengan dia, selalu harus mampir ke toko olahraga untuk melihat
sepatu bola idamannya, merek Nike. Setiap kali dia memegangnya, seolah2 dia
melihatnya untuk pertama kali, begitu terpesona dan kagum. Haha. Jadi, untuk
semangatkan dia, dan membuat dia merasakan kasih sayang dari Allah, saya
memutuskan untuk beli sepatu bola itu. Tapi tidak dikasih begitu saja. Dia
dapat beberapa tausiyah dulu, yang mengajak dia memperhatikan
shalatnya dan ibadah yang lain, dan semua nikmat yang Allah berikan kepadanya. Jadi
sepatu bola itu berasal dari Allah, jadi dia harus membalas dengan banyak bersyukur kepada Allah. Akhirnya dibeli, dan dia sepertinya tidak bisa berhenti
senyum pada waktu itu karena merasa begitu bahagia.
Setelah itu, saya juga panggil anak
pemulung yang disantuni secara rutin dan kasih uang tambahan kepada dia. Dia
juga kaget dan bapaknya telfon saya dan menangis di telfon karena tidak menduga
bisa dapat bantuan tambahan pada saat itu, di luar yang rutin. Jadi setelah saya merasa nikmatnya dapat bantuan dari orang
lain, ada 2 anak yang juga merasakan hal yang sama.
Setelah saya tulis tetang pengeluaran untuk kedua anak itu, ada beberapa orang yang mengatakan tidak setuju. Tidak
ada yang protes atas uang yang dikasih kepada anak pemulung, tetapi sepatu bola
untuk anak yatim dianggap berlebihan. Itu bukan hal yang pokok seperti makanan. Merek Nike juga “terlalu mahal untuk anak yatim” katanya.
Dan ada juga beberapa komentar yang lain, yang cukup menyakiti hati saya. Ada yang
begitu tajam sampai saya hanya bisa kategorikan sebagai fitnah, karena cukup
berlebihan dan didasarkan asumsi saja.
Walaupun ada puluhan orang yang
mendukung tindakan saya itu, dan mengatakan merasa terinspirasi untuk lebih
peduli pada orang lain, saya masih ingat terus pada orang2
yang mengritik itu. Saya coba menjelaskan kepada setiap orang yang tidak
setuju. Akhirnya, semuanya menjadi diam, tetapi saya tidak tahu apakah mereka sudah bisa
mengerti atau hanya sebatas diam saja karena tidak mau ribut. Tapi saya mulai
berfikir. Mungkin saja saya salah. Jadi saya coba melakukan shalat taubat beberapa
kali, dan juga shalat istiqharah. Apa benar tindakan saya itu,
atau salah? Setelah shalat beberapa kali, bagi saya tidak ada
perbedaan apapun. Tidak muncul perasaan bahwa saya bersalah. Ya sudah. Saya diam
saja deh, dan kalau orang lain masih mau menyalahkan saya,
saya akan diam saja dan serahkan urusan itu kepada Allah.
Sekitar 10 hari kemudian, ada teman lama yang hubungi saya. Sudah berbulan2 tidak bicara dengan dia, jadi saat dia minta ketemu untuk makan siang di hari berikutnya, saya merasa tidak enak menolak. Silahtulrahim harus dijaga, jadi saya setuju.
Saat kami ketemu, ada perbincangan yang
menarik dan luas karena sudah lama tidak ketemu. Lalu secara tiba-tiba dia
menjelaskan bahwa insya Allah akan segera ada rezeki baru yang cukup besar bagi dia. Jadi, nggak tahu kenapa, dia dapat ide untuk melakukan suatu kebaikan bagi saya. Dia berfikir untuk beli
komputer baru untuk saya, untuk bantu dengan semua kegiatan dakwah. Saya senyum
dan ketawa, dan jelaskan bahwa alhamdulillah komputer saya masih bisa dipakai,
jadi tidak perlu yang baru.
Dia ikut senyum, dan bicara lagi. Komputer
baru itu hanya ide yang pertama. Setelah dia diskusi dengan isterinya, dia
merasa itu tidak cukup. Jadi mereka dapat ide yang baru. Lalu dia menatap saya
dan mengatakan, “Jadi, akhirnya saya dan isteri saya setuju. Kami mau bayarkan
Gene berangkat Umrah saja. Boleh ya? Mau terima ‘kan?”
Ya Allah…..!!!! Saya nggak tahan untuk senyum
dan ketawa karena merasa kaget sekali.
Saat saya
setuju untuk makan siang, niatnya hanya untuk jaga
silahtulrahim saja. Lalu dapat tawaran berangkat ke
Masjid-il-haram untuk melihat Ka’bah di depan mata. Sungguh luar biasa
dan di luar dugaan. Katanya uang sudah disiapkan, jadi
tinggal bilang saja dan insya Allah langsung ditransfer. Subhanallah….. Apa boleh buat? Saya setuju
dan sudah
mulai mengatur jadwal agar bisa menentukan kapan bisa
berangkat.
Setelah naik taksi untuk pulang, saya mulai merenung… Saya mengeluarkan 2
juta untuk sepatu bola bagi anak yatim dan uang tunai untuk anak pemulung. Lalu
dikritik beberapa orang dengan komentar yang tajam.
Saya shalat taubat dan istiqharah, dan tetap tidak merasa bersalah. Jadi saya pilih
diam saja dan serahkan urusan itu kepada Allah. Dan 10 hari kemudian, Allah membalas 2 juta itu dengan undangan khusus ke Baitullah senilai 20 juta,
atau 10
kali lipat dari pengeluaran saya. Apa kita masih tidak mau percaya pada Allah?
Teman2, tolong jangan sekali2 merasa takut untuk melakukan kebaikan bagi
anak-anak yatim dan anak miskin. Tidak ada istilah “anak yatim yang terlalu
kaya” di dalam Al Qur'an atau hadiths. Itu hanya persepsi orang. Mulai saja
dengan anak yatim yang dekat. Yakinlah bahwa Allah SWT yang akan membalas. Yakinlah
bahwa balasan itu akan BERLIPAT GANDA. Dan yakinlah bahwa insya Allah nanti
kita bisa menyantuni anak yatim yang dekat dan juga yang jauh. Yakin pada Allah.
Dan jangan takut bahwa Allah akan biarkan kita jatuh miskin kalau kita peduli
pada anak yatim!!
Dan kalau mau bantu anak yatim yang
dekat, jangan hanya kasih KFC dan Dunkin Donuts saja.
Bicara dengan anak itu. Menjadi saudara dia. Dan bertanya kepada
dia tentang apa yang dia inginkan. Dengan memberikan barang yang sangat dia
inginkan seperti sepatu bola, atau sepeda, atau baju mahal, mungkin dia akan merasakan kasih sayang dari Allah dan akan menjadi yakin bahwa Allah masih peduli pada dia. Walaupun bapaknya
tidak
ada, Allah akan kirim orang Muslim yang lain
untuk
membantu dia dengan urusannya, supaya dia tidak sedih. Dan jangan lupa bahwa Allah sendiri yang berjanji untuk membalas
uang kita yang dikeluarkan. Kalau kita yakin!!
Semoga bermanfaat,
Wassalamu’alaikum wr.wb.,
Gene Netto
245. Siapakah yang mau memberi PINJAMAN
kepada Allah, pinjaman yang BAIK (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan MELIPAT GANDAKAN
pembayaran kepadanya dengan LIPAT GANDA yang BANYAK. Dan Allah menyempitkan dan
melapangkan (rezki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.
(QS. Al-Baqarah 2:245)
(QS. Al-Baqarah 2:245)
215. Mereka bertanya kepadamu tentang
apa yang mereka INFAKKAN. Jawablah: “Apa saja harta yang kamu INFAKKAN
hendaklah diberikan kepada IBU-BAPAK, kaum KERABAT, anak-anak YATIM, orang-orang MISKIN dan orang-orang yang sedang
dalam PERJALANAN (MUSAFIR).” Dan apa saja kebajikan yang kamu buat, maka
sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya. (QS. Al-Baqarah 2:215)
Rasulullah SAW bersabda, “Aku dan
pemelihara anak yatim di surga seperti ini (dan beliau memberi isyarat dengan
telunjuk dan jari tengahnya, lalu membukanya.” (HR. Bukhari, Turmidzi, Abu
Daud)
Rasulullah SAW bersabda, “Tak ada suatu hari pun seorang hamba
berada di dalamnya, kecuali ada dua orang malaikat akan turun; seorang
diantaranya berdo’a, “Ya Allah berikanlah GANTI bagi orang yang BERINFAQ”. Yang
lainnya berdo’a, “Ya Allah, berikanlah KEHANCURAN bagi orang yang MENAHAN
INFAQ.”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Rasulullah SAW
bersabda, “Ada seorang laki-laki yang datang kepada
Nabi SAW dan mengeluhkan kekerasan hatinya. Nabipun bertanya: ‘Sukakah kamu,
jika hatimu menjadi lunak dan kebutuhanmu terpenuhi? KASIHILAH ANAK YATIM,
usaplah mukanya, dan berilah makan dari makananmu, niscaya hatimu menjadi lunak
dan KEBUTUHANMU AKAN TERPENUHI.’” (HR Ath-Thabrani, Targhib, Al Albaniy: 254)
Rasulullah SAW bersabda, “Bersikaplah kepada anak yatim, seperti
seorang bapak yang penyayang.” (HR. Bukhari)
Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa meletakkan tangannya di atas
kepala anak yatim dengan penuh kasih sayang, maka Allah akan menuliskan
kebaikan pada setiap lembar rambut yang disentuh tangannya.” (HR. Ahmad,
Ath-Thabrani, Ibnu Hibban, Ibnu Abi Aufa)
No comments:
Post a Comment