Assalamu’alaikum wr.wb.,
Kemarin saya berusaha kumpulkan uang untuk
seorang anak yatim yang lumpuh di Cilacap, dan belum pernah dibantu seumur
hidup. Dia tidak pernah sekolah karena tidak ada kursi roda. Pertama saya
berusaha kumpulkan uang, ternyata hanya 9 orang dari sekitar 20 ribu orang yang
terima artikel saya yang mau bantu. Saya membuat artikel kedua, dan bertanya
kenapa tanggapan dari begitu banyak orang Muslim bisa begitu minimal.
Beberapa orang merasa tersentuh dan setuju
bahwa kita semua bisa lakukan lebih, dan mereka juga mulai bantu saya cari
uang. Tapi ada pendapat lain dari beberapa orang. Katanya, jangan berburuk
sangka. Jangan salahkan umat Islam. Mungkin saja 20 ribu orang punya program masing2
untuk menyantuni anak yatim sendiri, jadi tidak perlu lewat saya. Apakah
mungkin itu benar?
Mohon maaf bagi yang tidak berkenan, tapi saya
tidak percaya. Saya punya pengalaman luas bicara dengan ratusan ribu orang
Muslim secara langsung. Ketika membahas anak yatim, mayoritas dari mereka (di
atas 90%) mengatakan tidak ada santunan rutin untuk anak yatim, dan bahkan
bertanya kepada saya bisa ketemu anak yatim di mana. Ada juga orang yang
mengaku tidak pernah bantu anak yatim yang merupakan keponakannya sendiri.
Contohnya, ada seorang bapak yang mengaku
kepada saya bahwa 3 keponakan yang yatim di Cirebon tidak pernah dibantu. Saya kasih
ceramah lembut kepada dia tentang anak yatim dan ajaran Rasulullah SAW sampai
akhirnya dia menangis dan janji akan mulai kirim uang kepada 3 keponakan itu
setiap bulan (mereka miskin, dan yang sulung putus sekolah untuk kerja).
Contoh lain, untuk seorang ibu yang sakit, saya
sarankan untuk kasih santunan kepada anak yatim dan minta doanya mereka. Dia
tanya bisa ketemu anak yatim di mana, padahal ada beberapa panti dekat rumah
dia (yang tidak pernah dicari). Saya sarankan agar dia tidak asal kasih uang, dan
tidak asal kasih makanan, tapi datang dulu, kenal dengan anak yatim, duduk sama
mereka, dan bertanya mereka ingin dibelikan apa (coklat, buah, dsb). Dia malah
menjawab, “Lho, kok saya harus direpotkan dengan datang dua kali?” (Satu kali
untuk bertanya, sekali lagi untuk mengantar makanan dan santunan). Luar biasa
pemikiran seperti itu. Tapi umum. Kebanyakan orang mau kasih KFC atau Dunkin
Donuts saja, karena murah, mudah dibeli dan tidak merepotkan si pembeli. Mereka
tidak berpikir bahwa anak yatim bisa dapat KFC terus sampai jadi jenuh.
Dalam banyak kasus lain, saya anjurkan orang
yang berkonsultasi kepada saya untuk menyantuni anak yatim (dengan harapan
dapat rahmat Allah). Berkali2 saya dapat jawaban, “Saya sudah kasih ke mereka di
bulan puasa. Apa harus kasih lagi?” Dan saya sudah dengar komentar seperti itu
secara rutin selama beberapa tahun.
Jadi saya punya pengalaman yang sangat luas
dalam membahas dan membantu anak yatim di seluruh DKI sampai ke luar kota juga,
dan pengalaman itu berasal dari diskusi dengan ratusan ribu orang Muslim. Dari
tingkat kalangan pengusaha elit sampai tingkat office boy dan pembantu rumah
tangga, saya sudah bahas anak yatim. Dan saya punya ribuan cerita dari orang2 Muslim
itu yang mengaku sendiri tidak membantu anak yatim secara rutin. (Kecuali di
bulan puasa ada santunan atau buka puasa bersama). Dan banyak dari orang Muslim
itu kalau diajak membahas anak yatim selalu bertanya, “Ada anak yatim di mana?”
seolah-olah sulit dicari.
Jadi kepada orang yang menyuruh saya berbaik
sangka, dan jangan salahkan umat Islam, karena mungkin saja umat Islam sudah
menyantuni anak yatim lewat jalur lain, maka mohon maaf, saya tahu betul bahwa
itu tidak benar untuk mayoritas orang. Orang lain boleh saja berbaik sangka
terus, tapi saya punya bukti nyata dari pengakuan2 itu.
Dulu pernah ada suatu organisasi, yang kalau
tidak salah ingat, namanya Gerakan Nasional Orang Tua Asuh (GN-OTA). Saya tidak
tahu organisasi itu hilang ke mana, tapi pada saat ini lebih dibutuhkan dari
dulu. Lebih banyak anak yatim yang menderita sekarang. Dan banyak orang Muslim yang
lebih makmur kehidupannya. Tapi setelah dapatkan kemakmuran dari Allah, yang
dipikirkan adalah konsumsi pribadi (mobil baru, perhiasan baru, renovasi rumah,
liburan keluarga, dsb.) Jarang sekali ada orang yang dapat rezeki baru, lalu kasih
kepada anak yatim DULUAN, dan gunakan sisa dari uang itu untuk beli barang2
yang diinginkan. Bukannya tidak ada orang seperti itu, tapi dari pengalaman
saya dengan umat Islam, jarang ada.
Apa benar kita bisa peduli pada anak yatim,
sesuai dengan ajaran Rasulullah SAW? Atau apakah hadiths Nabi yang membahas
anak yatim hanya suatu ucapan saja di masjid dan pengajian, tanpa bisa masuk ke
dalam hati kita?
Rasulullah SAW bersabda, “Aku dan pemelihara
anak yatim di surga seperti ini (dan beliau memberi isyarat dengan telunjuk dan
jari tengahnya, lalu membukanya.” (HR. Bukhari, Turmidzi, dan Abu Daud)
Semoga bermanfaat.
Wassalamu’alaikum wr.wb.,
Gene Netto
No comments:
Post a Comment