Setelah
ada informasi tentang kasusnya Dr. Ayu yang sudah dipenjarakan sebagai seorang “kriminal”,
banyak dokter dan orang yang peduli pada masyarakat Indonesia mulai memikirkan apa
yang bisa terjadi di jangka panjang, kalau kasus ini tidak segera selesai.
Bahkan sekarang ada dokter yang sudah siap “berhenti menjadi dokter” karena
kuatir masa depan keluarga mereka terancam kalau seorang dokter yang baik bisa
masuk penjara kapan saja.
Apakah
ada dokter yang buruk? Pasti ada. Apakah semua dokter buruk? Tentu saja tidak. Ada
banyak dokter yang kerja sampai larut malam, Sabtu dan Minggu juga, tinggalkan
keluarganya dalam sekejap karena harus periksa pasien secara mendadak, dan
tangani ratusan pasien setiap hari, semuanya dengan bayaran kecil. Tetapi malah
kena penghinaan dari Menteri Kesehatan sendiri. Luar biasa. Presiden juga diam
dan tidak mau peduli, padahal para dokter itulah yang akan mengobati dia dan keluarganya kalau jatuh sakit.
Kalau
seorang pasien wafat, lalu orang tuanya marah, maka itu wajar (ada orang tua yang
pasrah, ada yang menjadi marah). Tetapi apakah wajar kalau seorang dokter
langsung dianggap seorang kriminal, dan dipenjarakan seperti kriminal, hanya
karena ada Jaksa Penuntut yang tidak mau lepaskan kasus itu sampai berhasil
penjarakan seorang dokter?
Apa
pernah ada kasus seorang dokter yang kena "dugaan" malpraktek, lalu
kabur ke luar negeri dengan menggunakan paspor palsu, dan membawa ratusan
milyar uang negara? Setahu saya, bukan dokter yang melakukan hal seperti itu, tetapi
para pejabat
dan politikus yang berasal dari partai politik,
berserta kawan-kawan mereka dari dunia bisnis. Para politikus dan pejabat
kalau baru "diduga" melakukan korupsi, tidak langsung ditangkap
polisi. Banyak yang masih bebas bertahun-tahun, dan bahkan tidak kena
pencekalan ke luar negeri, dan tidak masuk DPO. Padahal korupsi mereka
menghilangkan uang negara, dan secara tidak langsung, mungkin menjadi penyebab
kematian ratusan ribu orang miskin yang tidak bisa berobat gratis, dengan
alasan "uang negara tidak ada untuk membiayai pengobatan mereka". Jadi
siapa yang jahat dan seharusnya dikejar terus oleh Jaksa Penuntut dan Polisi?
Dokter atau pejabat? Kenapa dokter yang dikejar?
Kalau rakyat bicara tentang dokter, bisa marah, karena dokter mau digaji dengan baik setelah 10 tahun belajar. Orang yang komplain itu mengatakan bahwa dokter harus “mengabdi” saja tanpa boleh dapat bayaran yang baik! Lalu kalau rakyat yang sama ketemu seorang pejabat yang bertahun-tahun sibuk mencuri uang negara, yang semestinya dipakai untuk kepentingan rakyat, maka sikap rakyat itu berbeda sekali.
Korupsinya
pejabat itu mungkin saja menjadi penyebab kematian ratusan ribu orang miskin
secara tidak langsung. Tapi para pejabat itu digaji lebih dari para dokter, dan
dikasih banyak sekali fasilitas dan tunjangan, yang semuanya dibayar dengan “uang
rakyat”. Dan untuk menjadi pejabat, cukup lulusan SMA saja. Kuliah tidak perlu,
apalagi kuliah 10 tahun atau lebih sampai menjadi seorang spesialis di
bidangnya.
Kalau
ada pasien yang wafat, keluarga pasien bisa menuntut dokter bertanggung jawab dan bahkan dipenjarakan. Mereka tidak mau terima kenyataan
bahwa saudara mereka bisa wafat setelah dibantu oleh seorang dokter. Tapi di saat banyak orang
miskin wafat di kampung karena “tidak ada uang negara untuk membiayai
pengobatan” mereka, pejabat tidak dituntut untuk bertanggung jawab sama sekali,
dan tidak akan masuk penjara disebabkan kematian orang miskin.
Lalu
bagaimana sikap rakyat saat ketemu para pejabat yang korup itu? Rakyat malah
senyum-senyum, menundukkan kepala, cium tangan, dan minta foto bersama. Tidak
ada rakyat yang mau suruh pejabat itu "mengabdi" pada rakyat dengan
gaji yang kecil dan risiko bisa masuk penjara kapan saja. Hanya dokter yang
disuruh begitu.
Apa
tidak terbalik, sikap rakyat itu?
Wassalam,
Gene Netto
Gene Netto
Saya bukan dokter dan bukan berasal dari keluarga dokter. Tapi saya kenal dengan banyak dokter baik yang bersedia mengedukasi pasien maupun orang tua pasien, bahkan kadang tanpa dibayar. Pada dasarnya, tidak bisa menyalahkan dokter sepenuhnya, apapun kasusnya! Dan juga tidak cukup hanya menyalahkan sistem layanan kesehatan yang jauh dari ideal. Cobalah introspeksi diri masing-masing, apakah si pasien atau orang tua pasien (dalam kasus pasiennya adalah anak-anak) sudah benar-benar memperhatikan/peduli dengan kesehatannya? Salah satu cara peduli ya membekali diri dengan ilmu! Jangan sampai meninggal karena serangan jantung atau stroke, langsung menyalahkan dokter dengan alasan terlambat ditangani, padahal sudah bolak-balik si dokter mengingatkan untuk berhenti merokok atau mengkonsumsi makanan sehat, misalnya. Dalam kasus kehamilan, apakah si ibu hamil benar-benar mau belajar untuk menjalani kehamilan yang sehat atau justru cuek dengan kehamilannya, pasrah sama kata dokter, karena merasa ilmu kesehatan bukan suatu hal yang perlu dipelajari? Dalam setiap kasus, pastilah ada kontribusi kesalahan si pasien sendiri, karena sesungguhnya pasien lah yang bertanggung jawab penuh terhadap badannya, termasuk kesehatannya. Dokter hanya sebatas memberikan professional judgment/opinion berdasarkan ilmu yang dia miliki. Sebagai pasien, seharusnya jangan lempar tanggung jawab begitu saja ke dokter hanya karena sudah membayar jasa dokter!
ReplyDelete