[Ada guru yang berkomentar bahwa siswa tetap harus taat pada
aturan sekolah, dengan contoh dilarang punya rambut panjang bagi anak laki. Ada
aturan, harus taat. Saya memberikan penjelasan bahwa kadang ada yang lebih
penting daripada “taat pada aturan”.]
Saya kira kita semua setuju bahwa siswa harus “belajar”
untuk taat pada aturan. Itu suatu prinsip yang umum. Jadi kita tidak berbeda
pendapat soal itu. Tetapi dalam proses belajar itu, ada suatu prinsip yang LEBIH
TINGGI kedudukannya, dan juga LEBIH PENTING. Dan ITU yang tidak dipahami dan
tidak mau dibahas oleh banyak guru di sini.
Kalau dalam peraturan sekolah ada larangan bagi siswa laki
untuk punya rambut panjang atau gondrong, apakah larangan itu ada di SEMUA
sekolah? Apa diwajibkan dari Kemdikbud sebagai kebijakan nasional, karena
penting bagi pendidikan semua anak? Apa definisi “rambut panjang” diberikan
(berapa senti)? Atau terserah guru untuk menilai sendiri (guru selalu benar,
siswa selalu salah)?
Mungkin anda bisa menjawab pertanyaan ini: “Apa hubungannya
antara rambut laki yang pendek dan kemampuan belajar?” Dan kalau laki yang
rambutnya pendek bisa belajar dengan lebih baik, kenapa tidak berlaku untuk perempuan
juga? Atau apa tidak ada urusan dengan pendidikan, dan hanya diteruskan karena “sudah
terbiasa begitu”? Jadi yang penting, “ada aturan, wajib taat”?
Ada prinsip yang LEBIH TINGGI daripada taat pada aturan, dan
mungkin sebagian dari guru di sini belum paham koneksinya karena anda memang TIDAK
DIAJARKAN oleh guru sekolah anda dulu, dan tidak diajarkan pada saat kuliah,
jadi wajar kalau belum paham. Kalau mau berusaha untuk paham, saya mau coba
menjelaskan.
Contohnya seperti ini: Bayangkan kalau kita berada di
Amerika, tahun 1960. Ada larangan bagi orang berkulit hitam untuk masuk sekolah
anak kulit putih. Dilarang makan dan minum di tempat yang sama. Tapi orang tua mereka
juga bayar pajak. (Paham maksudnya kan? Ini kondisi masyarakat yang rasis
sebelum ada gerakan hak sipil untuk orang kulit hitam). Guru mengajarkan apa?
Taat para aturan sekolah? Dilarang berteman dengan orang berkulit hitam? Anak
kulit hitam dilarang main bola bersama anak kulit putih. Dilarang berenang di
kolam yang sama. Dan seterusnya.
Yang penting, semua anak kulit putih dan kulit hitam harus diajarkan
TAAT PADA ATURAN. Betul? Guru tidak perlu mengajarkan KENAPA harus taat pada
aturan itu. Dan guru tidak mengajarkan KENAPA HARUS ADA aturan itu. Yang
penting taat saja. Walaupun tidak adil. Walaupun tidak masuk akal. Walaupun tidak
bisa dijelaskan. Walaupun (misalnya) melanggar hukum negara. Yang penting taat
saja.
Dan sekarang, di Indonesia, banyak guru mengajarkan PRINSIP
yang persis sama. Ada aturan. Anda harus nurut. Jangan bertanya kenapa. Jangan berpikir
sendiri. Jangan bertanya kenapa aturan itu harus ada. Aturan itu bahkan tidak
perlu ditulis. Senior bicara, anda wajib nurut. Wajib membela kehormatan
sekolah dalam tawuran. Wajib bayar iuran PGRI yang dipotong dari gaji secara
paksa, tanpa merasa ada manfaatnya. Wajib pilih Golkar dalam pemilu, dan bisa
dipecat atau dimutasi kalau tidak. Soeharto wajib menjadi Presiden setiap kali ada
pemilu. Jangan berani melawan pejabat. Jangan ungkapkan korupsi yang dilakukan oleh
atasan. Wajib menjaga semua rahasia atasan. Kalau mau naik pangkat, wajib bayar
kepada atasan atau orang Dinas. Dan begitu seterusnya. Ada aturan, jadi anda
harus taat pada aturan. Tertulis atau tidak tertulis, anda wajib taat. Tidak ada
yang lebih penting daripada taat pada aturan.
Ini suatu PRINSIP. Dan setiap kali guru memotong rambut laki
(bukan rambut perempuan), dan memotong dengan cara jelek dengan maksud
memalukan siswa, maka para guru itu MENGAJARKAN anak untuk selalu TAAT pada
aturan. Dilarang bertanya kenapa harus taat pada aturan, atau kenapa harus ada
aturan itu. Guru juga tidak bisa menjelaskan selain mengatakan wajib taat saja.
Kita mau dapat negara seperti apa? Guru yang menentukan,
dengan memilih prinsip apa yang kita ajarkan kepada siswa kita. Kalau anda
tidak bisa menjelaskan hubungannya antara rambut laki yang pendek, dan
pendidikan, tolong menjelaskan kenapa harus ada aturan itu? Dan kalau rambut
pendek memang penting sekali dalam bidang pendidikan, kenapa tidak memotong
rambut perempuan juga? Coba berpikir tentang prinsip apa yang mau diajarkan
kepada anak kita.
Wassalam,
Gene Netto
Apa Selalu Harus Turut Dengan Aturan #2?
ReplyDelete[Ada guru yang mengatakan kurang paham kenapa ada “ajaran yang lebih tinggi” daripada taat pada aturan. Dia minta dijelaskan. Ini jawaban saya]:
Dalam sejarah manusia, ada banyak sekali aturan yang dibuat. Ada yang tertulis dengan jelas. Ada yang disebutkan secara lisan saja, dan dipahami oleh semua orang. Contohnya banyak.
Perbudakan diperbolehkan, budak tidak punya hak apapun. Siapa saja boleh dijadikan budak, asal bukan orang berkulit putih (atau dari bangsa yang sama).
Perempuan dianggap tidak punya akal seperti laki-laki. Hanya laki-laki bisa berpikir. Perempuan tidak boleh menjadi ilmuan. Perempuan tidak boleh memiliki harta. Perempuan tidak boleh melawan pendapat pria. Perempuan dilarang ikut pemilu. Perempuan dilarang membawa mobil. Perempuan dilarang menjadi polisi. Dilarang masuk tentara. Dilarang menjadi dokter. Dilarang menjadi politikus.
Orang kulit putih dan kulit hitam dipisahkan, secara hukum, dan secara fisik. Orang berkulit hitam diberikan hak seminimal mungkin, kebanyakan hak hanya milik orang kulit putih.
Orang berkulit coklat atau hitam dinilai hanya setingkat di atas monyet (contohnya, orang Jawa, orang India, orang Afrika, orang Amerika Selatan). Wajib untuk menjajah negara mereka, ambil tanah mereka, mengajarkan mereka tentang “peradaban”, dan pelihara mereka seperti “binatang cerdas” atau semacam monyet yang diberikan kelebihan. Mereka seperti anak kecil, dengan akal yang lemah, dan tidak bisa berpikir sendiri.
Orang Yahudi bukan manusia. Orang Yahudi tidak boleh memiliki harta. Warga negara yang normal tidak boleh menikah dengan orang Yahudi. Orang Yahudi setara dengan kriminal. Kalau suatu perkara masuk pengadilan, orang Yahudi tidak boleh menang dalam kasusnya.
Dan ada ratusan contoh yang setara Pak. Kebanyakan dari peraturan itu TERTULIS. Banyak yang lain disebarkan secara lisan, atau ditulis secara terpisah pada kertas pengumuman yang ditempelkan ke tembok. Terserah penguasa di daerah masing2 untuk menulis “peraturan” apa saja yang diinginkan. Guru di sekolah, dan orang tua di rumah, dan wartawan serta warga di media MENGAJARKAN semua orang untuk diam dan turut pada aturan tersebut. Tidak boleh berbeda pendapat. Tidak boleh bertanya KENAPA ATURAN ITU HARUS ADA? Pokoknya aturan ada. Wajib nurut.
Itu maksud saya Pak. Kadang, dalam sejarah manusia, kita perlu melawan aturan. Kita harus berani ambil risiko dengan mengatakan “Ini tidak benar, ini tidak adil, saya tidak akan diam dan mendukungnya”. Dan karena di zaman dahulu, banyak orang berani melawan aturan, dunia bisa maju. Bisa paham?
Akhirnya ada yang sepaham dengan saya,,,*terharu
ReplyDeleteSetuju banget, kalo saya punya lima jempol di tangan saya, saya acungkan pada anda.akhrnya ada yang punya emikiran sama :D
ReplyDelete