[Ini komentar saya kepada para guru, di sebuah group. Siswa
itu mengatakan dia membacok gurunya karena disuruh potong rambut. Beritanya ada
di bawah. -Gene]
Boleh saya ikut berkomentar? Kalau ada yang ingat, lebih
dari 6 bulan yang lalu saya berusaha ajak para guru membahas persoalan razia
rambut gondrong di sekolah. Kebanyakan guru tidak mau tahu, dan ada yang
langsung menghujat saya. Saya sudah lama menunggu berita siswa menyerang guru, disebabkan
perkara ini. Jadi saya tidak heran. Apa sekarang saya boleh coba lagi mengajak
para guru membahas ini secara serius? Atau apa masih mau menghujat saya saja,
dan biarkan guru lain dibacok dan bahkan dibunuh?
Dulu, waktu dibahas, hasilnya seperti ini: Pertama, ada guru
yg mengatakan ini bagian dari ajaran Islam. Pria harus punya rambut pendek.
Saya buktikan Rasulullah SAW punya rambut panjang sampai bahu (ada hadiths).
Lalu argumentasi guru berubah. Ini bagian dari budaya Indonesia. Saya orang
asing jadi tidak mengerti. Saya buktikan banyak pria punya rambut panjang di
tahun 70an, 80an dan 90an. Jadi ini “budaya Indonesia” untuk berapa tahun? Lalu
argumentasi guru berubah. Ini bagian dari aturan sekolah. Siswa wajib nurut. Saya
minta definisi “rambut gondrong” dan jawabannya bervariasi. Banyak guru mengaku
aturan sekolahnya memang tidak ada atau tidak jelas. Jadi terserah guru untuk
memaksakan siswa nurut atau tidak. Yang penting pendapat guru selalu benar,
siswa selalu salah.
Saya pertanyakan kenapa harus ada aturan sekolah tentang
rambut pria, sedangkan untuk rambut perempuan tidak, dan saya dihujat ratusan
orang, tetapi ribuan yang lain diam saja. Bahkan ada guru yang mengatakan kalau
siswa tidak perlu nurut dengan aturan rambut gondrong, nanti semua siswa akan melakukan
seks bebas dan pakai narkoba di kelas. Nah, sekarang, sudah ada kasus seks di
kelas, di SMP di Jakarta. Padahal aturan “rambut gondrong” masih ada.
Sekarang seorang guru dan siswa lain sudah dibacok. Ini
penyerangan yang disengaja dan direncanakan. Siswa itu sudah lama kesal dan
marah, dan kita juga tidak tahu “cara
bicara” yang dipakai oleh guru tersebut. Daripada membahas kenapa rambut siswa
perlu diatur oleh guru, kebanyakan guru di sini malah sibuk membahas peran
media yang sebarkan berita negatif. Apa itu perkara yang paling utama dalam
kasus ini?
Terus terang, saya tidak peduli pada rambut siswa. Tidak
peduli kalau panjang atau pendek. Bagi guru yang tidak paham, yang saya
pedulikan adalah HUBUNGAN antara siswa dan guru dan bagaimana guru melihat
siswa dan sebaliknya. Cara apa dan sikap apa yang dipakai setiap guru dalam
bicara kepada siswanya? Apa selalu adil? Apa selalu mulia dan bijaksana? Apa
selalu lembut dan bersikap sedang membina? Apa siswa punya hak untuk tidak
setuju? Apa siswa merasa sebagai “pemilik” di sekolah masing2, atau lebih tepat
merasa sebagai “tahanan”? Apa aturan sekolah boleh diubah atas kesepakatan
orang tua, guru dan siswa? Atau apa aturan sekolah turun dari langit, dan
siapapun yang tidak setuju harus dicap subversif?
Rambut siswa tidak penting. Sebagian dari aturan sekolah
(dalam konteks tertentu) bisa dinilai tidak penting juga. Tetapi CARA yang
dipakai guru dalam berkomunikasi dan membangun hubungan dengan siswa SANGAT
PENTING SEKALI.
Sekian dulu. (Sekarang ratusan guru bisa mulai menghujat
saya lagi, atau bisa memilih untuk diskusi secara dewasa dan berusaha untuk
memahami pendapat yang berbeda. Kebenaran, walaupun dari mulut anjing, tetap
kebenaran.)
Wassalam,
Gene
**************
Pelajar SMA Bacok Guru dan Rekannya di Sekolah
Kamis, 22 Agustus 2013 | 17:47 WIB
TEMPO.CO, Bima - Lima pelajar Sekolah Menengah Atas Negeri 3
Sape, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat, mengamuk di sekolahnya sendiri.
Bersenjatakan kapak, pisau, dan tombak, mereka menyerang guru dan teman-teman
sekolahnya. Akibatnya, seorang guru bernama Iwan Nur dan seorang murid terluka,
Kamis, 22 Agustus 2013.
Peristiwa itu bermula sekitar pukul 10.30 Wita ketika secara lima orang siswa berusia sekitar 17 tahun itu masuk kelas. Tak lama setelah kelas dimulai, kelima siswa mengeluarkan parang di balik bajunya dan menyerang guru BP Iwan Nur. Iwan dan seorang murid lain terluka. Aksi mereka membuat geger sekolah. Sekitar 200 siswa lain berhamburan lari ketakutan. Usai melakukan aksinya, lima siswa itu lantas berlari keluar sekolah menuju jalan raya dan bersembunyi. Guru yang melihat hal itu langsung menghubungi polisi.
Menurut Kepala Kepolisian Sektor Sape Komisaris M Taufan, kelima pelajar itu sudah berhasil ditangkap. Pada polisi mereka mengaku marah pada Iwan Nur karena dipaksa untuk cukur rambut. Kelimanya kini masih ditahan polisi. "Mereka terancam terjerat pasal pengancaman dengan senjata tajam," kata Taufan.
AKHYAR M NUR
Sumber: Tempo
Peristiwa itu bermula sekitar pukul 10.30 Wita ketika secara lima orang siswa berusia sekitar 17 tahun itu masuk kelas. Tak lama setelah kelas dimulai, kelima siswa mengeluarkan parang di balik bajunya dan menyerang guru BP Iwan Nur. Iwan dan seorang murid lain terluka. Aksi mereka membuat geger sekolah. Sekitar 200 siswa lain berhamburan lari ketakutan. Usai melakukan aksinya, lima siswa itu lantas berlari keluar sekolah menuju jalan raya dan bersembunyi. Guru yang melihat hal itu langsung menghubungi polisi.
Menurut Kepala Kepolisian Sektor Sape Komisaris M Taufan, kelima pelajar itu sudah berhasil ditangkap. Pada polisi mereka mengaku marah pada Iwan Nur karena dipaksa untuk cukur rambut. Kelimanya kini masih ditahan polisi. "Mereka terancam terjerat pasal pengancaman dengan senjata tajam," kata Taufan.
AKHYAR M NUR
Sumber: Tempo
Setuju pak gene, yang penting adalah "bagaimana guru menasehati anak2 tersebut", kalau cara yang dipakai baik dan benar, tentulah tidak akan terjadi hal-hal seperti yang diberitakan oleh media.
ReplyDelete