Assalamu’alaikum wr.wb.,
Satu bulan yang lalu, saya dioperasi, jadi ada rasa sakit
dan gangguan terhadap kehidupan yang cukup besar. Setelah operasi hernia
selesai, ada komplikasi pembengkakan, tapi setelah 3 hari akhirnya boleh pulang
utk istirahat di rumah. Tapi ternyata sulit istirahat.
Habis operasi, seluruh daerah perut sakit sekali. Saya minim
obat tidur, tapi karena badan sakit, baru bisa tidur pada jam 1 pagi. Lalu tiba2
bangun pada jam 3:20 pagi, karena pengurus masjid teriak “La illaha ilallah”
dgn suara keras lewat toa, lalu pasang kaset ngaji. Lalu setelah 50 menit, ada
adzan, lalu iqomat, lalu shalat, lalu dzikir, lalu doa, lalu shalawat Nabi.
Totalnya 1 jam 45 menit. Semuanya disiarkan lewat toa. Karena ada suara keras utk
hampir 2 jam itu, otak saya terlalu “segar” dan saya tidak bisa tidur lagi
sampai jam 8 pagi. Lalu bangun siang dalam keadaan lemas sekali.
Pertanyaan saya, siapa yang membutuhkan siaran keras dari
masjid selama 1,5 jam atau lebih? Apakah itu Sunnah Nabi utk mengganggu seluruh
masyarakat seperti itu? Tanpa peduli pada tetangga yang sakit, sibuk, capek,
pulang malam, dokter, perawat, pilot, sopir, dll. dan semua org yg kerja sampai
pagi dan butuh tidur?
Nabi Muhammad SAW tidak pernah ajak 100 sahabat utk berdiri
di depan rumah orang sejam sebelum subuh, dan teriak2 dgn suara keras membaca
ayat suci Al Qur'an, tanpa peduli kl menganggu tetangga. Kenapa pengurus masjid
mau melakukannya, seakan-akan tetangga yang sakit dilarang tidur? Apakah karena
menjadi “tradisi” jadi sakral dan tidak mungkin berubah? Tradisi Indonesia mengalahkan
Sunnah dari Nabi? Soalnya Nabi selalu baca Al Qur'an dan berdoa dgn suara
lembut, tanpa mengganggu orang lain.
”Rasulullah SAW pernah i’tikaf di masjid, lalu beliau
mendengar (sebagian sahabat) mengeraskan bacaan (mereka), maka beliau membuka
tabir (kemahnya) dan beliau bersabda: ‘Ketahuilah! Sesungguhnya tiap-tiap kamu
itu bermunajat (berbisik) kepada Tuhannya, oleh karena itu janganlah sebagian
kamu mengganggu kepada sebagian yang lain dan janganlah sebagian kamu
mengeraskan bacaannya kepada sebagian yang lain” (HR. Abu Dawud No.1332)
Mungkin pengurus masjid merasa melakukan kebaikan, karena
sebarkan ayat suci Al Qur'an ke ribuan orang, termasuk non-Muslim. Tapi siapa
yang berikan tugas itu kepada mereka? Jangan sampai niat baik itu malah memberi
kesan orang Muslim adalah kaum yg mengganggu, yg tidak peduli kl tetangganya
sakit dan perlu istirahat. Rasulullah SAW sudah berikan kita contoh yang
terbaik. Bagaimana kl kita ikuti dia, hanya baca Al Qur'an dgn suara kecil, dan
toa hanya dipakai utk adzan saja? Lalu kita bersikap baik terhadap tetangga yg
mungkin saja sakit dan lebih membutuhkan tidur daripada siaran kaset ngaji
berjam-jam. Semoga bermanfaat bagi orang Muslim yang mau merenung.
Wassalamu’alaikum wr.wb.,
Gene Netto
Asssalamualaikum
ReplyDeleteSaya mendengar adzan sekitar 50-60 menit sebelum adzan subuh, saat sedang ibadah di tanah suci. Itu salah satu cara membangunkan orang untuk melaksanakan Qiamul Lail. Tapi setelah itu tidak ada suara sampai adzan subuh.
Praktek disini terkadang berlebihan. Dan itu cukup mengganggu umat lain, atau orang yg sedang dalam kesusah payahan atau kelelahan bekerja.
niat baik tapi caranya tidak tepat.
Gene Netto: semoga sudah sembuh sekarang..
Wassalam,
Ninik
Wa‘alaikumsalam wr.wb.,
ReplyDeleteDi sini banyak masjid berlebihan, dan banyak orang Muslim takut komplain karena tidak mau dihinakan oleh pengurus masjid.
Saya sudah lebih sehat sekarang. Terima kasih.
Alhamdulillah 😊
ReplyDeleteMakan makanan yg sehat, dan istirahat yg cukup kualitasnya.
Berlebihan dan cepat latah. Acara di tv cukup cepat direspon oleh masyarakat. Sarana terbaik untuk dakwah.
Ramadhan dikampung saya lebih ramai. Jam 1 - 4 anak anak main musik bangunin orang tidur. Sesekali boleh...tp jika setiap malam sangat mengganggu.
Namun dimanfaatkan beberapa pihak untuk keuntungan komersil.
Akibatnya pendidikan dan budi pekerti memburuk
terima kash atas tulisannya, bermanfaat sekali.
ReplyDelete