Search This Blog

Labels

alam (8) amal (100) anak (299) anak yatim (118) bilingual (22) bisnis dan pelayanan (6) budaya (8) dakwah (87) dhuafa (18) for fun (12) Gene (222) guru (61) hadiths (9) halal-haram (24) Hoax dan Rekayasa (34) hukum (68) hukum islam (52) indonesia (570) islam (556) jakarta (34) kekerasan terhadap anak (357) kesehatan (97) Kisah Dakwah (10) Kisah Sedekah (11) konsultasi (11) kontroversi (5) korupsi (27) KPK (16) Kristen (14) lingkungan (19) mohon bantuan (40) muallaf (52) my books (2) orang tua (8) palestina (34) pemerintah (136) Pemilu 2009 (63) pendidikan (503) pengumuman (27) perang (10) perbandingan agama (11) pernikahan (11) pesantren (34) politik (127) Politik Indonesia (53) Progam Sosial (60) puasa (38) renungan (178) Sejarah (5) sekolah (79) shalat (9) sosial (321) tanya-jawab (15) taubat (6) umum (13) Virus Corona (24)

19 October, 2016

Bodohnya Pemda DKI: Pemprov Hargai Rp 20 Ribu Tiap Ekor Tikus



Apakah pemimpin Pemda bisa dapat ide ini karena tidak suka baca buku? Atau karena tidak punya wawasan yang luas? Cukup kl asal luncurkan program baru, tanpa riset, tanpa berpikir, dan lihat hasilnya nanti? Apapun alasannya, rencana terbaru Pemda DKI ini sudah pernah dilakukan di negara lain. Dan gagal total. Di masa penjajahan Inggris di India, pemda bikin program utk berantas ular kobra di kota New Delhi. Utk setiap ekor kobra, warga dibayar sekian. Dalam waktu singkat, warga kota sudah mulai TERNAK ular cobra, dan serahkan ekornya utk dapat hadiah uang.

Setelah sadar ular kobra diternak bukan ditangkap, pemerintah tiba2 batalkan program itu. Para peternak lepaskan ular kobranya, dan New Delhi menjadi kebanjiran ular, lebih dari sebelumnya. Progam yg sama juga dicoba di masa penjajahan Perancis di Hanoi, Vietnam, tapi dgn tikus. Warga kota Hanoi mulai tangkap tikus, potong ekornya utk dapat uangnya, tapi tikusnya dilepaskan kembali (tanpa ekor), agar bisa beranak dan berkembang biak.

Artinya: "solusi" dari pemda malah membuat masalah lebih parah dari sebelumnya. Orang miskin bisa menjadikan peternakan ular/tikus sebagai bisnis baru. Ini sudah dinamakan "Efek Kobra" atau "Efek Tikus" (Cobra Effect/ Rat Effect) dan dipelajari dalam matakuliah ekonomi, karena "solusi" untuk atasi masalah malah memberikan efek sebaliknya. Dan sudah dipahami program spt ini akan gagal sejak 100 tahun yg lalu. Semoga di masa depan, Jakarta bisa dipimpin oleh orang yg punya wawasan lebih luas.
-Gene Netto

Untuk Kebersihan DKI, Pemprov Hargai Rp 20 Ribu Tiap Ekor Tikus
Selasa 18 Oct 2016, Muhammad Fida Ul Haq - detikNews
Jakarta - Pemerintah provinsi (Pemprov) DKI Jakarta sedang menjalankan program Gerakan Basmi Tikus. Wakil Gubernur DKI Djarot Saeful Hidayat menjanjikan Rp 20.000 per ekor bagi warga yang ikut mengumpulkan tikus. "Ini sedang berjalan, kumpulin aja (tikusnya). Nanti silahkan ke ketua RT RW Lurah nanti tinggal jalan," ujar Djarot di Hotel JS Luwansa, Jakarta Selatan, Selasa (18/10/2016). "Iya (Rp 20.000), nanti kita ambil buntutnya. Warga bawa saja buntutnya," terang Djarot. Jadi, tertarik untuk jadi pemburu tikus?

Cobra Effect (and Rat Effect)

1 comment:

  1. kalo gitu, tiap tikus yang mati harus dikeluarin setifikat bertanda " BUKAN TIKUS TERNAKAN", dan harus dibentuk panitia lembaga sertifikasinya dengan biaya Pemda DKI, hahaha ....to-LOL

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...