Kalau ada guru yg pukul kepala siswa berkali2,
sampai siswa pingsan, ada solusi sederhana. Guru itu dipecat, tanpa pesangon,
tanpa pensiun. Dipecat saja. tidak diterima kl dia “minta maaf” dan
penyelesaian secara kekeluargaan. Dipecat saja.
Tapi tidak pernah terjadi si sini. Seringkali sekolah
tekan orang tua utk “berdamai”, tidak lapor ke polisi, dan guru ditegor saja
secara lisan, dan boleh kembali mengajar.
Kl guru yg baik kompak bersama orang tua, dan
menolak semua oknum guru, maka kasus kekerasan terhadap siswa akan hilang dalam
sekejap. Tapi orang tua dan guru yang baik selalu bersikap “diam dan taat”
terhadap pihak yang berkuasa (kepala sekolah, dinas pendidikan, dll.) sesuai
dgn didikan guru sekolah kepada semua anak. Pelajaran terpenting dari banyak
guru di seluruh Indonesia adalah “diam dan taat”! dan oleh karena itu,
kekerasan terhadap anak berjalan terus, tanpa solusi.
-Gene Netto
Hanya Karena Tak Kerjakan Tugas, Siswa SMP Dipukul
Guru Sampai Pingsan
Kamis, 9 Maret 2017 SURYAMALANG.COM, WAGIR –
Syaifudin Zuhri (50) melaporkan seorang guru SMP ke
Mapolres Malang,
Kamis (9/3/2017). Warga Desa Sitirejo, Wagir, Kabupaten Malang
menduga guru
tersebut telah memukul anaknya yang berinisial AS (14) di sekolah.
AS yang duduk di kelas 2 SMP tersebut terjatuh dan pingsan akibat pemukulan
pada Rabu (8/3/2017).
Bapaknya korban, Pak Syaifudin, menjelaskan
anaknya masih sakit sehingga dokter menyarankan AS istirahat di rumah. Karena
takut ketinggalan pelajaran, AS tetap berangkat ke sekolah.
Saat anaknya belum mengerjakan tugas yang diberikan oknum guru tersebut.
Ternyata oknum guru
itu tidak bisa menerima anaknya yang belum mengerjakan tugas. Guru itu langsung
memarahi dan memukul kepala AS sampai enam kali. AS pingsan akibat pemukulan
ini.
Syaifudin Zuhri menambahkan sekarang anaknya belum
masuk sekolah.
Anaknya masih trauma atas kejdian yang dialaminya. “Makanya, kami mencari
keadilan. Apalagi informasinya, bukan hanya anak saya yang mengalami perlakuan
kasar oknum guru
itu. Siswa
lain juga pernah mengalami, namun tidak berani cerita,” imbuh Syaifudin Zuhri.
No comments:
Post a Comment