Search This Blog

Labels

alam (8) amal (100) anak (299) anak yatim (118) bilingual (22) bisnis dan pelayanan (6) budaya (8) dakwah (87) dhuafa (18) for fun (12) Gene (222) guru (61) hadiths (9) halal-haram (24) Hoax dan Rekayasa (34) hukum (68) hukum islam (52) indonesia (570) islam (557) jakarta (34) kekerasan terhadap anak (357) kesehatan (97) Kisah Dakwah (10) Kisah Sedekah (11) konsultasi (11) kontroversi (5) korupsi (27) KPK (16) Kristen (14) lingkungan (19) mohon bantuan (40) muallaf (52) my books (2) orang tua (8) palestina (34) pemerintah (136) Pemilu 2009 (63) pendidikan (503) pengumuman (27) perang (10) perbandingan agama (11) pernikahan (11) pesantren (34) politik (127) Politik Indonesia (53) Progam Sosial (60) puasa (38) renungan (179) Sejarah (5) sekolah (79) shalat (9) sosial (321) tanya-jawab (15) taubat (6) umum (13) Virus Corona (24)

21 December, 2020

Apa Allah Yang Menyesatkan Manusia, Atau Manusia Yang Mau Sesat?

[Pertanyaan]: Pak Gene, di Surah Al-An'am ayat 4, disebutkan "mereka" (manusia kafir) berpaling. Sedang di Surah Ibrahim ayat 4 disebutkan Allah yang menyesatkan siapa yang dikehendaki. Bagaimana manusia bisa berpaling kalau Allah-lah yang menyesatkan?

[Jawaban]: Assalamu'alaikum wr.wb. Bagaimana mereka bisa berpaling sendiri, kalau Allah yang menyesatkan? Insya Allah ini bisa dipahami secara mudah dan logis. Sebelum kita lahir, Allah tahu sebagian orang akan memilih jalan yang sesat. Orang itu sudah ditentukan akan sesat, dan Allah yang "sesatkan" mereka, di atas keinginan mereka sendiri. Ini setara dengan orang yang sengaja pilih jalan yang salah (misalnya pakai narkoba, dan tidak mau berhenti). Kita tahu mereka akan ikuti jalan yang salah itu. Dinasihati, mereka tetap salah dan tidak mau diluruskan. Kalau kita fasilitasi mereka (misalnya, berikan tempat aman untuk pakai narkoba), atau tidak fasilitasi, mereka akan tetap memilih jalan itu.

Contoh: Ada anak yang mau ikut konser band metal. Dilarang oleh orang tuanya karena mereka tahu dia akan pesta narkoba di sana. Kalau mereka larang, dia pergi. Kalau mereka izinkan dan kasih uang, dia juga pergi. Jadi apabila mereka kasih izin dan uang, atau tidak kasih izin dan uang, dia tetap pergi dan tidak mau dilarang.

Allah juga tahu orang-orang kafir itu akan memilih jalan yang sesat, jadi Allah kasih tiket gratis naik bis ke Kota Sesat, karena mereka memang mau ke sana. Jadi, mereka "disesatkan" oleh Allah ( = diberi kemudahan untuk menjadi sesat), karena Allah sudah tahu mereka akan tetap pilih jalan itu. Ada orang lain yang bisa dapat hidayah, dan mereka adalah orang-orang yang Allah tahu akan bersedia menerima hidayah. Kita anggap semua orang punya "kesempatan yang sama". Tapi Allah Maha Tahu: Semua orang tidak sama. Sebelum kita lahir, Allah sudah tahu siapa yang mau memilih untuk beriman dan siapa yang tidak.

Dalam sebuah eksperimen, orang tua taruh kue di depan anaknya, dan melarang dia makan, lalu anak itu ditinggalkan sendirian di dalam kamar. Orang tua tahu karakter anaknya dan tahu apakah anaknya akan makan atau tidak. Mungkin 95% lebih dari prediksi orang tua tentang anaknya terbukti benar. Tapi dalam beberapa kasus, anaknya diyakini tidak akan makan, tetapi dia makan dan membuat orang tuanya kaget. Orang tua salah prediksi, walaupun sangat kenal karakter anaknya.

Sedangkan, ALLAH TIDAK PERNAH SALAH. Kalau Allah catat bahwa orang A akan menjadi kafir, sebelum diciptakan, maka orang itu (apapun yang terjadi) akan tetap MEMILIH untuk menjadi kafir. Dan sebaliknya, kalau Allah catat bahwa orang B akan beriman (dari lahir, atau masuk Islam), maka orang itu akan MEMILIH menjadi orang yang beriman. Allah Maha Tahu, dan Maha Benar, dan Allah tidak bisa dibuat kaget dengan pilihan kita. Semua manusia tidak sama. Kita anggap sama, tapi Allah Lebih Tahu.

Tetapi masih KITALAH (manusia) yang MEMILIH dalam kehidupan di dunia ini untuk menjadi beriman atau kafir. Dan bahasa "Allah menyesatkan" adalah bahasa metaforis. Jangan dipahami dengan makna orang itu ingin sekali beriman, lalu Allah menolak dan memaksakannya menjadi sesat. Lebih tepat dianggap orang itu sudah memilih sesat, dan Allah sudah tahu dia tidak pernah akan mau beriman, lalu Allah kasih tiket bis yang gratis ke Kota Sesat, dan mengatakan, "Naik saja kalau mau. Gratis!" Lalu, orang itu pilih sendiri untuk naik bis, dan senang, karena sesuai dengan keinginannya sendiri untuk menjadi sesat dan menolak aturan hidup yang Allah berikan kepada umat manusia. Jadi Allah "menyesatkan dia" dengan cara mempermudah dia jalan ke tujuannya, ke jalan yang sesat, karena orang itu memang mau ke sana. Allah kasih perjalanan gratis, atau tidak, orang itu akan tetap memilih untuk pergi ke Kota Sesat. Jadi kita yang memilih sendiri untuk menjadi orang beriman atau menjadi kafir.
Semoga bermanfaat. Semoga bisa dipahami sebagai kondisi yang jelas dan logis.
Wa billahi taufiq wal hidayah,
Wassalamu'alaikum wr.wb.
-Gene Netto

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...