Assalamu’alaikum
wr.wb.,
Mungkin
teman2 yang baca blog dan Facebook saya akan ingat Yusuf, anak SD yang menjadi
pemulung. Saya mulai memberikan santunan kepada dia lebih dari 2 tahun yang
lalu, supaya dia bisa lanjutkan sekolah ke SMP dan sekaligus berhenti menjadi
pemulung. Kemarin saya ditelfon bapaknya Yusuf. Dengan minta maaf berkali2, dia
tanya apa ada kemungkinan saya bisa membantu keluarganya lagi. (Bapak dan Ibu
masih kerja sebagai pemulung). Ternyata kakaknya Yusuf sudah selesai SMP dan
mau masuk SMK, jurusan Multimedia. Tetapi ada biaya masuk sekian juta, dan
tidak boleh dicicil. Harus bayar lunas sebelum akhir bulan Mei ini.
Dari
suara bapak, kedengaran bahwa dia tidak enak minta tolong lagi kepada saya. Soalnya,
bulan ini saya juga dapat sedikit sedekah dari teman2 yang mau bantu saya, dan
sebagai tanda syukur kepada Allah, saya sudah memberikan 1 juta kepada Yusuf
dan keluarganya kemarin. Jadi saya paham kenapa
bapak merasa tidak enak minta lagi. Tetapi dia tidak tahu bahwa saya sedang
senyum sambil mendengarkan permintaannya. Kenapa? Karena saya bersyukur bahwa
keluarga yang sangat miskin ini masih merasa ada tempat untuk mendapatkan
pertolongan. Alhamdulillah saya dianggap sebagai orang yang sanggup membantu,
dan bapak merasa bisa hubungi saya kalau ada masalah. Saya senyum sambil dengar
terus.
Saya sedang menghemat uang karena
akhir bulan ini insya Allah ke Kuala Lumpur untuk membuat visa kerja baru. Jadi
saya takut tidak sanggup bantu dengan langsung kasih semuanya dari uang saya sendiri. Daripada menolak begitu saja, saya
tetap berusaha membantu mereka. Alasannya sederhana:
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barang siapa yang mempermudah
kesulitan orang lain, maka Allah ta’ala akan mempermudah urusannya di dunia dan
akhirat.” (HR. Muslim)
Saya
hubungi beberapa teman, dan tanya kalau mereka ingin bantu saya bersedekah, untuk
kumpulkan uang yang dibutuhkan. Alhamdulillah mereka juga langsung setuju, dan
dalam sekejap, sudah dapat janji mereka untuk membantu. Malam itu, saya mulai
merenung. Membantu ratusan atau ribuan keluarga miskin memang pasti susah,
kecuali bagi orang yang kaya sekali. Tetapi untuk membantu satu keluarga saja,
atau satu anak miskin saja, tidak begitu berat. Apalagi ada banyak teman dan
kenalan yang juga siap membantu kalau diminta bantuannya. Insya Allah semua
orang yang punya pekerjaan dan kehidupan cukup nyaman bisa bantu satu anak atau
satu keluarga kalau memang ada niat membantu. Dan rasanya nikmat kalau memang
terbiasa membantu orang lain, seolah-olah menjadi “agen”
bagi Allah untuk menyebarkan kebaikan atas nama Allah.
Saya
merenung lagi. Mungkin sudah 2 tahun saya kenal keluarga Yusuf, dan selain
bantu dengan uang bulanan, ada juga beberapa tambahan (seperti uang sekolah
ini). Semuanya bermula dari mana sampai saya bisa dianggap sebagai “penyelamat”
bagi satu keluarga? Ternyata semuanya
dimulai dengan sebuah senyuman.
Dulu,
waktu pertama kali ketemu Yusuf, dia seorang anak SD yang setelah sekolah
langsung mulai kerja sebagai pemulung. Tangannya begitu hitam dan kotor, sampai
saya takut sekali salaman dengan dia; takut kena bakteri. Dari pertama kali dia
melihat saya, seorang bule yang pakai baju koko dan jalan kaki ke masjid, dia
senyum saja. Dia tidak bicara, dan tidak pernah minta apa-apa. Hanya senyum
saja. Begitu mudah dia bisa senyum walaupun kehidupannya begitu berat.
Dari
itu saya mulai memberikan sedikit uang tunai kepada dia setiap kali ketemu di
jalan, lalu menjadi rutin setiap jumat, lalu menjadi uang bulanan, lalu menjadi
bantuan apa saja yang bisa diberikan. Dan sejak itu, dia
terima permintaan saya, berhenti kerja sebagai pemulung, dan sekarang setelah
sekolah dia bisa main bola dengan teman2nya. Tangannya sudah tidak pernah hitam
lagi kalau ketemu saya.
Tentu
saja semua bantuan yang diberikan kepada mereka itu berasal dari Allah, dan
hanya datang lewat tangan saya, dan teman2 saya yang sudah bantu juga (terima
kasih teman2!). Dan bantuan itu muncul, hanya disebabkan satu hal yang sangat kecil dan
mungkin diremehkan banyak orang: sebuah
senyuman manis! Tanpa kata apapun, tanpa minta apapun, hanya senyuman saja.
Begitu besar bantuan Allah yang bisa muncul dan berlangunsung bertahun-tahun
dari hal yang begitu kecil.
Teman2,
tolong sebarkan senyuman. Harganya tidak ada, jadi tidak ada yang bisa jatuh
bangkrut kalau senyum kepada orang lain. Dan mungkin dari satu senyuman itu,
yang kita anggap begitu tidak penting dan remeh, bisa dimulai sebuah hubungan
baik yang penuh dengan rahmat Allah seperti yang terjadi di antara saya dan
keluarga Yusuf. Saya mulai memberikan uang kepada
Yusuf karena dia selalu senyum kalau melihat saya di jalan, dan hal itu saja
yang gerakkan hati saya untuk lebih memperhatikan dia daripada puluhan anak
pemulung yang lain.
Sebarkan senyuman. Mungkin saja itu
menjadi pintu rahmat dari Allah untuk masuk ke dalam kehidupan kita. Bantuan Allah
bisa datang dari arah yang tidak tersangka, dan siapa tahu, mungkin senyuman
kita kepada orang lain akan menjadi pemicu sehingga mereka siap membantu kita dengan
urusan kita, hanya karena senyuman di muka kita membuat mereka merasa lebih tenang dan ikut senyum juga.
Rasulullah
SAW bersabda, “Senyum kalian bagi saudaranya adalah sedekah” (HR. Tirmidzi dan Abu Dzar).
Rasulullah
SAW bersabda, “Tersenyum ketika bertemu saudaramu adalah ibadah.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Hibban, dan
Baihaqi).
Rasulullah
SAW bersabda, “Janganlah engkau sekali-kali meremehkan suatu kebaikan, walaupun
itu hanya sekedar untuk menemui saudaramu dengan wajah yang berseri-seri
(senyum).” (HR. Muslim).
Semoga
bermanfaat.
Wassalamu’alaikum
wr.wb.,
Gene
Netto
No comments:
Post a Comment