Anak SD yang dimanjakan orang tuanya bisa menyebabkan gangguan di sekolah karena mereka akan mengulangi tindakan yang “memaksa kehendaknya”, seperti yang dilakukan di rumah.
Riset untuk National Union of Teachers (NUT, Serikat Guru Nasional) menjelaskan bahwa ada sebagian anak yang mengambek, menggunakan kata kasar, dan menjadi agresif secara fisik. Periset dari Cambridge University melakukan 60 interview dengan staf dan murid di dalam 10 sekolah. Di antara hasilnya ada penjelasan tentang anak SD yang bergadang sampai jam 3 pagi dan main game komputer/playstation yang mengandung adegan kekerasan.
Ada contoh dari seorang ibu yang merasa gembira karena berhasil membujuk anaknya yang berumur lima tahun untuk tidur pada jam 1 pagi, daripada jam 3 pagi sebelumnya.
Ada contoh dari seorang anak berumur 7 tahun yang menghancurkan Playstation sendiri, lalu mengganggu ibunya terus-terusan selama 1 minggu sampai akhirnya ibu itu beli Playstation yang baru buat anaknya.
Kata para periset, ada sebagian orang tua yang sama sekali tidak bisa mengucapkan “tidak” ketika anak menuntut sesuatu seperti televisi pribadi atau komputer pribadi yang bisa digunakan di kamar. Sebagian orang tua yang lain siap melakukan apa saja supaya anaknya bisa diam.
Masalahnya adalah orang tua merasa kesulitan untuk membesarkan anaknya di dunia ini yang sudah menjadi sangat komersial. Ketua dari NUT, Steve Sinnott, menuntut dibuat larangan baru untuk ilkan yang ditujukan kepada anak. Katanya “Orang tua sedang berusaha untuk “bertahan” dengan memberikan segala sesuatu kepada anaknya”. Dan budaya ini sudah masuk ke dalam sekolah dan merepotkan para guru.
Kata Sinnott, “Seorang anak yang dilatih di rumah untuk mendapatkan apa saja yang diinginkan dengan ngambek, sudah jelas dampak yang akan terwujud di dalam kelas.” Perbuatan yang buruk sedang dicontohkan di rumah.
Sangat sulit untuk memberikan motivasi kepada anak tersebut karena ketika mereka sudah mulai bersekolah, mereka sudah menjadi ahli “pembujukan terhadap orang dewasa”. Laporan juga menjelaskan bahwa program2 yang dibuat untuk memperbaiki perbuatan buruk dari anak ini tidak berhasil.
Dengan sistem reward, anak yang “nakal” akan mendapatkan reward untuk sekedar mendengarkan guru saja, sedangkan anak lain yang tidak “nakal” harus melakukan sesuatu yang lebih dari perbuatan yang biasa untuk mendapatkan reward yang sama. (Pasti dianggap tidak adil oleh anak yang tidak nakal).
********
Assalamu’alaikum wr.wb.,
Ini yang sedang terjadi di Inggris. Bagaimana dengan Indonesia? Apakah anaknya orang mampu di sini menjadi sama? Apakah anak yang mampu di sini sudah manja sekali dan orang tuanya tidak bisa mengatakan “tidak” kepadanya?
Kebanyakan anak mampu masuk sekolah swasta. Mereka hidup dalam keadaan serba punya, dan barangkali permintaan mereka jarang ditolak oleh orang tua.
Mungkin orang tua merasa lebih baik membeli daripada anak ngambek dan minta terus. Dan untuk orang tua yang kerja (bapak dan ibu kerja) mungkin mereka merasa harus beli banyak produk karena itu akan membuktikan kasih sayang terhadap anaknya, dan sekaligus memberi imbalan kepada anak karena orang tua pulang malam terus, dan seterusnya.
Apakah ada baiknya bila iklan buat produk anak juga dibatasi di Indonesia? Apakah di sini sudah terlalu banyak? Dampaknya apa?
Wassalamu’alaikum wr.wb.,
Gene
Read the full story here:
Spoilt children disrupt schools
By Hannah Goff
BBC News at the NUT conference, Manchester
Story from BBC NEWS:
Assalamualaikum wr wb.
ReplyDeleteArtikel yang bagus Pak.