Assalamu'alaikum wr.wb.,
Pada saat kita semua sibuk dengan pekerjaan, keluarga, dan urusan pribadi kita masing-masing, seorang anak berumur 11 tahun gantung diri karena tidak sanggup bersekolah!!!
Reaksi dari kita? Bersedih saja untuk sesaat, sebelum kembali memikirkan semua urusan duniawi kita dan rencana belanja kita.
Ada begitu banyak orang yang menderita di bangsa ini, tetapi berapa banyak dari kita yang peduli terhadap mereka? Kita semua sibuk belanja, sibuk jalan-jalan dan menghabiskan harta kita supaya bisa bersenang-senang di dunia ini. Bukannya ada urusan dan tugas yang jauh lebih utama bagi kita?
Kalau ada isu baru seperti dua artis yang membuat film porno, kita tidak bisa berhenti membicarakannya selama berminggu-minggu dan bisa dijamin akan mendapatkan sorotan berita sampai satu-dua bulan atau lebih.
Tetapi kita sangat jarang mau bicara tentang bagaimana caranya semua ormas Islam dan partai politik Islam bisa BERSATU dan menggunakan kekuatan organsiasi dan politik yang ada di tangan masing-masing untuk membantu anak miskin yang mau sekolah. Seharusnya kita mau bersatu untuk memastikan bahwa tidak ada lagi kasus anak2 kecil yang bunuh diri disebabkan kita yang lebih mampu terlalu sibuk dengan kehidupan kita masing2 untuk peduli pada nasib mereka.
Dan kalau dalam 10 tahun mendatang, SEMUA anak bangsa bisa sekolah sampai tamat SMA, dan mendapatkan pekerjaan yang layak, dan tidak ada lagi kasus anak bunuh diri karena tidak bisa tamat SD, maka kalau pada saat itu kita mau lebih peduli pada kenikmatan dunia ini, dan urusan pribadi kita, SILAHKAN!!! Tidak jadi masalah kita berkumpul dan membahas perkara ringin dan menarik (seperti piala dunia), atau lebih fokus pada diri sendiri, selama tidak ada masalah yang lebih utama yang membutuhkan waktu dan tenaga kita.
Sudah waktunya kita berhenti memperhatikan hal-hal yang tidak utama dan berfokus pada bagaimana PKS, PKB, PPP, PAN, HT, NU, Muhammadiyah, dan semua organisasi Islam yang lain bisa BERSATU dan memajukan bangsa ini untuk kepentingan anak bangsa dan masa depan ummat Islam.
Kita semua merasa begitu pintar dan bijaksana, dengan keahlian masing2 di bidang yang bervariasi. Sesungguhnya Allah tidak menciptakan kita dengan sia-sia. Dan sekarang Allah dan para malaikat sedang menyaksikan kita dan apa yang kita usahakan di dunia ini. Jangan sampai Allah menyaksikan kita dan hanya bisa menggelengkan kepala ketika malaikat laporkan bahwa ummat Islam begitu sibuk dengan menikmati hal-hal duniawai (seperti piala dunia, misalnya), sehingga tidak ada yang sempat peduli ketika seorang anak kecil bunuh diri. Dan lebih malang lagi, anak itu bunuh diri karena tidak sanggup lagi MENUNTUT ILMU untuk menjadi seorang anak yang beriman dan bermanfaat bagi bangsa dan negara. Bagaimana pendapat-Nya Allah terhadap kita ketika Dia melihat kita begitu semangat memperhatikan piala dunia (dan ratusan urusan duniawi yang lain), dan sangat peduli pada urusan belanja kita, sehingga kita tidak lagi punya waktu dan tenaga untuk peduli pada anak yatim dan anak miskin yang hidup dalam kesulitan?
Kalau kita ingin melihat negara ini maju, kita harus belajar untuk mengatasi semua masalah aktual di lapangan. Menikmati dunia ini bukan perkara yang salah. Tetapi berlebihan dalam menikmati harta kita di dalam dunia ini, pada saat saudara2 kita yang miskin mau bunuh diri, bukanlah suatu tindakan yang tepat.
Kita harus memanfaatkan waktu dan tenaga kita dengan cara yang lebih baik. Dan kalau kita tidak mau, awas kalau Allah menjadi marah dan kesal terhadap kita dan menggantikan kita dengan kaum yang lebih beriman kepada-Nya, lebih bertakwa kepada-Nya, lebih bijaksana, lebih mulia, lebih dermawan, dan lebih peduli terhadap anak yatim dan fakir miskin seperti yang dicontohkan oleh Nabi kita Muhammad SAW.
Dalam sebuah hadiths sahih, diceritakan bahwa Rasulullah SAW pernah kabur dari masjid setelah shalat karena dia ingat masih ada 7 dirham di rumah yang belum disedekahkan, dan setelah dikasih kepada fakir miskin, baru dia kembali ke masjid dan berdzikir seperti biasa dalam keadaan tenang. Selama masih ada harta yang belum diberikan kepada yang lebih membutuhkannya, Nabi kita tidak bisa duduk di masjid dengan tenang.
Sedangkan kita kabur dengan cepat setelah shalat karena takut ada yang mengganggu mobil baru kita atau motor baru kita yang diparkir di jalan depan masjid, karena kita begitu cinta terhadap harta kita dan semua barang milik kita. Sedangkan Nabi kita begitu cinta terhadap anak yatim dan fakir miskin. Alangkah jauhnya kehidupan kita dari kehidupan Nabi Muhammad SAW, yang kita mengatakan adalah “contoh” bagi kita. (Tidak ada kisah bahwa Nabi menyimpan triliunan rupiah dalam rekening, dan cuek pada keadaan ummat Islam dengan mengatakan “uang halal”, alias terserah dia mau dipakai untuk apa.)
Jangan sampai kita menjadi kaum yang terpesona dengan kenikmatan dunia ini. Kita harus selalu siap mencari tindakan nyata yang bisa kita lakukan bersama untuk membantu anak-anak yang yatim dan miskin, sebelum mereka bunuh diri semua.
Alangkah buruknya nasib kita di hari akhirat kalau Allah bertanya apa yang kita lakukan dengan semua kekuatan yang Dia berikan kepada kita di dunia ini (fisik, harta, jabatan, ilmu, organisasi, dll.) dan kita hanya bisa jawab bahwa kita menggunakannya untuk menikmati semua keindahan dunia dan memikirkan kepentingan diri sendiri.
Lalu bagaimana kalau seandainya Allah menghadapkan kita kepada anak-anak miskin yang telah membunuh diri di dunia, dan Allah bertanya kenapa kita dulu merasa begitu sibuk dengan urusan duniawi kita sehingga tidak punya waktu untuk membantu anak-anak itu?
Kita mau mengatakan apa kepada Allah?
Dan alangkah buruknya keadaan kita kalau seandainya Allah mengatakan bahwa kita hanya boleh masuk sorga setelah setiap anak miskin yang bunuh diri menyatakan “ihklas” dan “setuju” terhadap nasib kita itu.
Apa yang akan terjadi pada kita kalau nasib kita (masuk sorga atau tidak) ditempatkan oleh Allah di tangan anak-anak miskin yang pernah bunuh diri itu, dan mereka diberikan kekuasaan terhadap kita di akhirat?
Bagaimana mereka akan memandang kita? Dengan rasa kasih sayang karena kita sama-sama orang Islam? Atau dengan perasaan yang sangat berbeda?
Di mana sekarang suara dari semua politikus yang mengaku beriman kepada Allah?
Di mana sekarang suara dari semua petinggi pemerintah yang mengaku beriman kepada Allah?
Kenapa mereka semua tidak berdiri bersama dan berteriak bahwa Presiden, pemerintah, anggota DPR/DPRD, Menteri Pendidikan dan Menteri Sosial, dan anggota dari semua organsisasi Islam harus sama-sama merasa bertanggung jawab dan merasa bahwa telah menjadi kewajiban bagi mereka untuk membantu anak-anak miskin dengan secepatnya supaya mereka tidak putus asa dan bunuh diri?
Atau apakah cukup kita semua diam saja, mengeluh saja, dan memikirkan diri sendiri terus, seperti biasa.
Seorang aktivis dihajar tanpa mengalami luka parah dan Presiden langsung lari ke rumah sakit untuk menjenuknya.
Seorang anak bangsa yang miskin bunuh diri karena sudah putus asa tinggal di negara ini dan tidak sanggup belajar lagi untuk menjadi anak pintar dan bermanfaat, lalu Presiden hilang ke mana? Jangankan datang ke rumah untuk melayat dan minta maaf kepada orang tuanya.
Bicara saja tidak.
Karena mau baca isi pernyataan Presiden SBY tentang kasus anak ini, saya cari di Google dengan kata kunci “SBY-anak-bunuh-diri”. Sayangnya, hasilnya adalah NOL!
Saya cari lagi, dengan ketik Menteri Pendidikan (menggantikan kata SBY/Presiden).
Hasilnya juga NOL!
Menteri Sosial? NOL!
Menteri Urusan Wanita dan PERLINDUNGAN ANAK? Juga NOL!
(Sayangnya tidak ada Menteri Anak di negara ini, walaupun ada 84 juta anak.)
Seorang aktivis yang berada di rumah sakit dinilai penting sekali dan harus cepat ditanggapi dan didatangi oleh Presiden.
Tetapi anak miskin yang putus asa dan bunuh diri cuma satu kasus biasa di dalam berita, dan nanti bakalan akan ada lagi. Tenang saja. Tidak usah berlebihan. Hanya anak miskin. Buat apa peduli pada dia?
Dia bukan orang kaya. Dia tidak punya koneksi politik. Dia bukan koruptor yang selama puluhan tahun merampas harta negara, yang sekarang bisa disumbangkan puluhan milyar rupiah ke partai politik yang mau menerimanya. Dia bukan jenderal polisi dengan satu triliun rupiah di dalam rekening banknya.
Dia hanya anak miskin yang putus asa dan bunuh diri.
Buat apa memikirkan dia?
Kalau semua politikus dan pejabat negara yang beriman kepada Allah, dan semua anggota ormas Islam teriak bersama sekarang juga, isu anak yang bunuh diri ini TIDAK AKAN HILANG, dan akan menjadi berita terus selama 1 bulan aatu lebih, sampai ada tanggapan yang konkrit dari pemerintah dan semua tokoh agama dan semua tokoh masyarakat.
Bayangkan kalau ada anak miskin di zaman Nabi Muhammad SAW yang mau MENUNTUT ILMU AGAMA ALLAH, tetapi tidak ada uang untuk membayar ustadz dan oleh karena itu dia tidak bisa belajar membaca Al Qur'an. Dan karena merasa putus asa hidup dalam keadaan miskin tanpa kemungkinan belajar lagi, dan karena tidak dapat bantuan dari orang yang lebih mampu atau dari negara, akhirnya dia bunuh diri!
Apakah kira-kira Rasulullah SAW akan diam saja ketika tahu anak itu putus asa dan bunuh diri karena tidak bisa belajar ilmu agama Allah?
Apa yang bisa kita katakan kepada Nabi Muhammad SAW kalau dia berada di tengah kita sekarang, dan dia bisa menyaksikan kecintaan kita terhadap harta dan urusan duniawi?
Semoga Allah memberi petunjuk dan hidayah kepada kita semua.
Semoga kita tidak menjadi kaum yang lemah yang memalukan Allah karena kita selalu sibuk memikirkan diri sendiri dan harta yang ada di tangan kita. Semoga kita tidak menjadi kaum yang lemah, yang merasa tidak punya waktu atau kemampuan untuk membantu anak yatim dan fakir miskin, disebabkan kita semua sibuk dengan urusan duniawi.
Semoga Allah memberi petunjuk dan hidayah kepada kita semua, dan menjadikan kita kaum yang kuat, yang hanya sedikit sekali peduli pada kenikmatan dunia ini. Semoga Allah menjadikan kita kaum yang kuat yang lebih banyak peduli pada urusan anak yatim dan fakir miskin, sesuai dengan apa yang dicontohkan oleh Nabi kita Muhammad SAW.
Dan semoga semua pemimpin negara dan ormas Islam merasa lebih utama membicarakan nasib anak bangsa yang sudah siap putus asa dan bunuh diri daripada membahas perkara-perkara yang lain.
Semoga bermanfaat.
Wa billahi taufiq wal hidayah,
Wassalamu'alaikum wr.wb.,
Gene Netto
********
Malu Tak Sekolah, Bocah 11 Tahun Gantung Diri
"Dia pernah minta untuk melanjutkan sekolah tapi ditolak oleh keluarganya."
VIVAnews - Seorang bocah laki-laki berusia 11 tahun ditemukan tewas gantung diri di sebuah warung kosong dalam pasar penampungan Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Diduga bocah tersebut tewas gantung diri malu karena tidak bisa sekolah.
Salah satu warga, Agustin mengatakan korban yang diketahui bernama Basir ditemukan sekitar pukul 17.00 WIB di dalam warung. Warga juga sempat membawa korban ke seorang bidan dan klinik namun nyawanya sudah tidak tertolong lagi. "Waktu ketahuan, korban sudah tergantung dengan tali plastik warna biru," katanya. Saat ditemukan, ibu korban sempat memotong tali yang digunakan untuk menggantung.
Korban yang sehari-harinya mencari barang bekas di sekitar Pasar Minggu diduga melakukan aksi nekatnya karena malu tidak bisa melanjutkan sekolah. "Dia malu karena dia pernah minta untuk melanjutkan sekolah tapi ditolak oleh keluarganya alasannya tidak ada biaya," tambah Agustin. Sebelum ditemukan, korban diketahui memang disuruh oleh pamannya untuk membeli rokok di warung. Namun, belum sampai ke warung rupanya korban langsung melakukan aksi nekatnya.
Korban pertama kali ditemukan gantung diri oleh ibunya yang diketahui bernama Sri Sariah asal Aceh yang berprofesi sebagai pedagang kopi di pasar tersebut saat sedang mencari anaknya. Saat melihat anaknya tergantung, dia langsung kaget dan melaporkan kepada suaminya bernama Hadi Akbar yang juga seorang pedagang.
Menurut Rais, sepupu korban, Basir pernah mengatakan ingin mati, pekan lalu. "Tapi saya bilang jangan ngomong sembarangan," ungkapnya. Dia menjelaskan, selama ini korban dikenal sebagai anak yang rajin dan pintar mencari uang untuk membantu perekonomian keluarga. Namun akhir-akhir ini anak ke dua dari empat bersaudara ini sering terlihat gelisah. Setelah diidentifikasi, jasad korban kemudian langsung dikirim ke RSCM untuk diotopsi.
Kasat Reskrim Polres Jakarta Selatan Kompol Nurdi Satriaji mengatakan, pihaknya masih menyelidiki penyebab kematian korban. "Kami masih selidiki, tapi korban ditemukan memang dalam kondisi tergantung," katanya. Kini, orang tua korban dan beberapa saksi masih dimintai keterangan di Polsek Pasar Minggu.
Sumber: vivanews.com
Search This Blog
Labels
alam
(8)
amal
(100)
anak
(299)
anak yatim
(118)
bilingual
(22)
bisnis dan pelayanan
(6)
budaya
(8)
dakwah
(87)
dhuafa
(18)
for fun
(12)
Gene
(222)
guru
(61)
hadiths
(9)
halal-haram
(24)
Hoax dan Rekayasa
(34)
hukum
(68)
hukum islam
(52)
indonesia
(570)
islam
(556)
jakarta
(34)
kekerasan terhadap anak
(357)
kesehatan
(97)
Kisah Dakwah
(10)
Kisah Sedekah
(11)
konsultasi
(11)
kontroversi
(5)
korupsi
(27)
KPK
(16)
Kristen
(14)
lingkungan
(19)
mohon bantuan
(40)
muallaf
(52)
my books
(2)
orang tua
(8)
palestina
(34)
pemerintah
(136)
Pemilu 2009
(63)
pendidikan
(503)
pengumuman
(27)
perang
(10)
perbandingan agama
(11)
pernikahan
(11)
pesantren
(34)
politik
(127)
Politik Indonesia
(53)
Progam Sosial
(60)
puasa
(38)
renungan
(178)
Sejarah
(5)
sekolah
(79)
shalat
(9)
sosial
(321)
tanya-jawab
(15)
taubat
(6)
umum
(13)
Virus Corona
(24)
21 July, 2010
Anak Miskin Gantung Diri? Buat Apa Allah Memberikan Kekuasaan Kepada Kita…?
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Terimakasih artikelnya.
ReplyDeleteBagus sekali.
Insya Allah menjadi pengingat dan wacana introspeksi diri bagi kami yang membaca.
Makasih.
Wassalam.
Sebuah artikel yang bagus. Sungguh miris sekali nasib anak ini. Bunuh diri karena tak bisa bersekolah. Sementara banyak orang menghambur-hamburkan uang untuk hal-hal yang tak berguna. Semoga kita semakin sadar untuk hidup tidak mewah. Mencoba menjalani hidup yang sederhana namun membawa berkah
ReplyDeleteInna lillaahi wa inna ilaihi roji'un...
ReplyDeletespeechless pak Gene..Astaghfirullah...
Entah bagaimana kita mempertanggungjawabkan hal ini kelak di akhirat...
Ya ALLAH Yang Maha Pengasih Maha Penyayang....bantu kami memperbaiki diri...