Search This Blog

Labels

alam (8) amal (100) anak (299) anak yatim (118) bilingual (22) bisnis dan pelayanan (6) budaya (8) dakwah (87) dhuafa (18) for fun (12) Gene (222) guru (61) hadiths (9) halal-haram (24) Hoax dan Rekayasa (34) hukum (68) hukum islam (52) indonesia (570) islam (556) jakarta (34) kekerasan terhadap anak (357) kesehatan (97) Kisah Dakwah (10) Kisah Sedekah (11) konsultasi (11) kontroversi (5) korupsi (27) KPK (16) Kristen (14) lingkungan (19) mohon bantuan (40) muallaf (52) my books (2) orang tua (8) palestina (34) pemerintah (136) Pemilu 2009 (63) pendidikan (503) pengumuman (27) perang (10) perbandingan agama (11) pernikahan (11) pesantren (34) politik (127) Politik Indonesia (53) Progam Sosial (60) puasa (38) renungan (178) Sejarah (5) sekolah (79) shalat (9) sosial (321) tanya-jawab (15) taubat (6) umum (13) Virus Corona (24)

28 April, 2011

Kisah Pemulung Tua Dan Amplop Putih

Assalamu’alaikum wr.wb.,
Teman-teman, tadi siang saya harus berangkat ke Plaza Indonesia karena ada meeting di situ. Jam 12.30 saya naik taksi di depan rumah tetapi langsung kena macet karena menuju lampu merah. Saya baru saja duduk, berdoa seperti biasa, lalu lihat ke depan untuk ngecek kondisi lalu lintas. Ternyata, taksi hampir tidak bergerak dan lampu merah masih jauh. Taksi maju sedikit dan berhenti lagi. Saya lihat ke kiri. Persis di sebelah kiri saya ada bapak tua yang menjadi pemulung, yang umurnya sudah kira2 70-80 tahun. Dia sedang tarik gerobak, tetapi tidak bisa maju karena jalan ke depan diblokir antrian mobil yang menunggu lampu merah. Saya melihat bajunya yang kere sekali. Mukanya yang tua dengan kulit yang keriput. Di luar sangat panas (mau hujan) sedangkan saya duduk di dalam AC yang sejuk. Dia kurus sekali dan mungkin tidak makan secara rutin, sedangkan saya baru saja makan di rumah dan sudah janji makan lagi dengan teman2 di Plaza Indonesia. Saya merasa kasihan sama bapak itu. Mestinya dia sudah pensiun dan duduk di rumah dengan santai setiap hari. Tetapi siapa yang mau membiayai masa pensiunan dia?

Saya ambil dompet, keluarkan 50 ribu, dan buka jendela. Bau tidak sedap dari gerobak masuk ke dalam taksi. Saya panggil dia.
“Pak. Ini bukan makan siang Pak.”
Dia lihat ke kanan. Senyum sedikit, tetapi tidak terlalu banyak. Uangnya diambil.
“Terima kasih.”
Saya sempat berfikir, kok dia tidak melihat muka saya, dan hanya melihat uangnya. Saya tutup jendela lagi, karena tidak tahan bau yang tidak sedap dari gerobaknya.
Saya tetap memantau dia. Uang dipegang, dan dia kelihatan sedikit bingung. Uang mau ditaruh di kantong bajunya, tetapi dia ragu-ragu, dan akhirnya ditaruh di kantong celannya.
Taksi saya mulai bergerak, tetapi dia masih tidak bisa maju karena ada terlalu banyak mobil yang tidak membuka jalan bagi dia.

Saya lewat lampu merah dan tinggalkan dia. Dalam perjalanan ke Plaza Indonesia saya memikirkan bapak tua itu lagi. Kasihan sekali dia. Sudah tua tetapi masih terpaksa kerja, dengan suatu pekerjaan yang sangat tidak menyenangkan, bikin panas, capek, dan bau. Saya mulai berpikir, kenapa saya tidak kasih dia 100 ribu daripada hanya 50 ribu saja? Ya, sudah. Uang saya juga sedikit sekarang. Sebentar lagi harus bayar visa 1 juta. Harus memikirkan diri  sendiri juga. Walaupun saya masih membutuhkan uang untuk diri sendiri, saya tetap merasa sedih karena tidak berani kasih dia 100 ribu. Saya merasa sedikit menyesal. Apa emang saya tidak yakin sama Allah? Apa emang susah bagi Allah untuk kasih saya uang lagi? Kenapa mesti takut jatuh miskin, padahal skil saya di beberapa bidang cukup banyak! Sedangkan untuk bapak tua itu, mungkin satu-satunya cara mendapat uang adalah sebagai pemulung.

Seperti biasa, saya berdzikir terus dalam perjalanan dan akhirnya sampai tujuan. Setelah selesai rapat di Plaza Indonesia, saya jalan lagi ke kantor seorang teman. Mau meeting lagi. Bapak yang punya kantor tidak ada, tetapi saya mau diskusi dengan stafnya saja. Kita jadi diskusi lama juga, antar 4-5 jam, membahas rencana perkembangan organisasi ke depan. Saya datang secara ikhlas karena mau membantu. Saya bukan karyawan dan hanya ingin membantu mereka maju, dengan memberi ide dan saran yang insya Allah bermanfaat.

Sudah hampir jam 9 malam, dan kita sama-sama setuju untuk pulang. Tiba2, salah satu staf kasih saya amplop putih.
“Apa ini?” tanya saya.
“Dari bapak. Disuruh kasih kepada Gene?”
Saya kaget. Buat apa bapak mau kasih saya surat? Email saja bisa, sms, telfon juga. Buat apa titip surat?
Saya ambil amplopnya dan membukanya sambil memikirkan isi surat itu apa. Di dalamnya ternyata ada uang, bukan surat.
“Kok ada uang? Untuk apa ini?”
“Nggak tahu. Disuruh kasih saja. Mungkin itu hanya tanda terima kasih atas semua bantuan kamu dengan datang ke sini.”
Saya hitung. Ada 500 ribu rupiah.

Berikan 50 ribu kepada pemulung tua. Sekitar 7 jam kemudian mendapatkan 500 ribu rupiah, yang benar-benar di luar perkiraan saya, dari arah yang tidak tersangka.

Teman-teman, jangan sekali2 merasa takut bahwa Allah akan sia-siakan usaha kita untuk berjuang di jalan-Nya dengan usaha apa saja. Apapun yang kita belanjakan di jalan Allah akan kembali kepada kita. Itu janji Allah SWT, dan Allah sama sekali tidak pernah mengingkari janjinya. (Hanya kita saja yang melakukan itu. Allah tidak pernah!)
Jangan takut bahwa uang yang diberikan kepada anak yatim dan fakir miskin akan menghilang begitu saja. Yakinlah bahwa Allah akan membalas. Bisa dengan memberikan uang tunai langsung. Bisa dengan memberikan kesehatan (supaya tidak mengeluarkan biaya untuk dokter). Bisa dengan memberikan ketenangan hati saja, sehingga tidak perlu minum obat atau cuti untuk menghilangkan stres. Bisa dengan memberikan isteri yang mulia dan anak yang saleh, sehingga selalu merasa bahagia ketika pulang ke rumah.

Yakinlah bahwa Allah akan membalas. Dan jangan sekali2 berpikir bahwa uang yang ada di tangan kita adalah pemberian dari Allah untuk membantu kita bergengsi tinggi di depan orang lain. Allah memberikan uang itu kepada kita supaya kita akan menggunakannya untuk berjuang di jalan-Nya.

Jangan takut berjuang. Dan jangan merasa takut bahwa usaha kita akan dilupakan sama Allah!

“Barang siapa berbuat satu amal kebaikan, maka pasti baginya SEPULU KALI LIPAT amalnya (balasannya)"
(QS.Al-An”am 6:160 )

133.Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang BERTAQWA,
134. (yaitu) orang-orang yang MENAFKAHKAN (hartanya), baik di waktu LAPANG maupun SEMPIT, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.”
(QS. Ali Imran 3:133-134)

92. Kamu sekali-kali tidak sampai kepada KEBAJIKAN (yang sempurna), sebelum kamu MENAFKAHKAN sebahagian HARTA yang kamu CINTAI. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.
(QS. Ali ‘Imran 3:92)

Semoga bermanfaat sebagai renungan.
Wassalamu’alaikum wr.wb.,
Gene

6 comments:

  1. Iya Mr.Gene kisah ini sudah pernah saya alami dan saya emang tidak pernah ragu akan semua rejeki dari Allah. Ibarat kata uang 500 rb dalam amplop adalah bentuk Allah "mengagetkanL Pak gene, karena Pak Gene sudah "mengagetkan" Pak tua dengan gerobaknya pada waktu sebelum itu..... ya itulah nikmatnya sedekah Ya Mister

    ReplyDelete
  2. Ass.
    Saya pernah mengalaminya langsung. Saat itu ada seorang OB di kantor yang anaknya masuk RS. Saya dan beberapa teman mengumpulkan uang untuk membantu. Saya baru saja ambil uang dari ATM, seingat saya untuk keperluan seminggu, jadi ada lumayan banyak jumlah uang di dompet. Terpikir pasti banyak yang dibutuhkan si OB untuk menebus biaya RS anaknya, langsung hampir seluruh uang di dompet saya keluarkan, hanya sisakan secukupnya untuk makan siang.
    Sorenya suami menelpon, bilang bahwa dia dikasi uang sama seorang partner kerja yang merasa terbantu, padahal sebenernya dalam perjanjian dengan partner-nya tidak ada kewajiban si partner kasi "bonus" dan semua hak suami juga sudah terpenuhi. Nilai "bonus" itu persis 10X lipat dari uang yang saya keluarkan untuk si OB.
    Matematika Allah memang tidak pernah salah.
    Wass.
    Ida

    ReplyDelete
  3. Allah maha adil, maha mengetahui..dan beruntungnya anda mendapat ujian sebegini kerana ada diantara kita masih teragak agak untuk 'memberi' kerana kita dahulukan penilaian mata kita dari hati kita..

    ReplyDelete
  4. Gene, dulu almarhumah mama saya seringkali mengalami yang seperti ini. Beliau ibu rumah tangga yang berarti secara finansial sangat tergantung pada bapak, yang juga bukan orang kaya. Tapi mama seringkali ringan saja memberikan uangnya buat orang2 yang dia temui di jalan, yang dia kasihani. Pernah malah nangis karena menyesal nggak bawa uang cukup banyak buat dikasih ke seorang pemulung (mirip sama Gene ya). Dan subhanallah, Allah kasih gantinya berlipat-lipat. Nggak hanya secara materiil waktu mama masih hidup. Waktu mama sudah meninggalpun kadang orang nggak dikenal mampir ke rumah cuma untuk bilang makasih pernah ditolong mama.

    ReplyDelete
  5. “Barang siapa berbuat satu amal kebaikan, maka pasti baginya SEPULU KALI LIPAT amalnya (balasannya)"
    (QS.Al-An”am 6:160 )

    Apakah tafsir ayat ini bisa diartikan secara letter lejk?

    "hai orang2 yg beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti ( perasaan si penerima), seperti orang yg menafkahkan hartanya karena riya kpd manusia dan dia tdk beriman kpd Allah dan hari akhir, Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yg di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih. ....".QS 2 ayat 264.

    "bersedekahlan dengan tangan kananmu dan seolah-olah tangan kirimu tdk mengetahuinya" ( Hadist).

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...