Assalamu’alaikum wr.wb.,
Kemarin saya menulis tentang pengalaman saya beli sepatu bola
dan tas untuk seorang anak yatim dengan harga satu juta rupiah. Saya mengalami
masalah imigrasi dan oleh karena itu, saya minta doa dari seorang anak yatim
yang saya kenal. Langsung besok harinya, ada yang bantu saya ketemu seorang
petugas imigrasi senior yang mengatakan bahwa dia akan coba membereskan masalah
itu (karena saya tidak bersalah). Karena merasa bersyukur sekali, saya ajak
anak yatim itu makan malam, dan pada saat itu, dia mengatakan pengen dapat
sepatu bola baru. Jadi uang satu juta yang saya dapat dari teman untuk beli
tiket pesawat (bila perlu) dihabiskan untuk sepatu bola dan tas baru untuk anak
itu.
Setelah saya sebarkan tulisan itu lewat email, blog dan
Facebook, ada puluhan orang yang mengatakan terima kasih karena merasa
terinspirasi. Saya punya banyak hutang, tidak bisa bayar kartu kredit, belum punya
pekerjaan, belum ada visa kerja atau gaji, tetapi masih bisa merasa tenang dan
bisa mengutamakan seorang anak yatim. Tetapi kemudian ada juga komentar yang
mengritik saya. Katanya saya seharusnya bayar hutang dulu. Ada yang bilang 1
juta untuk anak yatim terlalu banyak, cukup kasih yang murah saja. Ada yang
bilang seharusnya saya tidak ceritakan sedekah saya, dan mesti dirahasiakan
saja. Dan seterusnya.
Saya bisa mengerti kalau ada orang yang tidak memahami tindakan saya itu karena sikap mereka
itu memang standar di dalam hati banyak sekali orang Muslim. Berfikir secara logis, sangat hitung-hitungan, dan jangan beli yang
mahal untuk anak yatim. Bayar hutang harus lebih utama. Pemikiran seperti itu
memang standar dan biasa di sini. Bagi orang yang berfikir seperti itu,
kalau kita punya uang (umpamanya) 1 juta, maka untuk diri sendiri 800 ribu, dan untuk
bayar hutang 200 ribu saja. Tetapi bagaimana kalau hutang kita bukan
10 juta, atau 100 juta, tetapi 300 juta? Pembayaran 200 ribu saja
menjadi kecil sekali. Mesti bagaimana? Tetap bayar hutang
sebanyak itu saja dan abaikan anak yatim yang telah membantu kita? Memang boleh begitu, dan banyak orang merasa harus begitu. Alasannya: kita “tidak bisa dapat
uang” dari sumber yang lain.
Tetapi saya sudah
15 tahun menjadi seorang Muslim, dan pengalaman saya tidak seperti itu. Pada
saat orang lain mengatakan “tidak bisa dapat uang” dari sumber yang lain maka yang
saya
rasakan justru sebaliknya: selalu ada uang yang muncul dari sumber
yang tidak diketahui sebelumnya, dan hampir selalu setelah saya sudah bersedekah duluan. Dan kalau saya ceritakan pengalaman luar biasa
seperti itu kepada orang Muslim yang
lain (pada
saat ceramah), maka sikap yang sering
muncul dari mereka adalah: “Masa sih? Yang
benar dong? Bohong kali ya? Kok bisa? Dari mana? Cerita rekayasa
ya? Kenapa bisa begitu? Susah percaya!”
Yang langsung percaya
dan bersyukur kepada Allah juga ada banyak, tetapi yang lain sangat ragu-ragu dan tidak
percaya. (Dan itu sebabnya saya ceritakan pengalaman pribadi saya yang
dialami setelah saya bersedekah, supaya akan dipercayai oleh ummat Islam dan
tidak dianggap cerita rekayasa dari orang yang tidak dikenal. Saya memikirkan
nilai dakwahnya kalau cerita itu dipercayai dan menjadi inspirasi bagi yang
lain. Insya Allah tidak pernah ada niat riya atau sombong.)
Kenapa saya bisa dapat uang begitu saja? Karena pada saat orang lain mengambil 200 ribu
untuk bayar hutang, maka saya coba berfikir “outside the box” (di luar kotak). Dua
ratus ribu hanya akan kurangi hutang sedikit sekali (kalau hutangnya
besar). ATAU, bisa dibelanjakan untuk sesuatu yang sangat unik
dan tidak ada duanya di dunia ini: yaitu DOA ANAK YATIM yang berdoa dengan rasa
kasih sayang dan ikhlas. Doa anak yatim itu nilainya berapa?
Apa ada yang bisa membuat kalkulasinya?
Bagi saya, doanya anak yatim itu sangat
luar biasa dan tidak diragukan lagi sebagai hal yang paling dekat dengan MUJIZAT
di dunia ini. Sudah berkali2 saya mengalami sendiri dan lihat dengan mata
sendiri. Sebagai contoh, doa anak yatim bisa menghilangkan kanker yang sudah kritis, di mana pasien mesti wafat tetapi malah kembali sehat setelah didoakan anak yatim. Berapa nilainya doa anak yatim tersebut? Dokter yang paling
ahli di Jakarta sudah angkat tangan dan mengatakan “tidak bisa” bantu lagi.
Lalu ibu itu sembuh total, setelah didoakan oleh beberapa anak yatim. Itu bukan cerita
rekayasa. Saya melihat ibu itu dengan mata sendiri
saat dia
berada di rumah sakit.
Coba berfikir: Apakah lebih baik menghabiskan
1 juta
untuk keperluan sendiri? Atau dihabiskan untuk senangi hatinya seorang anak yatim
yang sedih? Mana yang lebih bermanfaat? Bagi orang yang belum paham, mungkin akan
disimpan untuk diri sendiri (karena dianggap lebih utama).
Menurut saya, 1 juta itu sudah dipakai dengan
cara yang paling bermanfaat, karena untuk dapat semua bantuan yang muncul sekarang, harga 1 juta rupiah justru sangat murah sekali. Dan karena saya yakin bahwa Allah akan
mengabulkan doa dari seorang anak yatim yang ikhlas, dan akan
membalas semua perbuatan baik kita kepada anak yatim, maka saya sudah membuat
janji baru
yang lebih besar lagi kepada anak itu.
Apa saya salah karena tidak abaikan
anak itu dan bayar hutang? Mungkin saja. Tetapi saya tidak merasa
bahwa uang yang ada di tangan saya pada saat itu merupakan jumlah yang maksimal yang bisa Allah berikan kepada saya pada
bulan ini. Allah bisa kasih 1 MILYAR Rupiah kepada saya besok pagi kalau Dia menghendaki, dan tidak ada seorang manusia di bumi
ini yang bisa melarang-Nya.
Masalah kita sekarang
hanya satu: apa kita berani untuk berserah diri kepada Allah secara ikhlas? Atau apa kita lebih pandai menghitung uang kita daripada
Allah? Saya yakin bahwa Allah tidak akan mengalami kesulitan
untuk menggantikan uang 1 juta itu dengan jumlah yang lebih besar lagi, dan
juga visa kerja, dan juga gaji tetap. Semua itu bisa diperoleh
dengan harga 1 juta untuk menghasilkan senyum di muka seorang anak yatim. Sangat
murah sekali bukan?
Saya tidak mau merasa takut bahwa Allah sangat
miskin dan akan mengalami kesulitan membalas semua
kebaikan dan amal kita. Allah Maha Kaya. Dan Dia Maha Kuat
untuk turun tangan dan hilangkan semua masalah kita dalam sekejap. Tetapi kita sendiri tidak yakin, dan
selalu takut uang kita akan habis. Kita hidup dalam keadaan takut memberikan uang kita kepada anak yatim dan fakir miskin seolah-olah uang itu
tidak akan kembali. Tetapi selama kita merasa YAKIN kepada Allah, maka insya Allah kita tidak pernah akan
dirugikan.
Ada orang yang merasa lebih baik kita utamakan kebutuhan diri
sendiri. Saya merasa lebih baik kalau bisa menghasilkan senyumnya di muka seorang anak yatim yang mau sayangi saya dan mau mendoakan saya secara ikhlas setiap hari. Menurut saya, itu benar-benar tidak bisa dihitung
harganya!!!
Rasulullah
SAW bersabda, “Aku dan orang-orang yang mengasuh (menyantuni) anak yatim di
surga seperti ini.” Kemudian beliau memberi isyarat dengan jari telunjuk dan
jari tengah seraya sedikit merenggangkannya.
(HR.
Bukhari).
Rasulullah
SAW bersabda: ”Barangsiapa yang mengikutsertakan seorang anak yatim di
antara dua orangtua yang muslim dalam makan dan minumnya, sehingga
mencukupinya, maka mereka (orangtua muslim) pasti masuk surga.
(HR. Thabrani
dan Abu Ya’la).
Rasulullah
SAW bersabda, “Demi yang mengutus aku dengan hak, Allah tidak akan menyiksa
orang yang mengasihi dan menyayangi anak yatim, berbicara kepadanya dengan
lembut dan mengasihi keyatiman serta kelemahannya…” (HR. Ath-Thabrani).
Rasulullah
SAW bersabda, “Tidak mungkin seorang yatim ikut memakan jamuan makanan, lalu
setan mendekati makanan itu.”
(HR.
Ath-Thabrani)
Rasulullah
SAW bersabda, "Barangsiapa mengambil anak yatim dari kalangan Muslimin,
dan memberinya makan dan minum, Allah akan memasukkannya ke surga, kecuali bila
dia berbuat dosa besar yang tidak terampuni.
(HR. Tirmidzi)
Rasulullah
SAW bersabda, "Barangsiapa meletakkan tangannya di atas kepala anak yatim
dengan penuh kasih sayang, maka Allah akan menuliskan kebaikan pada setiap lembar
rambut yang disentuh tangannya.
(HR. Ahmad,
Ath-Thabrani, Ibnu Hibban, Ibnu Abi Aufa)
“Ada seorang
laki-laki yang datang kepada Rasulullah SAW, dan mengeluhkan kekerasan hatinya.
Nabipun bertanya, ‘Sukakah kamu, jika hatimu menjadi lunak dan kebutuhanmu
terpenuhi? Kasihilah anak yatim, usaplah mukanya, dan berilah makan dari
makananmu, niscaya hatimu menjadi lunak DAN
KEBUTUHANMU AKAN TERPENUHI.’” (HR. Ath-Thabrani).
Wabillahi taufik walhidayah,
Wassalamu’alaikum wr.wb.,
Gene