Assalamu’alaikum wr.wb.,
Saya dapat info dari seorang anak SMP. Saya kira dia sibuk
belajar di pagi hari, tetapi ternyata tidak.
Guru bahasa Inggrisnya sudah keluar dari kelas (dan itu terjadi setiap minggu, katanya).
Guru bahasa Inggrisnya sudah keluar dari kelas (dan itu terjadi setiap minggu, katanya).
Gurunya ngambek2 di dalam kelas karena ada beberapa anak
yang “ngobrol”. Jadi guru naik darah, marahi semua, dan keluar kelas dengan
membanting pintu sambil teriak “Aku malas mengajar kalian semua!”
Lalu setelah keluar, anak2 yang “ngobrol” itu dipanggil ke
ruang guru untuk disidangkan. Pelajaran di kelas (untuk semua anak lain)
langsung berhenti, dan secara rutin memang seperti itu karena guru yang sama
sering marah2 dan keluar dari kelas, tanpa kembali lagi.
Sebentar lagi, semua anak SMP itu akan menghadapi Ujian
Nasional. Tetapi tidak perlu kuatir. Mereka tidak perlu belajar di dalam kelas
dengan gurunya. Soalnya ada guru yang lain yang sudah memberikan jaminan: Semua
anak akan lulus! 100%. Dijamin. Apapun jawabannya, dijamin lulus. Jadi tenang
saja bos!
Buat apa belajar setiap hari? Yang penting lulus dan dapat
sertifikat!
Mungkin ada yang menyangka ini terjadi di daerah, di mana
sangat mungkin ada guru yang kurang terlatih atau kurang berkualitas. Tidak. Ini
di tengah kota Jakarta. Kalau di tengah kota besar pendidikannya begini,
bagaimana di daerah lain di mana tidak ada fasilitas atau kesempatan belajar
dan ikut pelatihan bagi guru?
Mungkin dari anak yang “ngobrol” itu, suaranya dinilai “terlalu
keras” oleh gurunya. Dan konsentrasinya “kurang penuh”. Dan tulisannya “kurang
rapi”. Dan rambutnya juga “terlalu panjang”.
Jadi apa boleh buat? Guru selalu benar. Anak2 hanya punya
tugas duduk, diam dan nurut dengan guru.
Bicara di dalam kelas bahasa asing? Mana mungkin diperbolehkan
bicara di dalam kelas bahasa!
Masa depan anak bangsa ini bagaimana? Mungkin nanti ada dari
mereka yang menjadi anggota DPR (dan kita sudah lihat anggota DPR seperti apa
perilakunya dalam sidang paripurna kemarin: makan waktu 15 minit untuk duduk
setelah diminta duduk oleh Ketua, supaya bisa voting!).
Selama 12 tahun, hampir semua orang dewasa di Indonesia diajar
untuk diam dan nurut dengan guru, bukan karena hormat kepada guru, tetapi karena
TERPAKSA, dengan ancaman dan hukuman kalau tidak nurut!
Hasilnya adalah…? Ketika mereka sudah tidak berada di kelas
lagi…?
Apa mereka bisa berfikir sendiri tanpa ada yang selalu hadir
untuk kasih tahu mereka jawaban yang “benar” dan bantu mereka “lulus” (tanpa
perlu ilmu sama sekali)?
Apa mereka bisa mengatur diri sendiri, dan bertanggung jawab?
Dari mana kira2 mereka belajar untuk berfikir sendiri,
mengatur diri sendiri, dan bertanggung jawab, tanpa perlu ancaman dan hukuman
(serta pengawas) untuk mengatur perbuatan mereka? Siapa yang mendidik mereka
untuk menjadi orang dewasa yang mandiri seperti itu?
Wassalamu’alaikum wr.wb.,
Gene
No comments:
Post a Comment