Rabu, 12
September 2012, 02:04 WIB
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Dari
16 negara yang menyelenggarakan "Global Adults Tobacco Survey"
(GATS), Indonesia memiliki jumlah
perokok aktif terbanyak dengan prevalensi 67 persen laki-laki dan 2,7
persen pada wanita atau 34,8 persen penduduk (sekitar 59,9 juta orang).
"Jumlah
perokok ini meningkat dibandingkan dengan Susenas (Survei Sosial dan Ekonomi
Nasional) sebelumnya. Angka (naik) ini menunjukkan kita gagal melindungi kesehatan
rakyat. Berarti kita sudah dikalahkan industri rokok," kata Menteri
Kesehatan Nafsiah Mboi dalam acara peluncuran hasil survei GATS 2011 di
Kementerian Kesehatan Jakarta.
Dari 16
negara berpenghasilan rendah dan menengah lainnya yang melakukan survei,
Indonesia memiliki prevalensi perokok aktif tertinggi dibandingkan dengan India
yang memiliki perokok laki-laki sebanyak 47,9 persen dan wanita 20,3 persen
(2009), Filipina dengan perokok laki-laki 47,7 persen dan wanita 9 persen
(2009), Vietnam dengan perokok laki-laki 47,4 persen dan wanita 1,4 persen
(2010) serta Polandia yang memiliki perokok laki-laki 33,5 persen dan wanita 21
persen (2009).
GATS
merupakan survei nasional yang representatif dengan menerapkan protokol standar
antarnegara untuk memonitor konsumsi tembakau pada penduduk usia 15 tahun atau
lebih, dan pencapaian upaya pengendaliannya.
GATS
menghasilkan data yang dapat dibandingkan dengan data serupa di negara-negara
lainnya yang juga memuat informasi mengenai latar belakang dan karakteristik
responden, konsumsi tembakau, aspek ekonomi, peran media dan pemahaman serta
sikap dan persepsi masyarakat terhadap konsumsi tembakau.
Survei itu
juga menunjukkan bahwa hingga 85,4 persen masyarakat terpapar asap rokok di
tempat umum yaitu restoran, 78,4 persen terpapar asap rokok di rumah dan 51,3
persen terpapar asap rokok di tempat kerja.
"Padahal,
86 persen di antara perokok itu percaya bahwa rokok dapat menyebabkan penyakit
berbahaya seperti stroke, serangan jantung dan kanker," kata Menkes menunjukkan
keheranannya.
Meskipun
demikian, Nafsiah meminta agar masyarakat tidak menghakimi para perokok yang
terlanjur kecanduan dan mewajibkan agar para tenaga kesehatan untuk dapat
membantu para perokok itu untuk dapat terlepas dari kecanduan rokoknya.
"Ada
cara-cara yang dapat dilakukan untuk membantu para perokok untuk berhenti
merokok, saya harap ini dilakukan oleh para tenaga kesehatan," ujar
Menkes.
Nafsiah juga
memberikan peringatan terhadap orangtua yang merokok didalam rumah bahwa mereka
secara sengaja maupun tidak sengaja telah merusak paru-paru dari anak mereka
yang tinggal dirumah tersebut.
"Bapak-bapak
dan ibu-ibu yang merokok di dalam rumah, berarti anda telah membunuh anak anda
sendiri. Mohon kepada bapak-bapak dan ibu-ibu yang merokok, merokoklah ditempat
terbuka, jangan ditempat umum dan jangan dirumah sendiri," papar Menkes.
Secara rinci,
hasil GATS 2011 menunjukkan bahwa 67,4 persen laki-laki dan 4,5 persen
perempuan atau total sebanyak 36,1 persen orang berusia diatas 15 tahun di
Indonesia menggunakan tembakau, baik dengan rokok atau cara lain seperti
dikunyah.
Sebanyak 67
persen laki-laki dan 2,7 persen wanita atau 34,8 persen penduduk (sekitar 59,9
juta orang) merupakan perokok aktif dengan 29,2 persen merokok setiap hari.
Sedangkan jumlah
masyarakat yang mengkonsumsi tembakau bukan dalam bentuk rokok adalah sebanyak
1,5 persen laki-laki dan 2 persen wanita atau total sebanyak 1,7 persen (2,9
juta orang dewasa).
Survei itu
juga menunjukkan bahwa 5 dari 10 perokok atau setengah jumlah perokok
merencanakan atau pernah memikirkan untuk berhenti merokok, dengan 30,4 persen
di antaranya telah mencoba berhenti merokok dalam 12 bulan terakhir.
Redaktur:
Endah Hapsari
No comments:
Post a Comment