[Ada komentar ini dari seseorang yang ingin memahami Islam,
tapi hatinya penuh dengan protes terhadap Islam karena tidak setuju dengan
banyak hal. Lalu saya berusaha menjelaskan di bawah]:
“Saya lahir di keluarga muslim, tapi saya sekarang meragukan
kebenaran ajaran Islam, untuk sementara saya belum memilih agama manapun.. Saya
akan senang sekali jika saya disini bisa belajar mengenai Islam dan menemukan
keyakinan saya…”
Assalamu’alaikum wr.wb.,
Silahkan saja bertanya. Bertanya sepuasnya. Tetapi kalau mau
belajar Islam dengan baik dan benar, ada beberapa catatan yang perlu dipahami
kalau ingin berhasil (mendapatkan hasil yang terbaik).
PERTAMA, anda harus kosongkan pikiran dan hati anda. Jangan
datang dengan hati penuh kemarahan, kebencian, kejenuhan, rasa kesal pada orang
tua, kesal pada saudara dan tetangga, kesal pada pacar lama yang pernah sakiti
hati dan sebagainya. Seringkali ada orang yang mengalami hal2 yang buruk
seperti itu, dan dia anggap sebagian orang Muslim disekitarnya sebagai orang
munafik yang pura2 beragama dengan baik, tapi akhlaknya malah buruk. Mungkin
dia merasa bahwa Islam dicerminkan di dalam perbuatan orang2 itu. Lalu dia
meragukan kebenaran Islam karena perbuatan orang2 itu. (Kalau Islam benar,
mereka tidak mungkin seperti itu!!)
Jadi kalau misalnya ada orang yang pernah mengalami hal2
seperti itu, maka itu akan membentuk suatu persepsi. Dan persepsi salah itu akan
membuat orang itu sulit memahami Islam. Dia datang pada Islam dengan rasa kesal
besar di dalam hatinya, dan karena itu pikirannya tidak jernih dan terbuka.
Jadi harus berusaha untuk tinggalkan masa lalu itu, dan belajar lagi dari nol.
KEDUA, hati anda harus bersikap “Saya ingin memahami”. Bukan
“Saya sudah paham, dan semua orang lain salah!” Misalnya, anda bisa mengatakan
“Semua orang Muslim adalah teroris”, dan tidak menerima pendapat yang lain,
kecuali bisa dibuktikan kebenarannya. Jadi sikap “saya sudah paham dan saya
paling benar sendiri” membuat orang susah memahami Islam. Kalau dia ingin
paham, hati harus terbuka untuk menerima ILMU. Bukan berpegang teguh pada
pendapat yang dibentuk bertahun2, dan dianggap sebagai kebenaran, padahal hanya
persepsi saja.
KETIGA, anda harus siap untuk menghadapi keadaan di mana tidak
ada manusia yang bisa menjawab pertanyaan anda. Kita hanya manusia. Ilmu kita
terbatas. Kalau Allah tidak izinkan kami memahami sesuatu, bagaimana mungkin
kita bisa memahaminya? Kalau Allah tidak izinkan kita memahami “listrik”
bagaimana mungkin manusia bisa menghasilkan listrik, padahal Allah tidak
izinkan ilmuwan kita menemukan ilmu itu? Pernah nonton film Star Trek? Ada
manusia yang pindah dari tempat A ke tempat B, dengan cara semua atom tubuh
dibongkar, dikirim, dan dipasang kembali. Mungkin saja itu bisa dilakukan, tapi
sampai saat ini, Allah tidak izinkan manusia memahami hal itu. jadi kita belum
bisa memahami “ilmu” itu.
Kalau butuh contoh dari Al Qur'an, coba bertanya kepada ahli
agama manapun: Apa artinya “Yaa Sin” atau “Alif Lam Mim”? Tidak ada yang bisa
menjawab. Rasulullah SAW juga tidak pernah mengatakan “Saya tahu artinya” jadi
dia juga tidak tahu. Yang tahu hanya Allah.
Jadi SILAHKAN bertanya. Allah tidak takut kalau kita
bertanya. Tapi belum tentu manusia bisa memberikan jawaban yang memuaskan anda.
Kalau anda belum puas, dan belum paham kenapa suatu hal dilarang dalam Islam,
jangan buang Islam. Nurut saja dulu, dan di dalam hati mengatakan, “Allah belum
izinkan saya untuk paham hal ini, tapi karena beriman, saya akan nurut dulu,
sambil mencari jawaban terus. Insya Allah suatu hari saya akan bisa paham!”
KEEMPAT, kalau dapat suatu jawaban, baik itu dari Al Qur'an,
dari Hadiths Nabi SAW, atau dari para ulama, maka belum tentu anda setuju.
Ketidaksetujuan anda itu tidak berarti anda punya hak untuk abaikan ilmu itu,
atau menolaknya dengan alasan tidak setuju. Itu bukan alasan yang sah. Jadi,
misalnya, Allah mengharamkan alkohol, Nabi juga, ulama juga, tetapi anda tidak
setuju. Anda merasa selama tidak mabuk, nggak masalah. Jadi kenapa mesti
dilarang total? Anda tidak jadi mabuk, jadi boleh-boleh saja, menurut anda.
Ketidaksetujuan anda bukan alasan yang benar untuk menolak hal yang jelas2
merupakan hukum Allah. Di dalam Islam, memang ada hal2 yang bisa kita debatkan
dan tinggalkan kalau tidak setuju. Tapi bukan hal yang prinsip. Jadi anda perlu
belajar (secara bertahap) batas antara boleh dan tidak boleh itu ada di mana,
dan untuk itu, dibutuhkan seorang guru agama yang ahli dan bisa menjawab dengan
ilmu yang benar.
Sebagai contoh (antara boleh dan tidak boleh), kalau anda
mengatakan shalat subuh tidak wajib karena ganggu tidur kita, padahal ilmuwan
dan dokter bilang tidur penting, maka pendapat itu TIDAK BOLEH dan anda salah.
Shalat wajib itu sudah merupakan hukum yang mutlak, dan semua pendapat
sebaliknya automatis salah. Tetapi dalam kasus lain, kalau ada teman yang mau
shalat tarawih 20 rakaat, sedangkan anda capek dan hanya mau lakukan 8 rakaat,
maka BOLEH. Tarawih itu hukumnya sunah, dan ada contoh 8 rakaat, 20 rakaat, dan
bahkan tinggalkan juga boleh. Jadi dalam konteks itu, pendapat anda boleh
berbeda dengan orang lain, dan itu bukan masalah.
KELIMA, Islam itu luas. Memahaminya butuh waktu. Kalau anda
mau belajar, maka perlu menjadi orang yang rajin bertanya. Tapi harus bertanya
kepada orang yang ahli dalam agama Islam, bukan kepada teman yang mungkin tidak
paham, dan sama sekali tidak boleh belajar dari situs2 anti-Islam di internet.
Situs seperti itu banyak sekali, dan tujuan mereka hanya satu: merusak pikiran
orang sehingga meragukan dan tinggalkan Islam. Kalau mau belajar Islam dengan
benar, maka itu bukan tempatnya untuk dapat ilmu yang benar. Yang akan
didapatkan di situ hanya pendapat semata, argumentasi yang dipelintirkan, dan
akal yang sangat dangkal. Kebanyakan tempat seperti itu lebih sibuk meragukan
keberadaan Allah SWT, dan karena itu bersikap agresif untuk “menyerang”,
merusak dan menghinakan Islam. Jadi kalau mau memahami Islam dengan benar,
untuk sementara, tinggalkan semua situs dan bacaan seperti itu, karena tidak
ada orang di situ yang ingin “membantu” anda. Mereka sudah sesat sendiri, dan
lebih senang kalau jumlah mereka bertambah. Mereka sedih kalau hanya mereka
yang berada di situ, jadi selalu berusaha tambahkan teman. Sama seperti Iblis. Dia
punya tugas yang sama. Jadi belajar dulu dengan baik dan benar dari beberapa
GURU AGAMA yang baik, dan selalu memperhatikan sumber informasi dengan baik.
Jangan asal terima sesuatu yang dibaca di internet, dan anggap pasti benar. Cek
dulu pada orang yang dipercayai. Dan habis itu, cek lagi.
KEENAM, kehidupan di dunia ini sederhana. Ini sebuah ujian
dari Allah. Kita ditempatkan di sini dan tidak bisa kabur. Kita diberitahu
hanya ada DUA hasil setelah kita selesaikan ujian ini: masuk sorga atau masuk neraka.
Karena Allah yang Maha Kuasa, kita tidak bisa melakukan apa saja untuk
menghentikan ujian ini. Hanya ada dua pilihan: ikuti ujian ini dengan niat
lulus, atau menolak ujian ini dan siap gagal. Kalau ada yang protes “Tidak ada
Tuhan, saya menolak ujian ini” maka sikap berprotes itu tidak memberikan
pengaruh apapun. Dia tetap akan gagal dan masuk neraka. Jadi kalau bisa percaya
pada Allah sebagai Tuhan yang Maha Esa, dan percaya ada sorga dan neraka, maka
kita sebagai orang cerdas mesti mencari informasi yang lengkap tentang
bagaimana kita bisa lulus dari ujian ini dan masuk sorga. Kalau ada yang mau mengatakan
“Saya tidak akan percaya pada Islam sampai segala sesuatu dijelaskan kepada
saya dan masuk akal! Dan kalau ada satu hal saja yang kurang bisa diterima oleh
saya maka saya menolak beriman dulu!” maka silahkan saja dia bersikap begitu.
Hasilnya tetap sama: gagal dan masuk neraka!
Jadi fungsi Islam sebagai agama adalah agar kita tahu aturan
untuk lulus dari ujian ini. Rasulullah SAW adalah seperti guru yang membagikan lembar
soal ujian di sekolah dan menjelaskan semua aturan yang harus diikuti. Kalau
kita letakkan pensil dan menolak isi jawaban, hasilnya adalah gagal. Kalau
marah pada Allah atau siapapun, sehingga menolak semua aturan, hasilnya adalah
gagal. Kalau kita berusaha sedikit, jawab sebagian soal, abaikan yang lain
(seperti orang yang mau puasa, tapi tidak mau shalat), hasilnya adalah gagal.
Jadi hanya ada satu cara untuk lulus dari ujian ini: terima Islam dulu,
jalankan semua aturan agama, sesuai dengan hukum yang dipahami, dan berusaha
untuk mendapatkan ilmu terus setiap minggu. Kalau belum memahami sesuatu,
terima saja dulu, jalankan yang wajib, dan tinggalkan yang haram, sambil
belajar dan mencari ilmu baru.
Kalau bisa melakukan itu semua, insya Allah anda tidak akan
mengalami kesulitan dalam memahami dan menjalankan agama Islam. Silahkan
bertanya terus, tapi dengan syarat hati sudah TERBUKA untuk MEMAHAMI semua
ajaran Islam, dan bukan hanya untuk berdebat tanpa akhir. Kalau sudah diberikan
jawaban, dan belum puas juga, itu bukan alasan yang sah untuk membuang Islam. Sebagai
perumpamaan, anda diberikan mobil Mercedes Benz yang baru dari seorang saudara,
tapi anda tidak mengerti kenapa di mobil baru itu, tombol untuk atur posisi joknya
tidak ada di bawah, atau di samping. Di semua mobil lain, ada di bawah atau di
samping. Kok sepertinya tidak ada cara untuk mundurkan jok di mobil ini? Karena
belum paham (anda belum baca bukunya), apa seluruh mobilnya mau langsung dibuang
ke tempat sampah? Atau mau dipakai dulu, sambil mencari informasi lebih lanjut?
Jangan buang Islam karena belum memahami sesuatu. Itu bukan tindakan yang masuk
akal.
Sekian dulu.
Wassalamu’alaikum wr.wb.,
Gene Netto
Assalamu'alaikumwrwb...
ReplyDeleteSalam kenal, Pak... Barokalloh, ramadhan kareem...