Labels

alam (8) amal (100) anak (293) anak yatim (118) bilingual (22) bisnis dan pelayanan (6) budaya (7) dakwah (84) dhuafa (18) for fun (12) Gene (218) guru (57) hadiths (10) halal-haram (24) Hoax dan Rekayasa (34) hukum (68) hukum islam (53) indonesia (564) islam (546) jakarta (34) kekerasan terhadap anak (351) kesehatan (96) Kisah Dakwah (10) Kisah Sedekah (11) konsultasi (11) kontroversi (5) korupsi (27) KPK (16) Kristen (14) lingkungan (19) mohon bantuan (40) muallaf (48) my books (2) orang tua (7) palestina (34) pemerintah (136) Pemilu 2009 (63) pendidikan (497) pengumuman (27) perang (10) perbandingan agama (11) pernikahan (10) pesantren (32) politik (127) Politik Indonesia (53) Progam Sosial (60) puasa (38) renungan (171) Sejarah (5) sekolah (74) shalat (7) sosial (321) tanya-jawab (15) taubat (6) umum (13) Virus Corona (24)

27 July, 2013

Jam Tanganku, Ohhhh, Jam Tanganku…

Jam Tanganku, Ohhhh, Jam Tanganku…

Assalamu’alaikum wr.wb.,
Minggu kemarin, saya sedang ceramah di dalam sebuah kantor, dan seperti biasa, saya taruh jam tangan di atas meja, biar bisa tahu ada sisa waktu berapa banyak. Orang di sebelah taruh catatan di depan saya, kasih tahu ada sisa 10 menit, 5 menit, lalu 1 menit. Saya kira maksud dia adalah sisa waktu bicara sampai masuk sesi tanya jawab. Saya lihat jam tangan saya, masih ada 15 menit sampai adzan. Lalu ada orang masuk dan bilang sudah adzan. Saya kaget. Masih ada 15 menit, bukan?? Saya cek Hp, ternyata benar, sudah adzan, dan jam tangan saya telat 15 menit.

Habis acara itu, sudah kemalaman jadi tidak sempat ke masjid untuk shalat isya dan tawarih, jadi saya ke PS saja, ke service center Seiko. Katanya bateri sudah lemah, dan diganti. Sambil belanja di Hero, saya cek jam terus. Masih lama sampai mall tutup, jadi tidak usah buru2. Pas di kasir, saya kaget, kok sepi banget, padahal hanya jam 8.30 malam. Kata kasir, sudah jam 10 kurang dikit Pak!! Saya cek Hp lagi. Yaahhh!!! Jam saya sudah rusak lagi, dan malah lebih parah. Tapi toko Seiko sudah tutup jadi tidak bisa balik.

Sampai hari Jumat kemarin, belum sempat ke toko Seiko lagi. Jadi sebelum ceramah buka puasa di ANZ kemarin, saya sudah berpikir ke Seiko lagi malam itu. Di atas panggung, tanpa jam tangan, saya bicara agak cepat. Langit kelihatan makin gelap, dan saya tidak tahu ada sisa waktu berapa lama. Akhirnya dikasih tahu sudah waktu adzan, dan saya berhenti secara buru2. Habis acara, saya ke toko Seiko lagi. Tapi kena maceeeetttt 1 jam. Ampun.

Di toko Seiko, dicek lagi. Bateri oke. Teknisi bilang sudah di-reset di dalam jamnya, jadi seharusnya sudah oke, atau saya bisa tinggalkan untuk diservis. Karena dibutuhkan setiap hari, saya ambil saja dengan harapan sudah beres setelah di-reset. Saat belanja, kelihatan oke. Pas naik taksi untuk pulang, baru ketahuan setengah jam sudah hilang. Yahhh! Rusak lagi deh! Dan juga kena maceeetttt parah dalam jalan pulang, makan waktu 1,5 jam dari Senayan ke Pancoran. Akhirnya sampai rumah jam 11.30 malam dan langsung siap pingsan. Nanti saya harus kembali ke toko yang sama untuk ketiga kalinya, hanya untuk servis jam tangan!! Dan masih belum tahu masalahnya apa!

Saya mulai berpikir. Ini hanya sebuah alat yang kecil sekali. Tapi saya dapat manfaat darinya dan melihatnya ratusan kali dalam setiap hari. Jadi kalau rusak, terasa sekali gangguannya. Harus ambil Hp untuk melihat jam terus, dan kalau sedang ceramah merepotkan sekali. Hanya sebuah alat kecil, tapi begitu penting dalam kehidupan orang sibuk sampai rela ke toko jam 2 kali, yang ke-3 kalinya untuk di-service nanti, dan ke-4 kalinya untuk ambil lagi. Haha. Yang sepenting itu apa lagi ya? Mungkin hanya Hp, sampai siap kena macet, bolak balik ke toko yang sama, dan habiskan banyak waktu. Hanya untuk sebuah alat kecil.

Hanya sebuah jam tangan… tapi begitu penting dalam kehidupan sehari-hari, sampai rasanya sulit hidup tanpa dia. Haha. “Ohhh, jam tanganku, aku tetap setia padamu!” (Ada nggak lagu seperti itu? Kalau tidak ada, harus dibuat kayanya. Hehehe!)

Selama ini, saya tidak pernah mengucapkan syukur kepada Allah karena saya punya jam tangan yang baik, yang diberikan teman saya dulu dan sudah awet bertahaun-tahun. Tapi pas “nikmatnya jam tangan” itu diambil untuk beberapa hari saja, terasa sekali sebagai gangguan yang cukup besar. Itu hanya sebuah alat kecil, yang mungkin tergolong “tidak penting amat”, tapi masih patut kita bersyukur kepada Allah SWT atas semua nikmat yang kita terima setiap hari, yang besar DAN JUGA YANG KECIL!!! Berapa banyak “nikmat kecil” seperti jam tangan yang kita anggap “biasa” karena selalu ada, sehingga kita lupa itu juga merupakan suatu bentuk nikmat dari Allah?

13. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
(QS. Ar-Rahman 55:13)

Nikmat yang besar mudah untuk diingat, tapi yang kecil mungkin dilupakan terus… sampai dihilangkan sesaat oleh Allah. Hehe. Saya baru merasa seharusnya bersyukur kepada Allah atas nikmatnya punya jam tangan yang bagus dan tidak pernah bermasalah selama 7-8 tahun sekarang (baru kali ini). Semoga kita semua bisa bersyukur kepada Allah atas SEMUA nikmat yang Dia berikan, dan tidak abaikan nikmatnya hal-hal kecil yang kita anggap “biasa”. Maaf ya Allah, kemarin saya tidak pernah memikirkan nikmatnya jam tangan saya. Semoga besok disyukuri terus.

Semoga bermanfaat.
Wassalamu’alaikum wr.wb.,
Gene Netto  

1 comment:

  1. beli lagi yang baru pak, itung2 kasih rejeki ke pedagang jam :)

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...