[Pelecehan Seks di TK JIS, Artikel
No.2]
Assalamu’alaikum wr.wb.,
Kita jadi terkejut dengan
kejadian pelecehan seks di TK JIS. Itu sebuah sekolah swasta yang mahal, tapi
memberikan izin terhadap orang luar masuk sekolah karena melakukan “outsourcing”
(menyewa staf dari perusahaan penyedia jasa). Coba cek di sekolah negeri.
Berapa banyak yang lakukan outsourcing? Tidak ada? Banyak anak malah berteman
dengan tukang kebersihan, penjaga kantin dan satpam, dan anggapnya sebagai
"teman" karena ketemu mereka terus selama sekian tahun, sama seperti
gurunya. Sekolah swasta beda. Tempat yang mengikuti praktek bisnis, sampai ada
staf marketing dan business development di dalamnya. Lalu untuk tambahkan
profit, sifat komunitas sekolah yang semestinya dibangun lewat staf profesional
dan fulltime malah dibuang dan diganti dengan "outsourcing" untuk
menghemat uang! Dan sekarang baru ketahuan bagaimana siswa bisa menjadi korban
dari praktek bisnis itu.
Apa belum pernah ada kejadian
buruk serupa di sekolah swasta yang lain? Kita bisa tahu dari mana? Berapa
banyak orang tua kaya berani hubungi media dan mengatakan “Anak saya
diperkosa?” Ada pengacara yang sangat mahal yang dibayar oleh sekolah swasta
untuk menjaga nama sekolahnya untuk kepentingan bisnis. Caranya, kalau orang
tua menuduh apapun, sekolah balas dengan surat berisi ancaman, dan sebutkan
pasal “pencemaran nama baik”. Banyak orang tua memilih diam. Kalau ada dugaan
atau bukti anak dianiaya, sekolah bisa bayar untuk perawatan dan berikan uang
damai. Banyak orang tua mau terima. Malu kalau nama orang tua masuk media.
Apalagi kalau bukti tidak kuat. Dalam kasus JIS, ada bukti kuat, karena anak
kena penyakit. Kalau anak hanya disentuh saja, tapi tidak diperkosa? Mau
buktikan apa? Mau menuduh saja? Berani lawan pengacara sekolah?
Dan kalau ancam akan tarik
anak dari sekolah, dipersilahkan saja. Sekolah yang untung. Uang pembangunan
puluhan juta menjadi hangus (tidak ada refund) dan kursi kosong dijual ke orang
tua lain. Jadi selama tidak bicara ke media, sekolah tetap untung. Kalau bicara
tanpa bukti kuat, sekolah bisa mengancam. Dan kalua orang tua mau damai,
sekolah bisa bayar. Jadi dari mana kita tahu kasus ini unik atau kasus pertama?
Bisa saja sudah terjadi hal serupa beberapa kali di sekolah swasta, tapi selalu
ditutupi. Hanya karena ibu yang sekarang ini berani ke media dan polisi kasus
ini terungkap. Sekolah swasta pasti marah sekarang, karena keburukannya
terbongkar.
Sifat
yang lebih baik (yang tidak punya dasar
bisnis) bisa
ditemukan di sekolah negeri, dari guru PNS dan staff fulltime yang berdedikasi
untuk membangun KOMUNITAS SEKOLAH dan bukan sebatas usaha swasta. Tapi apa yang
terjadi di Indonesia? Orang yang kaya ramai2
tinggalkan sekolah negeri, dan kirim anaknya ke sekolah swasta. Makin mahal,
dianggap makin baik. Kualitas pendidikan? Orang tua kadang tidak paham juga, dan
hanya berasumsi. Yang penting mahal. Pasti lebih baik dari negeri.
Apa
ada sekolah negeri dan guru PNS yang kurang baik? Ada! Tapi tidak berarti
semuanya buruk dan perlu dibuang. Apa sekolah swasta adalah solusi? Terbukti tidak
juga. Jadi apa yang mesti dilakukan?
Di Indonesia ada sekitar 100
juta orang tua, yang semuanya inginkan pendidikan yang baik bagi anaknya. Kalau semua orang tua di
seluruh Indonesia BERSATU, dan mau tunjukkan dukungan pada masa depan SEMUA ANAK BANGSA, dan bukan hanya anak sendiri, maka semuanya bisa
dukung pelatihan guru dan renovasi sistem pendidikan pada skala nasional. Guru
yang baik bisa dibantu menjadi lebih baik lewat pelatihan, fasilitas sekolah
bisa diperbaiki dan, guru yang kurang baik bisa pensiun. Sistem sekolah negeri
mendukung staf fulltime yang berdedikasi untuk bangun sistem pendidikan
berkualitas. Tapi staf outsourcing tidak pernah akan punya rasa seperti itu. Dari pengalaman saya,
kebanyakan orang tua di Jakarta sibuk mengejar harta terus, karena salah satu
tujuan utamanya adalah ANAK MEREKA harus bisa masuk sekolah swasta yang
diasumsikan lebih baik. Anak tetangga diabaikan saja karena nasib mereka tidak
penting. Yang penting hanya pendidikan bagi anak sendiri.
Kalau 100 juta orang tua di
Indonesia mau berpikir tentang anak tetangga juga, dan MAU BERSATU, maka sistem
pendidikan Indonesia BISA diperbaiki dan menjadi LEBIH BAIK dari sekolah swasta
dalam waktu beberapa tahun saja. Tapi tanpa dukungan moral, politik, dana, dan
rasa kebersamaan, tidak akan terjadi perubahan. Kebanyakan orang tua tidak
peduli kalau guru di sekolah anaknya berhasil menjadi PNS atau tidak. Guru yang
berdedikasi tinggi dibiarkan hidup dalam kemiskinan selama puluhan tahun,
karena 100 juta orang tua tidak mau peduli padanya. Dan daripada mendukung para
guru yang baik, orang tua itu hanya ingin utamakan anaknya sendiri dengan
berusaha masuk sekolah swasta terus (walaupun harus korupsi di kantor agar ada
uang untuk masukkan anaknya ke sekolah swasta).
Kalau orang tua di seluruh Indonesia
BERSATU dan berusaha untuk memperbaiki sistem pendidikan NEGERI, saya yakin
bisa berhasil. Tapi sampai sekarang semua orang tua hanya inginkan anaknya
masuk sekolah swasta. Ingin kaya untuk mendukung sistem “bisnis pendidikan” di
atas sistim “pendidikan negeri”. Lalu anak dikirim ke universitas di luar
negeri juga daripada diberikan bantuan terhadap universitas dalam negeri. Kebanyakan
orang tua tidak mau maju dan bertindak untuk ajak semua orang tua peduli pada
sistem pendidikan nasional. Pendidikan negeri sebatas dikatakan rusak dan ditinggalkan. Lalu siapa
yang akan memperbaikinya, kalau orang tua di seluruh negara juga tidak mau
peduli?
Sekarang,
sayangnya, orang tua yang kaya menjadi korban dari sikap mereka sendiri. Sekolah
swasta yang pakai praktek bisnis yang dianggap sebagai keselamatan
bagi anak mereka, malah menjadi sumber kerusakan besar bagi anak mereka. Mungkin sudah saatnya untuk mulai introspeksi.
Berhenti memberikan dukungan terhadap privatisasi dunia pendidikan yang pakai
praktek bisnis. Berikan dukungan terhadap sistem pendidikan negeri. Dukung para
guru berkualitas yang berdedikasi tinggi, dan peduli pada nasib mereka. Pastikan
mereka bisa menjadi PNS dan dapat gaji dan kehidupan yang layak dan bantu
mereka menjadi lebih baik lagi. (Dan secara bertahap, guru yang kurang baik
bisa pensiun dan diganti dengan generasi baru).
Tetapi kalau orang tua yang
peduli pada Indonesia tetap mendukung gerakan privitasi sekolah, maka tunggu
saja. Nanti akan ada kejadian yang buruk lagi di sekolah
swasta, karena
sekolah swasta adalah BISNIS. Dan kita semua sudah tahu
bagaiman dunia bisnis di Indonesia tidak peduli pada apapun selain profit. Sekarang
baru dipahami efek samping yang bisa terjadi kalau pendidikan anak bangsa
diserahkan pada pengusaha yang mendirikan sekolah swasta. Kebetulan, TK JIS
yang mengalami masalahnya sekarang. Tunggu saja sampai sekolah swasta lain juga
mengalami masalah. Mungkin sudah pernah terjadi beberapa kasus pelecehan seks
sebelum ini, tapi orang tua dibayar untuk “damai” dengan sekolah swasta, karena
mereka tidak inginkan namanya masuk media. Orang tua dibujuk untuk memaafkan
sekolah, terima bayaran, dan petugas cleaning service dipecat saja. Itu suatu tindakan yang bisa dilakukan oleh
pemilik sekolah swasta yang berorientasi bisnis.
Hanya orang tua yang bisa
menghentikan privitasi sekolah dan dukungan gerakan terhadap perbaikan sistem
pendidikan nasional, untuk kepentingan masa depan bangsa! Semoga orang tua di
seluruh Indonesia akan mulai introspeksi.
Semoga bermanfaat.
Wassalamu’alaikum wr.wb.,
Gene Netto
Artikel terkait kasus Pelecehan
Seks di TK JIS
1. Sekolah Swasta Merusak Konsep
Komunitas Sekolah Dengan Outsourcing
2. Sekolah Swasta Outsourcing,
Bagaimana Dengan Sekolah Negeri?
3. “Nama Baik” Di Sekolah Swasta
memang sudah tidak dapat dipungkiri bahwa outsourcing sekolah swasta lebih baik daripada negeri, karena ditunjang oleh dana pendidikan yang lebih memadai.
ReplyDeleteSementara itu di sisi lain, di Indonesia masih terlalu banyak korupsi yang sudah mengakar dan mendarah daging sehingga tidak dapat dihilangkan.
Tapi, kita juga tidak boleh lupa bahwasanya terdapat suatu kehebatan dalam setiap persoalan. Ini semua terima kasih karena info beasiswa luar negeri, sehingga saya bisa pindah warga negara.