[Pelecehan Seks di TK JIS, Artikel
No.1]
Assalamu’alaikum wr.wb.,
Minggu
ini masyarakat Indonesia menjadi kaget dengan
kasus pelecehan seks terhadap anak kecil di TK JIS di Jakarta Selatan. Semua
orang bertanya-tanya, kenapa bisa terjadi di sekolah swasta yang mahal seperti
itu? Setelah saya merenung, saya anggap bahwa salah satu kesalahan paling besar
adalah sikap sekolah swasta yang utamakan bisnis dan profit di atas keselamatan
siswanya. Staf cleaning service adalah “staf luar” yang disewakan dari perusahaan
penyedia jasa. Mereka bukan staf fulltime di sekolah swasta itu.
Sekolah
swasta adalah bisnis yang punya tujuan “profit bagi pemilik sekolah”. Urusan
pendidikan selalu nomor dua, karena sekolah butuh uang. Sekolah swasta tidak
mau punya terlalu banyak karyawan tetap. Satpam, office boy, cleaning service,
staf kantin, dan sebagainya, seringkali didapatkan dengan sistem yang disebut “outsourcing”
alias disewa dari pihak luar. Staf outsourcing itu lebih murah. Sekolah tidak
perlu memberikan hak apapun karena hanya bayar ke perusahaan penyedia jasa.
Kalau
ada staf yang hamil, sakit, sering telat, kontrak mau habis, sering komplain
karena gaji tidak naik, komplain tentang kondisi kerja, dan seterusnya, maka
bukan urusan sekolah. Sekolah minta 8 staf cleaning service,
dan terima siapa saja yang dikirim. Dan kalau ada masalah, tinggal telfon dan
minta satu orang bermasalah diganti. Semua dilakukan tanpa pengecekan oleh ahli
pendidikan terhadap latar belakang mereka. Dianggap urusan perusahaan penyedia
jasa untuk memeriksa staf itu. Tapi PT penyedia jasa yang menyaring staf itu
juga tidak punya latar belakang di bidang pendidikan. Yang penting bagi dia,
staf dikirim, pembayaran diterima.
Hasilnya
dari sistem outsourcing ini? Dalam sekian tahun, semua staf yang kerja di
sekolah itu bisa ganti terus-terusan dan latar belakang dari semuanya tidak
diketahui karena tidak ada yang kenal mereka. Keluarga mereka, tempat tinggal
mereka, hobi dan kesukaan mereka, dan sifat pribadi mereka tidak diketahui oleh
orang lain di sekolah, karena semuanya saling tidak kenal, karena bukan
karyawan fulltime di sekolah. Mereka adalah "orang luar" yang kerja
untuk sementara di sekolah itu.
Pelaku
yang kriminal bisa siapa saja, termasuk seorang guru atau kepala sekolah. Tapi
dengan adanya sistem outsourcing ini, orang yang bermasalah bisa dapat izin
masuk ke sekolah swasta, tanpa perlu menjadi bagian dari “komunitas sekolah”
seperti guru yang kerja fulttime selama bertahun-tahun di satu sekolah. Jadi outsourcing
ini adalah sebuah sistem BISNIS yang masuk ke ranah pendidikan dan menjadi
faktor besar kenapa ada orang jahat yang
bisa masuk
ke dalam sistem pendidikan, tanpa diketahui.
Alhamdulillah
banyak sekali cleaning service di banyak sekolah swasta adalah orang biasa,
yang berbaik hati dan beragama, yang hanya ingin kerja saja. Jadi setahu kita, kasus seperti ini belum banyak terjadi karena kebetulan,
banyak orang cleaning service adalah orang baik. Tetapi karena ada sistem
outsourcing ini, hanya perlu menunggu saja sampai kejadian kriminal seperti
pelecehan seks, penculikan dan sebagainya terulang lagi. Orang luar yang tidak
punya rasa komunitas dan kepemilikan terhadap sekolah dipersilahkan masuk,
karena alasan bisnis. Profit bagi pemilik menentukan bahwa orang itu boleh
masuk, dan staf fulltime yang ingin
berdedikasi terhadap satu tempat kerja malah dipecat.
Apa
keadaan psikologis staf luar itu diperhatikan? Kalau mereka staf fulltime di
sekolah, dan diinterview oleh kepala sekolah dan staf lain, dan dikenal setiap
hari oleh semua guru dan siswa yang anggap mereka bagian dari "keluarga
sekolah" maka dalam waktu singkat, masalah2 dengan orang tertentu bakalan
ketahuan. Anak sekolah sangat
memperhatikan perilaku orang dewasa di sekitar mereka, terutama kalau sering
ketemu. Tapi
kalau mereka orang luar, staf outsourcing yang berganti terus, saya yakin mayoritas dari guru
dan anak di
sekolah itu tidak tahu nama2 staf itu. Staf fulltime punya rasa kepemilikan dan
tanggung jawab untuk menjaga suasana komunitas sekolah. Staf outsourcing tidak!
Di
lingkungan sekolah, terutama tingkat SD dan TK, semua GURU PROFESIONAL merasa ada
kewajiban untuk "menjaga siswa”. Kalau melihat orang yang tidak dikenal di
sekolah, PASTI akan ditanyakan siapa dia dan kenapa berada di sekolah. Tapi
kalau untuk cleaning service yang ganti terus, dan tidak dikenal, para guru
hanya akan melihat seragam saja, lalu abaikan mereka. Padahal seharusnya guru
menjaga semua siswa dari semua bentuk gangguan dan bahaya, terutama dari orang
dewasa yang tidak dikenal.
Outsourcing adalah praktek bisnis yang umum di tempat bisnis, tapi bukan suatu kebijakan yang umum di dalam bidang PENDIDIKAN. Sekolah swasta melakukan itu karena mengikuti pola pikir bisnis. Sebaliknya, sebuah sekolah negeri yang biasa akan mengikuti pola pembinaan dan penjagaan terhadap siswa yang berasal dari sistem pendidikan. Semua orang dewasa yang masuk sekolah dikenal dan kerja lama di situ, akan menjadi bagian dari komunitas sekolah.
Banyak
sekolah swasta sedang cari guru baru. Kenapa? Karena guru lama mengundurkan
diri. Mereka tidak tahan kerja di tempat itu lagi, biasanya karena masalah
managemen sekolah yang buruk. Sekolah tidak perlu peduli. Tidak perlu
introspeksi. Tinggal pasang iklan dan terima 40 guru
baru, tapi dengan gaji yang lebih rendah tentu saja!! Staf baru selalu lebih
murah. Jadi sekolah swasta tidak perlu peduli pada rasa komunitas sekolah,
karena tujuan utama mereka adalah profit dan pendidikan nomor dua.
Jangan
salah paham. Tidak berarti SEMUA sekolah swasta begitu. Tentu saja harus ada
sekolah yang baik dan bagus yang bisa tahan guru yang sama selama beberapa
tahun karena guru senang kerja di situ. Dan itu bisa terjadi karena sekolah itu
mencari KESEIMBANGAN antara kebutuhan bsinis dan kebutuhan pendidikan. Tapi
kalau mulai lebih berat ke bisnis, hal2 buruk akan mulai terjadi. Dan sekarang
salah satu efek samping terbukti. Outsourcing memberikan izin kepada orang
jahat masuk ke sekolah.
Apapun yang mau dikatakan,
saya tetap anggap sekolah swasta 100% salah karena membuka pintunya terhadap
orang luar, hanya untuk kejar untung sekian juta saja lewat outsourcing. Dan
sekarang hanya ada dua kemungkinan. JIS akan mengaku bersalah, minta maaf
sedalam-dalamnya, dan berusaha mendukung investigasi, lalu memperbaiki sistem
managemen mereka. Atau, mereka anak naik darah, menyerang orang tua dan pihak2
lain, dan salahkan semua orang kecuali diri sendiri. Kalau yang terjadi adalah
nomor dua, itu disebabkan mereka marah keburukan managemen mereka terbongkar
dan ketahuan oleh publik. Ada pengaruh langsung terhadap penghasilan sekolah. Dan
sekolah mereka itu adalah sebuah BISNIS.
Kalau orang tua mau dukung privitasi
sekolah terus, dan dukung perkembangan sekolah swasta di mana2 seperti
sekarang, ini salah satu hasilnya. Semoga orang tua bisa mulai introspeksi.
Semoga bermanfaat.
Wassalamu’alaikum wr.wb.,
Gene
Artikel terkait kasus Pelecehan
Seks di TK JIS
1. Sekolah Swasta Merusak Konsep
Komunitas Sekolah Dengan Outsourcing
2. Sekolah Swasta
Outsourcing, Bagaimana Dengan Sekolah Negeri?
3. “Nama Baik” Di
Sekolah Swasta
No comments:
Post a Comment